Messerschmitt Me 262 tampak samping. Pesawat yang ini dikhususkan untuk bertempur di malam hari (night fighter). Perhatikan saja antena radar di hidung, dan juga tambahan kursi kedua di belakang pilot untuk operator radar
Messerschmitt Me 262 White Y dari Kampfgeschwader 51 "Edelweiss"
Skuadron pesawat Messerschmitt Me 262 bersiap untuk tinggal landas
Me 262 A-1a, Kuning 3, 9./KG(J) 54, musim panas 1945; Me 262 A-1a, Putih 14, 3./EJG 2, Lechfeld; Me 262 A-1a, Putih 7, Ofw Hermann Buchner, Kdo Nowotny, Nov 1944, Lechfeld; Me 262 A-1a, Putih 3, Gen Adolf Galland (& Franz Stigler), Verbandsführer, JV 44; Me 262 A-2a, Hitam X, Fj.Ofw. Hans-Robert Fröhlich, I./KG 51 & Gefechtsverband Hogeback, saat ini berada di AWM, Canberra.
Messerschmitt Me 262 yang telah dirampas Sekutu tengah dipelajari interior dan bentuknya. Di kemudian hari, pesawat jet ini menjadi inspirasi dan cikal bakal dari SEMUA pesawat jet yang ada di dunia!
Messerschmitt Me 262 di landasan pacu
Lukisan karya Nicolas Trudgian berjudul "In Defense Of The Reich"
Diagram Messerschmitt Me 262
Perbandingan antara Messerschmitt Me 262 'Schwalbe' dengan Lockheed XP-80A 'Shooting Star'
Andaikata Hitler tidak bersikeras jet tempur Me 262 harus diubah menjadi pesawat pembom tempur, mungkin jalannya perang akan lain. Tapi suratan tangan sejarah bagi Me 262 ditakdirkan hanya hidup singkat mempertahankan Nazi Jerman pada hari-hari terakhir sebelum bertekuk lutut kepada Sekutu.
Messerschmitt Me 262 adalah mesin perang tercanggih pada eranya. Ia padat teknologi baru yang belum teruji tapi terdesak oleh perang, Jerman tidak punya pilihan kecuali langsung menerjunkan dalam kancah Perang Dunia Kedua. Teknologi baru tersebut itulah yang menjadi kendala mesin perang canggih ini, sehingga pesawat berbaling-baling mesin piston dengan mudah mengungguli pesawat jet yang semula ditakuti Sekutu.
Dalam waktu singkat Sekutu mengetahui bahwa "tumit Achilles" jet tempur Messerschmitt Me 262A adalah pada saat pesawat jet ini masih terbang dalam kecepatan rendah selepas take-off atau saat akan mendarat. Mengetahui kelemahan ini, Sekutu secara rutin mengirim patroli sekitar pangkalan-pangkalan udara dimana Me 262 ditempatkan untuk menyerangnya begitu jet tempur andalan Nazi ini airborne. Sebab, bila sudah mencapai kecepatan tinggi, pesawat tempur ini bukan tandingan pesawat Sekutu.
Kelemahan lainnya. Setiap operasi 10 jam, mesin Jumo 004-nya harus diganti. Dalam perkembangan selanjutnya, pabrik Junker berhasil meningkatkan umur mesin menjadi setiap 25 jam operasi. Titik-titik lemah itulah dijadikan kunci untuk menghajar jet tempur pertama dunia. Sekutu mengandalkan pesawat tempur baling-baling bermesin piston North American P-51D Mustang sebagai lawan tangguhnya. Di tangan penerbang Mustang, harapan Hitler meraih keunggulan di udara menjadi sirna. Sekalipun salah satu jenderalnya, Generalmajor Adolf Galland memimpin sendiri balasan terhadap serangan Sekutu setelah ace Jerman, Major Walter Nowotny yang memimpin satuan Me 262 Kommando Nowotny tewas dalam duel dogfight rendah dengan Mustang, jet tempurnya berhasil dirontokkan 8 November 1944.
Dalam buku terbitan Cassell Military Classics (1998) "Sky Battles,"Alfred Price menulis bahwa saat Me 262 Walter Nowotny ditembak jatuh, Generalmajor Adolf Galland secara kebetulan berada di Achmer pada hari itu dalam kunjungan inspeksi untuk mencari keterangan kenapa satuan Me 262 Kommando Nowotny dengan pesawat yang lebih unggul dari Sekutu, belum berhasil meraih harapan.
Menyaksikan ace Jerman (dengan pesawat lebih unggul) kalah dalam dogfight dengan Mustang, sudah cukup bagi Adolf Galland guna menarik kesimpulan bahwa Walter Nowotny diberi tugas diluar kemampuannya. Nowotny dibebani tugas impossible dia harus memperkenalkan pesawat tempur total baru untuk segera menjadi operasional tempur, sementara mayoritas dari para pilotnya tidak memperoleh latihan konversi yang layak.
Latihan yang diperoleh para penerbang sangat minim. Amat jarang satuan Kommando Nowotny dapat melakukan latihan terbang setengah lusin sorti per hari. Sebagai dampaknya, Sekutu yang memiliki keunggulan dalam jumlah pesawat di atas Jerman, mendikte kapan jet tempur Messerschmitt 262 harus berlaga di medan tempur.
Galland menginstruksikan satuan Me 262 untuk kembali ke Lechfeld untuk memperoleh tambahan latihan sekaligus dilaksanakan modifikasi kelemahan jet tempurnya. Dia menyadari suatu kesalahan besar untuk melibatkan Me 262 dalam kombat dalam jumlah kecil. Agar memperoleh kehebatan, jet tempur ini harus dihimpun jumlah yang lebih besar daripada Satuan Kommando Nowotny. Inilah awal terbentuknya satuan tempur Geschwader Me 262 atau lebih dikenal sebagai JG 7 namun butuh waktu cukup lama sebelum JG 7 operasional penuh melawan pesawat-pesawat Sekutu.
Lalu bagaimana dengan versi pembom tempurnya? Pada tahun 1944, versi yang diinginkan Adolf Hitler ini memperkuat dua satuan, Gruppen I dan II dari Kampfgeschwader 51. Secara individu pembom tempur Me 262 melaksanakan serangan terhadap lapangan udara dan posisi pasukan Sekutu di Perancis, Belanda dan Belgia. Tapi karena serangannya hanya melibatkan sejumlah kecil Me 262 dan jumlah tonase bom yang digotongnya terbatas, serangan pembom jet tempur Nazi tersebut kurang berarti.
Hitler meledak marah
Bersamaan dengan persiapan Adolf Galland tersebut, pada awal 1945, Me 262 baru mulai keluar dari pabrik dengan jumlah mencengangkan 36 pesawat per minggu dan sebegitu jauh sudah 600 pesawat diserahkan kepada Luftwaffe. Namun dalam buku catatan markas besar angkatan udara 10 Januari 1945 hanya sekitar 60 Me 262 (atau 10 persen dari yang diserahkan pabrik) tercatat dalam satuan operasional, tapi tidak satu pun dalam day fighter unit, 52 pesawat dioperasikan Kampfgeschwader 51 dalam peran sebagai pembom tempur. Empat pesawat beroperasi sebagai night fighter dan lima digunakan sebagai pesawat reconnaissance jarak pendek empat bulan setelah Hitler bersikeras peran Me 262 diubah sebagai pembom tempur.
Hitler meledak marah 23 Mei 1944, dalam rapat di markasnya di Berchtesgaden yang dihadiri oleh Reichmarschall Goring, Generalfeldmarschall Erhard Milch dan petinggi Luftwaffe lainnya membicarakan khusus perkembangan Messerschmitt Me 262. Sang Fuhrer menanyakan, "Saya kira 262 kini sudah dibuat sebagai pesawat high-speed bomber. Sudah beberapa jumlah pesawat 262 yang dibuat untuk dapat menggotong bom?"
Milch menjawab bahwa saat itu belum satu pun dimodifikasi sebagai pembom tempur pesawat secara eksklusif diproduksi sebagai pesawat tempur. Ruang pertemuan mendadak menjadi hening. Milch menggali "kuburannya sendiri" kala meneruskan keterangannya bahwa Me 262 tidak dapat menggotong bom kecuali diadakan modifikasi besar-besaran terhadap rancang bangunnya.
Mendengar keterangan itu. Hitler kehilangan kesabarannya dan memotong Generalfeldmarschall-nya : "Sudahlah! Saya hanya minta pesawat itu bisa menggotong satu bom 250 kilo (550 pon)!" ujarnya keras naik pitam. Namun tensinya menurun kala diberi jaminan bahwa segera akan dilakukan modifikasi agar Me 262 sanggup menggotong dua bom.
Bisa mengerti mengapa Sang Fuhrer sampai naik pitam. Serbuan pasukan Sekutu ke daratan Eropa bisa terjadi setiap saat. Sementara senjata yang diharapkan Hitler seolah-olah dicuri dari genggaman tangannya. Ancaman besar yang dihadapi Fuhrer sekitar musim semi 1944 adalah serbuan Sekutu ke daratan Eropa. Hitler berpendapat tidak ada sarana yang lebih cepat untuk menahan serbuan pasukan Sekutu kecuali pesawat jet, khususnya pembom tempur jet.
Dalam skenario Fuhrer, bila pasukan Sekutu dihajar terus menerus dengan serangan bom dan straffing udara, mereka akan tercerai berai dalam kelompok kecil kala divisi Panzer Jerman tiba di lokasi pertempuran. Jika rencana ini menjadi kenyataan, serbuan pasukan Sekutu bisa dipatahkan.
Mendapat masukan jumlah pesawat Sekutu yang bakal mengawal serbuan tersebut, Hitler tambah yakin bahwa hanya pesawat jet Me 262 yang secara cepat dapat tiba di lokasi pendaratan dan menyerang pasukan Sekutu dengan mematikan. Dalam tukar pikiran, Fuhrer mendapat masukan pula bahwa bila perlu Me 262 dapat menggotong dua bom 550 pon. Sejak itulah, Hitler yakin benar dengan diubah peran menjadi pembom tempur, Me 262 merupakan senjata ampuh dalam rencana operasi anti-serbuan Sekutu. Namun yang tidak dapat divisualisasikan Fuhrer kala itu adalah apakah Messerschmitt Me 262 tersebut benar-benar sehebat seperti yang dibayangkannya. Sebab bila itu terjadi, belum tentu 262 bisa melaksanakan perannya sebagai pembom tempur karena dia akan disibukkan oleh pesawat tempur pengawal pasukan tempur Sekutu. Kemungkinan besar sebelum sempat menjatuhkan dua bom yang digotongnya itu, Me 262 sendiri sudah dirontokkan terlebih dahulu oleh pesawat Sekutu.
Generalfeldmarschall Erhard Milch dari Luftwaffe yang dipercayakan untuk produksi Me 262 juga sependapat untuk membuat versi pembom tempur. Namun berbeda dengan Sang Fuhrer-nya, Milch lebih mementingkan produksi 262 secepatnya keluar dari pabrik beroperasi dalam satuan-satuan tempur guna menghadapi serangan udara bertubi-tubi Sekutu yang dari hari ke hari semakin gencar. Versi pembom tempurnya diberi prioritas kedua.
Milch ketemu batunya pada hari itu. Hitler langsung memecatnya dan menunjuk Goring secara pribadi bertanggungjawab langsung terhadap produksi Me 262 versi pembom tempur secepat mungkin keluar dari pabrik Messerschmitt. Tanpa disadari Fuhrer, meski modifikasi bisa dilakukan segera, namun kelemahan-kelemahan pada mesin Jumo 004, sebenarnya tidak memungkinkan dalam versi apapun 262 menghadapi pesawat-pesawat (Mustang) Sekutu meski bermesin piston tapi unggul dalam segi-segi tertentu daripada jet tempur Jerman.
Tidak ada kelanjutan dari rapat tersebut setelah dua minggu lewat ketika pada 6 Juni pasukan Sekutu mendarat di Normandy dan berhasil menguasai pantai Perancis tersebut. Kesempatan bagi pembom tempur jet Me 262 memberi pukulan dashyat terhadap serbuan pasukan Sekutu lewat begitu saja.
Menjelang akhir bulan Juni satuan unit pertama Me 262 versi pembom tempur mulai terbentuk dalam Staffel Ke-3 dari Kampfgeschwader 51. Satuan pembom tempur Me 262 pada 20 Juli secara resmi operasional dan dipindahkan ke Chateaudun dekat Paris, diperkuat dengan sembilan pesawat yang masing-masing membawa dua bom 550 pon. Dalam upaya mengurangi tingkat kerugian, serta untuk mengurangi seminimal mungkin pesawat baru tersebut jatuh ke tangan musuh, para pilotnya diinstruksikan tidak menurunkan ketinggian terbang 4.000 meter (13.000 kaki) di atas daerah musuh. Bom dilepas sewaktu pesawat menukik tajam pada ketinggian tersebut, namun bila serangan pemboman kurang tepat berarti hasilnya akan nihil terhadap sasaran kecil seperti jembatan atau kendaraan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar