Bob Roberts mencoba menggeledah seorang prajurit raksasa Jerman yang disebut-sebut merupakan orang tertinggi di seluruh Wehrmacht. Kejadian ini membuat para teman Roberts dan juga tawanan Jerman lainnya terkikik geli!
Veteran Bob Roberts yang telah berusia 87 tahun, dan dengan bangga memperlihatkan medali-medali perang yang telah diraih selama karir militernya
Veteran Bob Roberts yang telah berusia 87 tahun, dan dengan bangga memperlihatkan medali-medali perang yang telah diraih selama karir militernya
Oleh : Alif Rafik Khan
Dia hanyalah bertinggi badan 5 kaki 3 inci dengan memakai sepatu standar Angkatan Darat, dan kaki nyapun sudah benar-benar kepayahan setelah menjalani pertempuran yang terus-terusan. Tapi Kopral Bob Roberts tahu persis apa yang harus dilakukannya ketika rekan prajuritnya berhasil menangkap seorang "raksasa" Jerman setinggi 7 kaki 6 inci!
Ini bagaikan pertemuan antara David vs Goliath, dimana seorang prajurit Sekutu (yang terbilang pendek untuk ukuran Eropa) berhadapan dengan manusia tertinggi di seluruh Wehrmacht. Pertemuan mereka membawa sedikit selingan komedi di tengah berkecamuknya salah satu pertempuran terdahsyat dalam Perang Dunia Kedua.
Ketika Bob selesai menggeledah si Gefreiter raksasa untuk mencari-cari kalau ada senjata yang disembunyikan, para tawanan lain terkikik seakan melihat Srimulat.Ternyata para teman Bob pun sama terkekeh-kekehnya, dan begitu juga si Jerman yang tingginya resmi tercatat ngalahin pohon toge!
Kisah unik dan menarik ini muncul ke permukaan untuk pertama kalinya, 65 tahun setelah pertemuan tersebut terjadi.
Bob, yang kini telah menjadi seorang kakek renta berumur 87 tahun, tak pernah melihat si Jerman lagi setelah itu. Tapi bayangan tentang pertemuan dengan si Jerman tetap terngiang dengan jelasnya di benaknya.
"Aku masih ingat, tinggi badannya adalah 7 kaki setengah," kenang Bob. "Aku pikir dia telah melihat sesuatu yang lucu dari pertemuan kami. Jelas kelihatan bahwa dia telah biasa dengan perhatian berlebih yang ditujukan padanya - mereka mengatakan kepada kami bahwa dia adalah manusia paling tinggi di seluruh Angkatan Bersenjata Jerman - suatu fakta yang aku pikir dia sudah mengetahuinya."
"Sampai pada saat itu, suasananya begitu menegangkan. Kami baru saja merebut lima buah bunker pertahanan Jerman yang selama ini telah membuat armada Sekutu kerepotan dengan peluru-peluru artilerinya. Selain itu, kami juga berhasil 'membungkus' 250 orang tawanan. Pertemuan antara aku dengan si raksasa ternyata telah mencairkan suasana yang kaku."
Hanya beberapa menit sebelumnya, Bob telah dipaksa oleh keadaan untuk menembak sampai mati seorang perwira Jerman yang pura-pura menyerah dan mengeluarkan pistolnya. Di sekeliling dirinya, beberapa prajurit Jerman lain mulai menyerahkan senjatanya dan mengangkat tangan.
"Lalu datanglah orang ini, dan semuanya seakan menjadi sebuah kekonyolan besar. Satu saat aku hanya satu kedipan mata saja dari maut; saat lainnya kami tertawa bersama-sama seakan teman lama. Untungnya, dia bukanlah orang yang menjengkelkan dan tidak susah untuk diajak bekerjasama."
Foto yang menggambarkan pertemuan unik itu sendiri dipercaya diambil oleh seorang tawanan Jerman lain yang ikut hadir, dan kemudian dirampas oleh Sekutu.
"Aku mempunyai foto lainnya yang memperlihatkan aku dengan pria besar ini, yang berdiri dengan tangannya yang membentang bagaikan raksasa. Sayangnya, foto berharga tersebut telah hilang tak tentu rimbanya ketika rumah kami kerampokan beberapa waktu yang lalu," Bob menambahkan. "Aku tak percaya bisa melihat foto ini lagi setelah sekian tahun berlalu."
Bob masih berusia 21 tahun pada saat itu, dan bertugas di Normandia bersama dengan North Shore New Brunswick Regiment dari Canadian army.
Dia termasuk salah satu prajurit Sekutu yang menyerbu Pantai Juno pada waktu D-Day tanggal 6 Juni 1944. Dia ikut ambil bagian melumpuhkan sebuah sarang senapan mesin, sebelum bergerak memutar untuk menghantam dari belakang satu batalion pasukan Jerman yang menembakkan senjata artileri raksasa melintasi Selat Channel dari bunker yang terletak di pinggir bukit karang Calais.
Setelah empat jam pertempuran seru, mereka akhirnya mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Bob ditugaskan menjadi kepala grup yang terdiri dari 7 orang yang akan menerima penyerahan tersebut."Selusin demi selusin mereka keluar dari sarangnya dan menyerah. Aku lalu berkata kencang hampir berteriak: 'Adakah yang bisa berbahasa Inggris?' Kemudian seorang perwira maju, dan aku lalu mengatakan kepada dia supaya memerintahkan anak buahnya untuk menyerahkan senjatanya."
"Tiba-tiba dia bergerak cepat untuk mengambil sebuah pistol 38 yang terdapat di sakunya. Aku lebih cepat mengantisipasi dan dengan telak menghantamnya dengan peluru tepat di antara kedua matanya. Dia langsung tersungkur jatuh. Setelah itu tak ada lagi masalah - bahkan dari manusia berukuran raksasa ini."
Setelah Normandia, Bob kemudian ikut bertempur di Belgia dan Belanda sampai dengan bulan Februari 1945 ketika dia terluka parah oleh pecahan granat.
Setelah perang usai dia kemudian menikah dengan pacar orang Inggris-nya, Vera. Kini pasangan berbahagia tersebut telah menikah selama 65 tahun dan masih rukun-rukun saja. Mereka tinggal di Bournemouth.
Kalau bukan karena foto tersebut dan serangkaian kebetulan-kebetulan yang aneh, tentunya pertemuan yang luar biasa antara Bob dan prajurit raksasa Jerman tersebut akan ditelan oleh sejarah dan tak akan muncul di blog ini (hehehe... narsis!).
Lalu bagaimana foto di atas bisa nongol?
Seorang sejarawan amatir bernama Rob Smith sedang berusaha untuk melacak pacar neneknya yang orang kanada, ketika dia berhasil menemukan foto itu di tumpukan arsip yang ditelitinya.
Dia kemudian berhasil menemukan Bob Roberts, dari resimen yang sama, yang tinggal hanya sejauh satu mil dari ibunya di Dorset. Smith juga berhasil menemukan bahwa si tawanan perang Jerman dengan tinggi tidak biasa tersebut merupakan anggota sirkus di Amerika sebelum perang berkecamuk!
Seorang Mayor yang bertugas di kompi Bob mengatakan kepada Smith bahwa si orang Jerman mempunyai 'kemampuan berbahasa Inggris yang baik'. Ketika ditanyakan darimana dia belajar, sang Mayor berkata bahwa si Jerman pernah tinggal di New York, dimana dia bekerja pada sebuah sirkus yang menonjolkan tinggi tubuhnya. Ketika Perang Dunia II pecah, dia kemudian bergabung dengan pasukan Hitler karena darah Jermannya yang kental dan "panggilan leluhur".
Sumber :
www.commons.wikimedia.org
www.dailymail.co.uk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar