Oleh : Waffen Armee
“Inggris sungguh beruntung. Perang berhenti sekarang,” ujar Captain Mervyn Wingfield, eks komandan kapal selam AL Inggris selepas memeriksa sebuah U-Boot Type XXI, U-2513 yang menyerah kepada Sekutu, 16 Mei 1945.
Ucapan Wingfield tidaklah berlebihan. Begitu semua kemampuan Type XXI terungkap secara luas, banyak ahli teknologi maritim setuju bahwa U-Boot ini adalah kapal selam sejati pertama dengan segudang terobosan teknologi. Sebelumnya kapal selam atau U-Boot hanya membenamkan diri selama beberapa saat manakala berhadapan dengan situasi darurat, sedangkan U-Boot Type XXI benar-benar berhabitat di bawah air dengan daya luncur yang lebih cepat saat menyelam dibandingkan saat bergerak dipermukaan dan hanya akan keluar ke permukaan hanya untuk mengisi baterai selama tiga sampai lima jam saja. Bila saja mesin perang ini muncul lebih awal, bisa dipastikan jalan cerita pertempuran di Atlantik akan lain.
U-Boot Type XXI sebenarnya lebih tepat apabila disebut sebagai E-Boot (elektroboot atau electric boat), sebab salah satu keunggulan kapal selam ini terletak pada kemampuannya menyimpan energi listrik dalam kapasitas besar sehingga mampu bergerak cepat dan bertahan lebih lama di dalam air. U-Boot type XXI berdesain futuristik dan merevolusi segala jenis kapal selam yang pernah ada dan akan menjadi cikal bakal kapal selam modern.
Konsep Modul
Rancang-bangun Type XXI mulai muncul pada akhir tahun 1942 sebagai solusi atas keinginan Donitz melengkapi mesin perang yang benar-benar baru bagi armada U-Boot nya. Saat itu memang terlihat kalau situasi sudah berbalik arah dan U-Boot tak lagi mendulang banyak sukses seperti tahun 1939-1941. Basis yang dipakai sebagai modal awal pengembangan adalah hasil temuan Profesor Walter. Insinyur sekaligus juga desainer kondang yang sejak awal era 1930-an telah mengerjakan sejumlah proyek pengembangan kapal selam. Beberapa hasil karya Walter yang memancing perhatian Donitz di antaranya adalah inovasi di bidang desain lambung serta revolusi pada sistem propulsi kapal selam dengan menggunakan hidrogen peroksida.
Agar menghemat waktu pembuatan, pemilihan lambung Type XXI merujuk pada desain lambung U-Boot yang telah dibuat Walter, yaitu Type XVIII. Donitz menyetujui usul ini dan memberikan lampu hijau pembangunan Type XXI pada 20 Agustus 1943.
Ada tiga galangan kapal Jerman yang terlibat dalam program ini dan secara serentak mereka menghentikan produksi U-Boot lawas serta mengalihkannya untuk pembangunan Type XXI. Masing-masing adalah galangan kapal Blohm & Voss di Hamburg, AG Wese, Bremen, dan F Schicau GmbH di Danzig. Type XXI pertama rampung dibangun dan diluncurkan dari galangan kapal Blohm & Voss pada tanggal 19 April 1944.
Bila dihitung, hanya dibutuhkan waktu kurang dari setahun untuk membangun sebuah U-Boot yang benar-benar baru. Ini adalah sebuah prestasi. Apalagi pekerjaan dilakukan di tengah gencarnya Sekutu melakukan pengeboman udara siang dan malam ke target-target strategis di seantero Jerman. Kendala ini bisa diatasi dengan menciptakan sistem produksi moduler. Pada penerapannya, kapal dibagi menjadi sepuluh modul. Setiap modul dikerjakan di tempat-tempat yang berbeda. Beruntung, Jerman memiliki jaringan transportasi air yang cukup rapi sehingga cukup mendukung pemindahan bagian-bagian kapal selam menuju area assembling. Selain sebagai upaya untuk menghindari target pengeboman Sekutu, sistem pembangunan model seperti ini juga mampu menghemat kebutuhan tenaga kerja. Sebagai gambarannya, untuk membangun sebuah U-Boot lawas Type XB dibutuhkan angka 460.000 man-hours, sedangkan pada Type XXI angka tadi bisa ditekan sampai 300.000 man-hours.
Walaupun demikian, proses produksi yang dijabarkan di atas tak sepenuhmya berjalan mulus. Saat diterapkan, kerap terjadi antara satu bagian dan bagian yang lain terjadi ketidak- cocokan. Hal ini masih dipersulit dengan keterlambatan pasokan komponen-komponen vital. Akibat pengeboman udara Sekutu yang makin hebat, sejumlah Type XXI yang siap diluncurkan rusak sehingga membutuhkan perbaikan. Sebagai contoh, antara Dsesember 1944 sampai Mei 1945 sedikitnya ada tujuh belas unit Type XXI siap pakai yang mengalami kerusakan akibat kejatuhan bom-bom Sekutu.
Serba baru
Terlepas dari masalah yang dihadapi dalam proses produksi, semua yang berhubungan dengan Type XXI tergolong serba baru. Mulai dari sosok, kemampuan, sampai teknologinya. Lambung dibuat streamline sehingga kapal mampu optimal beroperasi di bawah permukan laut. Tak ada lagi yang namanya meriam dek. Sebagai gantinya, kapal dibekali dengan sepasang kubah kanon kembar kaliber 20 mm. Bukannya dibiarkan telanjang, senjata antipesawat ini dikemas rapi dalam kubah yang tertanam di setiap anjungan.
Guna mendukung kelincahan manuver di bawah air, tiang-tiang seperti schnorchel, radar, radio, ataupun periskop disembunyikan ke dalam struktur manakala tak digunakan. Hal serupa juga berlaku pada dua sirip (hydroplane) yang terdapat di haluan. Selain itu, anjungan Type XXI tak dibiarkan terbuka. Sebagai gantinya pada bagian atas dipasang tiga bukaan. Masing-masing dipakai oleh seorang perwira pengamat dan dua orang pembantunya.
Bergeser ke bagian dalam kapal, secara garis besar Type XXI terbagi menjadi delapan bagian. Dek bagian atas punya jarak rentang lebih panjang ketimbang dek bawah. Soal fasilitas bagi para awak terasa lebih manusiawi ketimbang U-Boat lainnya. Bagian dalam kabin Type XXI dilengkapi dengan alat penondisian udara serta kamar mandi. Sekadar tambahan info pada U-Boat tipe lawas, biasanya para awak bisa berminggu-minggu tak mandi saat melaksanakan tugasnya.
Seperti biasa, dek bagian bawah dihuni oleh sejumlah komponen, termasuk baterai yang berjumlah 372 sel. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan Type IX yang hanya dibekali 124 sel. Berbekal baterai-baterai tadi, maka saat berada di bawah permukaan laut, Type XXI biasa diajak melesat sampai kecepatan 16 knot. Namun, bila kecepatan tadi dipertahankan pada angka lima knot, ini artinya kapal bisa bertahan lebih dari 72 jam di bawah air. Seluruh lambung kapal selanjutnya dibungkus lembaran metal yang merupakan campuran baja dan alumunium alloy dengan ketebalan sekitar satu inci. Berbekal bodi yang kokoh maka Type XXI sanggung diajak menyelam sampai kedalaman 280 m. ini artiya Type XXI menjadi satu-satunya kapal selam Jerman PD II yang sanggup menembus batas keramat kedalaman selam, yaitu 200 m.
Keunggulan kecepatan gerak di bawah air juga membawa hikmah tersendiri. Semasa PD II, kemampuan perangkat sonar milik Sekutu hanya mampu mendeteksi kapal selam lawan yang bergerak di bawah kecepatan 13 knot. Itu pun bergantung pada kondisi keadaan cuaca. Makin buruk cuaca, semakin buruk sensitivitas sonar dan ini artinya Type XXI makin leluasa untuk menerkam mangsanya.
Kesaktian beroperasi di bawah permukaan air juga tak bisa lepas dari kehadiran fasilitas baru dari bagian sumber tenaga. Selain memiliki sepasang mesin diesel dan elektrik, Type XXI juga memiliki creep elektrik motor. Sumber tenaga senyap ini bekerja dengan menggunakan tali kipas berbahan karet sehingga mampu menekan tingkat kebisingan. Memang secara teknis, mesin senyap itu memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh karena itu, mesin hanya dipakai pada kondisi-kondisi tertentu saja.
Kategori baru pun menyentuh perangkat elektronik ataupun bagian senjata utama U-Boot, yaitu torpedo. Salah satu perangkat elektronik yang cukup menyita perhatian adalah kehadiran Nibelung Sonar. Muncul sekitar Oktober 1944, perangkat ini mampu memasok data target secara lebih rinci. Sebut saja mulai dari jarak, arah, sampai kecepatan dan ini bisa dilakukan untuk pendeteksian beberapa target sekaligus. Tak hanya itu, sebulan sebelum Berlin jatuh, varian Nibelung Sonar yang lebih maju bahkan bisa dipakai untuk membedakan target kapal perang jenis destroyer atau kapal pengangkut barang.
Masih tetap mengandalkan torpedo kaliber 533 mm, keunggulan baru pertama Type XXI terletak pada kapasitas angkut torpedo yang mencapai 24 unit. Bandingkan dengan Type VIIC yang hanya sanggup membawa 14 torpedo sejenis. Jumlah torpedo yang banyak ini masih didukung oleh adanya sistem hidrolik baru bagi pengisian ulang torpedo. Secara teknis, Type XXI sanggup menembakkan enam torpedo secara salvo dan berbekal sistem pengisian baru maka dalam waktu dua puluh menit, kapal ini mampu melontarkan 18 torpedo.
Kriegsmarine berencana mengoperasikan sedikitnya 120 Type XXI sebelum akhirnya Berlin Jatuh. Dari jumlah itu, dua di antaranya, yaitu U-2511 dan U-3008 sempat digelar dalam operasi militer sungguhan, sementara sisanya diungsikan ke Norwegia dan berakhir di tangan Sekutu. Selanjutnya, Sekutu memanfaatkan keunggulan Type XXI bagi pembuatan kapal selamnya. Amerika, misalnya, menyomot teknologi Type XXI untuk membangun kapal selam kelas Guppy. Sementara Soviet menggunakannya untuk dasar pengembangan kapal selam kelas Whiskey.
Ucapan Wingfield tidaklah berlebihan. Begitu semua kemampuan Type XXI terungkap secara luas, banyak ahli teknologi maritim setuju bahwa U-Boot ini adalah kapal selam sejati pertama dengan segudang terobosan teknologi. Sebelumnya kapal selam atau U-Boot hanya membenamkan diri selama beberapa saat manakala berhadapan dengan situasi darurat, sedangkan U-Boot Type XXI benar-benar berhabitat di bawah air dengan daya luncur yang lebih cepat saat menyelam dibandingkan saat bergerak dipermukaan dan hanya akan keluar ke permukaan hanya untuk mengisi baterai selama tiga sampai lima jam saja. Bila saja mesin perang ini muncul lebih awal, bisa dipastikan jalan cerita pertempuran di Atlantik akan lain.
U-Boot Type XXI sebenarnya lebih tepat apabila disebut sebagai E-Boot (elektroboot atau electric boat), sebab salah satu keunggulan kapal selam ini terletak pada kemampuannya menyimpan energi listrik dalam kapasitas besar sehingga mampu bergerak cepat dan bertahan lebih lama di dalam air. U-Boot type XXI berdesain futuristik dan merevolusi segala jenis kapal selam yang pernah ada dan akan menjadi cikal bakal kapal selam modern.
Konsep Modul
Rancang-bangun Type XXI mulai muncul pada akhir tahun 1942 sebagai solusi atas keinginan Donitz melengkapi mesin perang yang benar-benar baru bagi armada U-Boot nya. Saat itu memang terlihat kalau situasi sudah berbalik arah dan U-Boot tak lagi mendulang banyak sukses seperti tahun 1939-1941. Basis yang dipakai sebagai modal awal pengembangan adalah hasil temuan Profesor Walter. Insinyur sekaligus juga desainer kondang yang sejak awal era 1930-an telah mengerjakan sejumlah proyek pengembangan kapal selam. Beberapa hasil karya Walter yang memancing perhatian Donitz di antaranya adalah inovasi di bidang desain lambung serta revolusi pada sistem propulsi kapal selam dengan menggunakan hidrogen peroksida.
Agar menghemat waktu pembuatan, pemilihan lambung Type XXI merujuk pada desain lambung U-Boot yang telah dibuat Walter, yaitu Type XVIII. Donitz menyetujui usul ini dan memberikan lampu hijau pembangunan Type XXI pada 20 Agustus 1943.
Ada tiga galangan kapal Jerman yang terlibat dalam program ini dan secara serentak mereka menghentikan produksi U-Boot lawas serta mengalihkannya untuk pembangunan Type XXI. Masing-masing adalah galangan kapal Blohm & Voss di Hamburg, AG Wese, Bremen, dan F Schicau GmbH di Danzig. Type XXI pertama rampung dibangun dan diluncurkan dari galangan kapal Blohm & Voss pada tanggal 19 April 1944.
Bila dihitung, hanya dibutuhkan waktu kurang dari setahun untuk membangun sebuah U-Boot yang benar-benar baru. Ini adalah sebuah prestasi. Apalagi pekerjaan dilakukan di tengah gencarnya Sekutu melakukan pengeboman udara siang dan malam ke target-target strategis di seantero Jerman. Kendala ini bisa diatasi dengan menciptakan sistem produksi moduler. Pada penerapannya, kapal dibagi menjadi sepuluh modul. Setiap modul dikerjakan di tempat-tempat yang berbeda. Beruntung, Jerman memiliki jaringan transportasi air yang cukup rapi sehingga cukup mendukung pemindahan bagian-bagian kapal selam menuju area assembling. Selain sebagai upaya untuk menghindari target pengeboman Sekutu, sistem pembangunan model seperti ini juga mampu menghemat kebutuhan tenaga kerja. Sebagai gambarannya, untuk membangun sebuah U-Boot lawas Type XB dibutuhkan angka 460.000 man-hours, sedangkan pada Type XXI angka tadi bisa ditekan sampai 300.000 man-hours.
Walaupun demikian, proses produksi yang dijabarkan di atas tak sepenuhmya berjalan mulus. Saat diterapkan, kerap terjadi antara satu bagian dan bagian yang lain terjadi ketidak- cocokan. Hal ini masih dipersulit dengan keterlambatan pasokan komponen-komponen vital. Akibat pengeboman udara Sekutu yang makin hebat, sejumlah Type XXI yang siap diluncurkan rusak sehingga membutuhkan perbaikan. Sebagai contoh, antara Dsesember 1944 sampai Mei 1945 sedikitnya ada tujuh belas unit Type XXI siap pakai yang mengalami kerusakan akibat kejatuhan bom-bom Sekutu.
Serba baru
Terlepas dari masalah yang dihadapi dalam proses produksi, semua yang berhubungan dengan Type XXI tergolong serba baru. Mulai dari sosok, kemampuan, sampai teknologinya. Lambung dibuat streamline sehingga kapal mampu optimal beroperasi di bawah permukan laut. Tak ada lagi yang namanya meriam dek. Sebagai gantinya, kapal dibekali dengan sepasang kubah kanon kembar kaliber 20 mm. Bukannya dibiarkan telanjang, senjata antipesawat ini dikemas rapi dalam kubah yang tertanam di setiap anjungan.
Guna mendukung kelincahan manuver di bawah air, tiang-tiang seperti schnorchel, radar, radio, ataupun periskop disembunyikan ke dalam struktur manakala tak digunakan. Hal serupa juga berlaku pada dua sirip (hydroplane) yang terdapat di haluan. Selain itu, anjungan Type XXI tak dibiarkan terbuka. Sebagai gantinya pada bagian atas dipasang tiga bukaan. Masing-masing dipakai oleh seorang perwira pengamat dan dua orang pembantunya.
Bergeser ke bagian dalam kapal, secara garis besar Type XXI terbagi menjadi delapan bagian. Dek bagian atas punya jarak rentang lebih panjang ketimbang dek bawah. Soal fasilitas bagi para awak terasa lebih manusiawi ketimbang U-Boat lainnya. Bagian dalam kabin Type XXI dilengkapi dengan alat penondisian udara serta kamar mandi. Sekadar tambahan info pada U-Boat tipe lawas, biasanya para awak bisa berminggu-minggu tak mandi saat melaksanakan tugasnya.
Seperti biasa, dek bagian bawah dihuni oleh sejumlah komponen, termasuk baterai yang berjumlah 372 sel. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan Type IX yang hanya dibekali 124 sel. Berbekal baterai-baterai tadi, maka saat berada di bawah permukaan laut, Type XXI biasa diajak melesat sampai kecepatan 16 knot. Namun, bila kecepatan tadi dipertahankan pada angka lima knot, ini artinya kapal bisa bertahan lebih dari 72 jam di bawah air. Seluruh lambung kapal selanjutnya dibungkus lembaran metal yang merupakan campuran baja dan alumunium alloy dengan ketebalan sekitar satu inci. Berbekal bodi yang kokoh maka Type XXI sanggung diajak menyelam sampai kedalaman 280 m. ini artiya Type XXI menjadi satu-satunya kapal selam Jerman PD II yang sanggup menembus batas keramat kedalaman selam, yaitu 200 m.
Keunggulan kecepatan gerak di bawah air juga membawa hikmah tersendiri. Semasa PD II, kemampuan perangkat sonar milik Sekutu hanya mampu mendeteksi kapal selam lawan yang bergerak di bawah kecepatan 13 knot. Itu pun bergantung pada kondisi keadaan cuaca. Makin buruk cuaca, semakin buruk sensitivitas sonar dan ini artinya Type XXI makin leluasa untuk menerkam mangsanya.
Kesaktian beroperasi di bawah permukaan air juga tak bisa lepas dari kehadiran fasilitas baru dari bagian sumber tenaga. Selain memiliki sepasang mesin diesel dan elektrik, Type XXI juga memiliki creep elektrik motor. Sumber tenaga senyap ini bekerja dengan menggunakan tali kipas berbahan karet sehingga mampu menekan tingkat kebisingan. Memang secara teknis, mesin senyap itu memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh karena itu, mesin hanya dipakai pada kondisi-kondisi tertentu saja.
Kategori baru pun menyentuh perangkat elektronik ataupun bagian senjata utama U-Boot, yaitu torpedo. Salah satu perangkat elektronik yang cukup menyita perhatian adalah kehadiran Nibelung Sonar. Muncul sekitar Oktober 1944, perangkat ini mampu memasok data target secara lebih rinci. Sebut saja mulai dari jarak, arah, sampai kecepatan dan ini bisa dilakukan untuk pendeteksian beberapa target sekaligus. Tak hanya itu, sebulan sebelum Berlin jatuh, varian Nibelung Sonar yang lebih maju bahkan bisa dipakai untuk membedakan target kapal perang jenis destroyer atau kapal pengangkut barang.
Masih tetap mengandalkan torpedo kaliber 533 mm, keunggulan baru pertama Type XXI terletak pada kapasitas angkut torpedo yang mencapai 24 unit. Bandingkan dengan Type VIIC yang hanya sanggup membawa 14 torpedo sejenis. Jumlah torpedo yang banyak ini masih didukung oleh adanya sistem hidrolik baru bagi pengisian ulang torpedo. Secara teknis, Type XXI sanggup menembakkan enam torpedo secara salvo dan berbekal sistem pengisian baru maka dalam waktu dua puluh menit, kapal ini mampu melontarkan 18 torpedo.
Kriegsmarine berencana mengoperasikan sedikitnya 120 Type XXI sebelum akhirnya Berlin Jatuh. Dari jumlah itu, dua di antaranya, yaitu U-2511 dan U-3008 sempat digelar dalam operasi militer sungguhan, sementara sisanya diungsikan ke Norwegia dan berakhir di tangan Sekutu. Selanjutnya, Sekutu memanfaatkan keunggulan Type XXI bagi pembuatan kapal selamnya. Amerika, misalnya, menyomot teknologi Type XXI untuk membangun kapal selam kelas Guppy. Sementara Soviet menggunakannya untuk dasar pengembangan kapal selam kelas Whiskey.