Oleh : Steve Edpin
SEKILAS TENTANG GEBIRGSJÄGER
Akibat larangan dari Perjanjian Versailles, Angkatan Darat Jerman dibatasi dalam jumlah yang minimal. Oleh karena itu, Jerman hanya dapat membentuk pasukan gunung setingkat kompi. Di saat Hitler naik takhta di tahun 1933, pasukan gunung berhasil diperbesar menjadi setingkat brigade. Dan dua tahun kemudian, satu pasukan gunung setingkat divisi berhasil dibentuk. Pada saat pencaplokan Austria di tahun 1938, berbagai resimen infantri Austria terserap ke dalam resimen pasukan gunung Jerman. Mereka ini dikenal dengan orang-orang Ostmark (Anda dapat menemukan kata ini kembali pada artikel di bawah).
Pada saat perang pecah di tahun 1939, Jerman secara resmi telah memiliki tiga divisi penuh pasukan gunung. Selama perang berlangsung, jumlah divisi pasukan gunung terus meningkat sehingga pada saat perang berakhir, Jerman telah memiliki secara keseluruhan sembilan belas divisi pasukan gunung dan empat batalion independen untuk pegunungan yang lebih tinggi atau Hochgebirgsjäger (yang akhirnya diserap ke unit pasukan gunung biasa karena dianggap tidak memiliki fungsi khusus dan memiliki tugas yang relatif sama).
Dari sembilan belas divisi tersebut, sebelas di antaranya berasal dari Angkatan Darat dan delapan berasal dari Waffen-SS. Hampir semua divisi gunung Waffen-SS anggotanya merupakan etnis Jerman dan berasal dari negara-negara lain yang diduduki Jerman.
Pelatihan Gebirgsjäger boleh dibilang keras. Sebelum ditugaskan ke spesialisasi (pasukan zeni, artileri, komunikasi, transpor, koki, sopir, dlsb.), seluruh anggota baru pertama-tama dilatih mengenai kemampuan dasar infantri. Mereka juga dilatih untuk menggunakan berbagai macam senjata yang mungkin mereka temui dalam pertempuran, bukan hanya senjata standar yang diberikan kepada mereka. Latihannya mencakup bagaimana cara menggunakan senapan, senapan mesin ringan dan berat, berbagai jenis mortir dan senjata anti-tank, dan berbagai senjata lainnya. Setelah ini dilewati, barulah mereka dapat masuk ke dalam spesialisasi masing-masing.
Tidak seperti satuan-satuan yang lain, bagian utama dari pelatihan Gebirgsjäger dititikberatkan untuk melatih dua hal yang terpenting: kedua kaki mereka. Kedua kaki inilah yang akan membawa setiap prajurit ke medan-medan yang sulit. Pelatihannya meliputi penjat tebing, ski lintas alam, berjalan mengikuti kompas atau mengikuti rute/track tertentu, dan berjalan di gelapnya malam. Sayangnya, menjelang akhir perang, banyak prajurit-prajurit Gebirgsjäger yang tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya seperti yang mereka latih. Malahan, para prajurit ini digunakan untuk aksi-aksi yang jauh dari daerah pegunungan (tempat seharusnya mereka beroperasi), dan diberikan tugas yang sama dengan pasukan infantri biasa. Seringkali jatuhnya korban dikarenakan oleh ‘penyalahgunaan’ ini.
Selama perang berlangsung, pasukan Gebirgsjäger bertugas hampir di seluruh front, termasuk Polandia, Norwegia, Balkan, Yunani (termasuk Kreta), Yugoslavia, Uni Soviet (termasuk Kaukasus), Italia, dan Prancis. Satu hal yang membuat Hitler kagum dengan Gebirgsjäger adalah akan keberhasilannya di Narvik, Norwegia. Artikel di bawah ini bercerita secara singkat mengenai Narvik dan Gebirgsjäger.
Di bawah ini adalah terjemahan artikel ke bahasa Indonesia.
Judul: PARA PRAJURIT DENGAN KEMBANG EDELWEISS
"Kata Narvik selamanya akan menjadi kesaksian besar dalam sejarah Angkatan Bersenjata Reich Nazi Jerman", demikianlah sang Führer dalam pidatonya pada tanggal 19 Juli 1940* di Reichstag. Lalu ia melanjutkan: "Generalleutnant Dietl adalah sang pahlawan Narvik." Dalam pidato ini juga, sang Führer memberikan apresiasinya kepada sebuah pasukan yang dikenal dengan Gebirgsjäger, yang mendapatkan gencatan senjata tertinggi di Norwegia. Orang-orang Bavaria dan orang-orang Ostmark** bertugas di dalam unit Gebirgsjäger ini sebagai pasukan infantri gunung, pasukuan zeni gunung, dan pasukan meriam gunung. Orang-orang yang tangguh seperti besi inilah para Gebirgsjäger. Terbiasa dan yakin tinggal di pegunungan, tidak ada halangan bagi mereka akan pegunungan yang terjal. Pegunungan, bagi mereka, merupakan elemen penting dalam hidup, dan bagi mereka pegunungan memiliki cinta yang penuh gairah. Dengan segala marabahaya dan jebakan, mereka mengukur diri dengan penuh tantangan, dan tekadnya untuk menjalankan misi laki-laki tangguh sudah ada sejak masa kecil. Jerman bangga dengan orang-orang ini, para prajurit yang berani, para prajurit yang tangguh, dalam arti kata yang sebenarnya.
KETERANGAN ILUSTRASI
- Atas: penugasan di salju
- Kiri: setiap Gebirgsjäger adalah seorang seniman di gunung
- Kanan: transportasi meriam di medan yang sulit
- Bawah: seorang Hauptmann (kapten) dan dua orang Gebirgsjäger
SUMBER FOTO
- koleksi pribadi, 'Das Schwarze Korps' ep. 7, hal. 8, terbitan 13 Februari 1941.
CATATAN KAKI
* 19 Juli 1940 adalah tanggal ketika Generalleutnant Eduard Dietl, seorang komandan pasukan gunung di wilayah Norwegia, menerima promosi menjadi General der Gebirgstruppe. Tepat sebulan sebelumnya (19 Juni 1940), Dietl merupakan orang pertama yang menerima penghargaan daun ek di Salib Ksatria-nya.
**Pasukan Gebirgsjäger terkenal berasal dari bagian selatan Bavaria (yang tergabung ke dalam Wehrkreis XVIII) karena daerah pegunungannya, dan kemampuan kehidupan di pegunungan terlatih sejak kecil. Orang-orang Ostmark merupakan sebutan untuk prajurit-prajurit dari resimen infantri Austria yang diserap ke dalam pasukan gunung Jerman setelah Anschluss.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar