Oleh : Alif Rafik Khan
Judulnya kelihatannya terlalu bombastis bukan? Tentara Yahudi Nazi Jerman! Opo???? Bukankah Hitler kondang karena permusuhannya yang dalam terhadap bangsa Yahudi? Bukankah saat zaman Nazi, semua orang Yahudi atau ‘setengah’ Yahudi disisihkan dari segala aspek pemerintahan dan ekonomi, bahkan sebagiannya dideportasi ke kamp-kamp penjara?
Ya, memang benar. Tapi kenyataannya memang ada figur-figur yang masih mempunyai darah Yahudi di tubuhnya yang mengabdi pada Hitler, bahkan beberapa di antaranya memegang posisi kunci kemiliteran, dan sebagian lagi mendapat anugerah Ritterkreuz yang sangat didambakan para tentara Jerman yang berjibaku di pertempuran!
Oke, oke. Sebelumnya saya Cuma ingin mengingatkan bahwa jangan terkecoh apabila ada kata-kata ‘setengah Yahudi’ dalam artikel di bawah, karena sesungguhnyalah tidak ada itu yang namanya ‘setengah Yahudi’. Hanya ada dua pilihan : engkau Yahudi atau engkau non Yahudi! Maksud Yahudi disini berarti merupakan keturunan anak-beranak dari Nabi Yehuda, nama lain dari Nabi Ya’qub, yang mempunyai 12 orang anak dan kesemuanya menurunkan generasi yang kita kenal sekarang sebagai kaum Yahudi, bangsa yang terkenal dengan kelicikan dan kisah-kisah terkenal penentangannya terhadap Tuhan mereka! Tapi sudahlah, saya bukan ingin membahas masalah tersebut, bukan tempatnya disini. Seperti yang saya bilang sebelumnya, artikel ini hanya ingin mengungkap fakta mengejutkan bahwa bangsa yang selama ini berusaha ‘dihapus’ dari muka bumi oleh Hitler, ternyata sebagian di antaranya malah menjadi pendukung berat Hitler dan mengabdi dengan daya juang yang selayaknya prajurit-prajurit Jerman pilihan asli!
Kembali ke masalah setengah Yahudi. Bila karena mereka-mereka itu dianggap setengah Yahudi dengan alasan masih ada ibu-ibu, ayah-ayah atau kakek-nenek mereka yang berdarah Jerman atau non Yahudi, maka sudahlah, berarti bangsa Yahudi itu tidak ada! Ya iya lah, bukankah ke-12 anak Nabi Ya’qub yang menjadi nenek moyang bangsa Yahudi itu pun berasal dari empat orang ibu yang berbeda bangsa? Bukankah ke-12 orang itu kebanyakan mengawini wanita-wanita Mesir ketika mereka hijrah ke negara para Faraoh itu? Lalu kalau begitu, seperti bagaimanakah orang Yahudi asli atau “pure Jew” itu? Jawablah hai kalian para pembaca blog saya! J
Seperti kita tahu, dalam sebagian besar politik pemerintahan Nazi Hitler, kebanyakannya berpusat pada usaha penyingkiran orang-orang Yahudi dari semua aspek kehidupan Jerman. Hitler menganggap bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang hobinya berkhianat, licik, mau menang sendiri, tidak nasionalis, dan terutama, berada di belakang kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I yang menyisakan sakit hati yang dalam di sebagian terbesar bangsa Jerman. Tapi kemudian dia mengetahui, apakah dengan terkejut atau tidak, bahwa adalah suatu KEMUSTAHILAN menghilangkan bangsa tersebut! Betapa tidak, beratus-ratus tahun asimilasi orang-orang Yahudi di ranah Jerman, dengan pernikahan antar-bangsa yang tidak terhitung, membuat usaha penggolongan bangsa dalam sistem rasialis Hitler yang terkenal menjadi suatu usaha yang sulit bukan main-main. Dan tak ada institusi lain yang lebih-lebih lagi membingungkan, kontradiktif dan kontroversialnya selain militer Jerman!
Bertentangan dengan pandangan konvensional yang menganggap bahwa kebanyakan Yahudi Jerman hanya berminat pada dunia bisnis dan perdagangan, ternyata kemudian diketahui bahwa begitu banyak keturunan Yahudi atau setengah Yahudi (Mischlinge) yang menjadi anggota militer Jerman, begitu banyaknya sehingga tidak mungkin untuk menyingkirkan mereka begitu saja. Betapa tidak, dari kurang lebih 150.000 orang (eduan!) keturunan Yahudi yang mengabdi di Wehrmacht, sebagian di antaranya adalah para veteran Perang Dunia I pemegang banyak medali yang sudah kadung dianggap pahlawan oleh rakyat Jerman, dan sebagian lagi memegang posisi tinggi di hierarki kemiliteran, dengan pangkat Jenderal atau Laksamana. Jangan dikata yang pangkatnya lebih rendah lagi! Pencopotan, atau bahkan pembunuhan, mereka akan menimbulkan gejolak dalam tubuh militer dan rakyat Jerman, hal terakhir yang diharapkan Hitler di saat ia sedang giat membangun ekonomi dan harkat rakyat Jerman dari keterpurukan setelah Perang Dunia Pertama.
Bagi orang-orang ‘tertuduh’ ini pun, kebanyakan dari mereka tak lagi melihat dirinya sebagai orang atau bahkan keturunan Yahudi, dan telah menganggap ketentaraan sebagai suatu jalan hidup yang mereka pilih dalam usaha pengabdian mereka kepada bangsa dan negara Jerman. Di lain pihak, mereka pun diterima dengan tangan terbuka oleh Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Jerman) yang tidak separanoid Hitler dalam menyikapi masalah ras Yahudi. Masalah ‘ketidaksempurnaan’ ras ini memang menjadi masalah yang cukup menakutkan, karena berhubungan dengan karir dan bahkan hidup. Karenanya, mereka yang ragu-ragu akan keaslian darahnya dengan takut-takut meneliti asal-muasal mereka dan berharap agar jangan sampai ada setitik ‘noda’ di dalamnya!
Tapi bukan Hitler namanya kalau ia mundur begitu saja dan menjilat ludahnya sendiri berkenaan dengan janji dan gembar-gembornya sebelum berkuasa bahwa tidak akan ada lagi Yahudi di Jerman. Hitler tetap menjalankan program pembersihannya ini, tapi dengan cara yang halus dan penuh dengan intrik. Diam-diam, sedikit demi sedikit para prajurit sial yang terbukti atau tertuduh Yahudi dikeluarkan dari ketentaraan, dengan sebelumnya melalui tahapan-tahapan. Proses investigasi dan penyingkiran ini ternyata kemudian ditandai oleh banyaknya pengejawantahan yang tidak konsisten dari hukum Jerman. Bingung? Dalam proses ini, banyak ‘pengecualian’ dibuat supaya si tentara dapat mengabdi di ketentaraan, padahal sudah jelas-jelas ia terbukti merupakan keturunan Yahudi! Hal ini berlaku pula untuk keluarga si tertuduh, yang membuat mereka terhindar dari pendeportasian keluar Jerman atau ke kamp-kamp konsentrasi. Edannya lagi, tanda tangan Hitler langsung dapat ditemukan pada beberapa perintah ‘pengecualian’ ini! Hal ini biasanya berlaku pada perwira tinggi atau perwira yang dianggap berjasa bagi Jerman dan tenaganya sangat dibutuhkan
Tapi seiring dengan berjalannya waktu dimana partai Nazi semakin menancapkan kukunya, hal ini berangsur menghilang. Meskipun menghadapi kekurangan orang untuk dikirim bertempur, Hitler tetap pada politik kakunya untuk menyingkirkan sebanyak mungkin orang Yahudi, dan akibatnya sebagian besar dari para tertuduh ini tak dapat menghindari takdir hidup mereka yang berakhir di kamp-kamp tawanan atau konsentrasi.
Sumber :
Buku “Hitler’s Jewish Soldiers” oleh Bryan Mark Rigg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar