Seorang anggota skinhead bersama anaknya yang memakai baju berlambang swastika
Kandidat anggota kongres Amerika Serikat Toni Zirkle dalam acara perayaan ulang tahun ke-119 Adolf Hitler yang diselenggarakan oleh organisasi Neo-Nazi
LONDON--Semua tuduhan Amerika Serikat (AS) tentang asal-usul teror Anthrax boleh jadi kini gugur. Para penyelidik di Inggris meyakini dalang penyebar teror virus itu adalah kelompok Neo-Nazi. Bukannya jaringan teroris Arab atu Muslim. Apalagi dari Indonesia.
Menurut harian terkemuka di Eropa, The Mirror, para penyelidik yang tidak diungkap identitasnya itu kelompok Neo-Nazi tersebut melakukan gerakan anti-pemerintah yang sama keras dan membahayakannya dengan teroris Muslim garis keras. Hingga yang dikhawatirkan adalah jika kedua kelompok itu bekerjasama.
Para penyelidik serangan kuman Anthrax kini berusaha mengamati kemungkinan adanya hubungan antara kelompok neo-Nazi AS dengan Muslim garis keras yang bersatu dalam kebencian mereka terhadap Israel dan umat Yahudi.
Dalam sebuah website kelompok ini pernah ditulis sebuah pesan--setelah serangan 11 September, berbunyi "Musuh dari musuh kita adalah sahabat kita. Kita tidak ingin mereka menikahi anak wanita kita, tapi orang yang mau menubrukkan pesawat ke gedung untuk membunuh Yahudi bisa kita terima."
Sementara di Departemen Kehakiman AS, pihaknya mengakui tengah menyelidiki sejumlah kelompok penebar kebencian dan orang-orang yang aktif di dalamnya. Kelompok Neo-Nazi AS telah banyak melahirkan teroris lokal semacam Timothy McVeigh yang melakukan pengeboman terhadap Gedung Federal di Oklahoma dan menewaskan 168 orang. McVeigh dieksekusi bulan Juni lalu.
Diluar kelompok penebar kebencian seperti Neo Nazi itu, di AS kini masih ada kelompok Ku Klux Klan, kelompok supremasi kulit putih, dan ekstrim kanan Kristen, yang anti-Israel dan Yahudi. Para ahli di bidang teroris lokal AS kini direkrut untuk membantu tim penyelidik untuk mencari jejak siapa yang bertanggung jawab atas serangan Anthrax yang mematikan itu.
Selain itu, penyelidik juga menginvestigasi kemungkinan adanya ilmuwan gila yang menjadi sumber penyebaran Anthrax yang telah menewaskan setidaknya tiga orang dan 13 korban terinsfeksi lainnya.
Jurubicara Bush, Ari Fleischer, mengatakan Anthrax bisa saja berasal dari laboratorium canggih di AS. Sebanyak 67 laboratorium di AS yang menggunakan Anthrax kini sedang diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya pasokan Anthrax yang hilang. Sementara para pekerjanya juga dicek untuk mengetahui adanya orang yang punya dendam terhadap pemerintah.
Seorang pejabat senior AS yang dikutip Mirror mengatakan, "Semuanya tampak tertuju pada sumber lokal. Tak ada yang cocok dengan tipe operasi teroris asing".
Tidak Berhubungan dengan Indonesia
Beberapa pekan lalu AS dengan entengnya pernah menyebut Indonesia jadi pemasok Anthrax. Tentu saja--seperti biasa, itu tuduhan tak berdasar AS. Seperti ditulis New Scientist (29/10), beberapa tanah di Indonesia memang tempat spora anthrax mengeram, tapi agaknya tak ada alasan menyebut Indonesia ikut menyuplai virus itu.
Saat ini, menurut hasil penyelidikan New Scientist, jauh lebih masuk akal jika adonan anthrax itu--dan resep untuk mengolahnya-- dari AS sendiri. Seperti diungkapk Koran Tempo pekan lalu, media terkemuka dalam berita-berita sains dan teknologi itu mengabarkan, anthrax yang kini menyerang AS berkerabat dekat dengan yang dikembangkan sebagai senjata di negeri itu sendiri pada 1960-an.
Dalam laporan terbarunya media itu menambahkan, ada bukti baru jika cara mengadonnya juga menggunakan resep amat rahasia yang dikembangkan angkatan bersenjata di negeri itu.
Sebuah sumber yang tak disebutkan namanya menguatkan dugaan itu. "Anthrax dalam surat Daschle kelihatannya dibuat menggunakan catatan resep yang dikembangkan AS," kata sumber itu.
AS memang pernah menjadi produsen spora anthrax terbesar di dunia, yang hanya mungkin dikalahkan Uni Soviet. Pada puncaknya, program senjata biologi AS memproduksi 900 kilogram bubuk anthrax kering setiap tahun di Arkansas. AS telah menghancurkan senjata itu ketika tak lagi menggunakan senjata biologi pada 1969, tapi beberapa di antaranya mungkin terselamatkan tanpa pernah dicatat di arsip mereka.
Mungkin juga semua senjata itu telah dihancurkan, tapi catatan resepnya bocor. Dengan resep itu teroris dapat saja memproduksi ulang anthrax itu di beberapa laboratoium di seluruh dunia. "Ini kacau," kata spesialis bioterorisme itu.
Penyelidikan menunjukkan, resep pembuatan senjata itu ternyata lebih sukar dari pengujian DNA untuk mencari asal-usulnya. Pengujian genetik dapat dilakukan cukup dengan beberapa bakteri itu, yang bisa diambil dari pasien atau permukaan material yang terkontaminasi. Di laboratorium, jumlahnya dapat diperbanyak hingga cukup untuk sebuah analisa DNA. Sementara itu, untuk pengujian fisik, perlu ada sebuah sampel utuh.
Sejauh ini hanya ada dua sampel yang dapat dipakai: Satu dari surat yang dibuka di kantor senator Tom Daschle di Washington pada 15 Oktober, dan lainnya surat yang dikirim ke New York Post. Tapi itu cukup, paling tidak untuk sementara.
Analisa fisik sampel dari New York Post belum diketahui. Tapi, bentuk fisik bubuk anthrax pada surat Daschle sudah diketahui. Pekan lalu, senator AS Bill Frist mengumumkan, bubuk itu berukuran antara 1,5 sampai 3,0 mikron, tak kurang-tak lebih.
Menurut Ken Alibek, mantan wakil kepala program senjata biologi Uni Soviet, rahasia untuk membuat senjata anthrax yang ampuh memang pada kemampuan membuat partikel yang kecil. Lebih detil lagi, pada cara mengubah kultur basah bakteri anthrax menjadi bubuk spora kering yang ukurannya antara 1-5 mikron -- ukuran optimal partikel untuk dapat masuk ke pori-pori paru-paru manusia dan tinggal di sana. Ukuran itu sudah termasuk spora bakteri sebesar setengah mikron.
Untuk membuat partikel berukuran sekecil itu, kata Alibek, menggilingnya adalah cara yang paling mungkin. Tapi, ukuran partikel akan beragam. Partikel itu memang dapat diayak, tapi tetap saja akan lebih besar dari yang dipakai menyerang Daschle.
Jika menggilingnya tak hati-hati, spora juga bisa mati sebelum menjadi senjata. Selain itu spora kering cenderung menggumpal dan -- karena muatan listrik statisnya -- lebih senang lengket pada permukaan benda.
Dulu Uni Soviet membuatnya dengan menggiling kultur kering bersama senyawa kimia khusus yang menyebabkan partikel tak menggumpal. Irak -- satu-satunya negara yang diketahui mencoba membuat beberapa senjata ini -- melakukannya dengan mencampur kultur anthrax bersama bentonit, sejenis material tanah liat. Gedung Putih pekan lalu mengatakan, tak ada bentonit di surat Daschle.
Sementara itu, para perekayasa AS membuatnya dengan menambahkan beberapa molekul, termasuk pelapis partikel, ke spora basah. Dengan cara ini, ketika kultur dikeringkan, kultur langsung menjadi bubuk dengan ukuran beberapa mikron dan seragam. Dengan cara ini, resep AS tak memerlukan penggilingan.
Sejauh ini AS masih memeriksa bahan tambahan pada sampel itu, untuk mencari adanya bahan kimia tambahan yang dipakai oleh ahli senjata mereka. Jika ternyata benar?
Bahkan, jika pun ternyata resepnya tak asli AS, sudah seharusnya AS melakukan penyelidikan secerdas itu. Jika tidak, malu rasanya mengenang kenyataan bahwa di sana ada banyak saintis yang piawai.n
Sumber : www.swaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar