Oleh : Naufal Sutardjo
Sekutu melancarkan D-Day pertama mereka yaitu operation Torch di afrika utara dengan maksud untuk menjepit posisi Afrikakorps pimpinan Marsekal Erwin Rommel yang sedang menghadapi gempuran gencar jenderal Bernard montgomery dengan segala keterbatasan pasokan senjata maupun perlengkapannya.
Militer Amerika yang saat itu masih menduduki peringkat 14 dunia merasa percaya diri dengan keberhasilan pendaratan amfibi terbesar saat itu. satu hal kecil namun fatal, sebetulnya pasukan yang mereka hadapi pada saat pendaratan bukanlah pasukan inti wehrmacht melainkan pasukan vichy prancis yang memang bertempur setengah hati.
kemajuan pasukan sekutu pun amat cepat seolah tidak ada yang bisa menghalangi. tanpa sadar mereka telah masuk jebakan skenario "sang rubah gurun" yang memang sudah mencium operasi besar ini jauh-jauh hari. dengan intuisi yang luar biasa dan kecerdikan militer yang jenius, Generalfeldmarschall Erwin Rommel mampu memanfaatkan sumberdaya yang tersisa untuk membalikan keadaan. ia memutuskan untuk memotong pergerakan pasukan sekutu di kasserine pass.
Disinilah pasukan jendral Omar Bradley mendapat pelajaran berharga dari sang maestro strategi, sampai-sampai menjelang kematian beliau tahun 1981 Bradley masih belum bisa melupakan moment tersebut:
Militer Amerika yang saat itu masih menduduki peringkat 14 dunia merasa percaya diri dengan keberhasilan pendaratan amfibi terbesar saat itu. satu hal kecil namun fatal, sebetulnya pasukan yang mereka hadapi pada saat pendaratan bukanlah pasukan inti wehrmacht melainkan pasukan vichy prancis yang memang bertempur setengah hati.
kemajuan pasukan sekutu pun amat cepat seolah tidak ada yang bisa menghalangi. tanpa sadar mereka telah masuk jebakan skenario "sang rubah gurun" yang memang sudah mencium operasi besar ini jauh-jauh hari. dengan intuisi yang luar biasa dan kecerdikan militer yang jenius, Generalfeldmarschall Erwin Rommel mampu memanfaatkan sumberdaya yang tersisa untuk membalikan keadaan. ia memutuskan untuk memotong pergerakan pasukan sekutu di kasserine pass.
Disinilah pasukan jendral Omar Bradley mendapat pelajaran berharga dari sang maestro strategi, sampai-sampai menjelang kematian beliau tahun 1981 Bradley masih belum bisa melupakan moment tersebut:
"it pains me to reflect on that disaster. It was probably the worst performance of U.S. Army troops in their whole proud history." (menyakitkan bagiku bila mengenang kembali bencana tersebut. Itu mungkin adalah penampilan terburuk pasukan angkatan darat Amerika di sepanjang sejarah mereka yang membanggakan)
Dibawah dukungan penuh dari matra darat, laut dan udara yang sangat kuat, dalam 10 hari pertempuran yang melelahkan, pasukan Amerika dipaksa mundur sampai 80km dan dipaksa untuk kehilangan 183 tank tercanggih mereka serta menderita 7.000 orang korban termasuk 3.000 orang yang hilang! Inilah kali pertama mereka merasakan kemampuan sesungguhnya dari Afrikakorps (yang sudah sangat pincang karena serba kekurangan).
Andaikan pada saat D-Day normandy field marschal Erwin Rommel diberikan mandat tanpa batas untuk mempertahankan prancis, mungkin output sejarah akan berbeda. sayang, saat itu komando pasukan pemukul elite mutlak dibawah Herr Fuhrer tanpa kecuali.
thanks to berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar