Oleh : Steve Edpin
Tanggal 23 September 1941, satuan pesawat Stuka dari III./StG 2* melancarkan serangan kedua ke pelabuhan Kronstadt di wilayah Leningrad, Uni Soviet. Salah satu pilot Stuka yang ikut dalam penyerangan ini adalah Oberleutnant Hans-Ulrich Rudel, di bawah komando Hauptmann Ernst-Siegfried Steen. Sasaran mereka adalah kapal tempur Marat**. Kapal tempur Marat dan kapal tempur Oktyabrskaya Revolutsiya menjadi target karena mereka terus-menerus memuntahkan peluru-peluru artilerinya ke arah satuan darat Jerman yang sedang bergerak di pantai Teluk Finlandia. Pesawat mereka masing-masing dilengkapi dengan bom PC1000*** dengan detonator khusus untuk misi ini.
Ketika Marat sudah terlihat, Steen dan Rudel mengambil posisi untuk menyerang (ilustrasi #1). Mereka menukik bersebelahan satu sama lain dengan sudut kemiringan 70 sampai 80 derajat, bersamaan menuju Marat, dengan kecepatan penuh (ilustrasi #2). Tiba-tiba, pesawat Steen perlahan-lahan mendahului Rudel karena ternyata lebih cepat. Diduga bahwa Steen tidak membuka rem saat menukik agar dapat mencapai Marat lebih dahulu. Seketika saja ekor pesawat Steen berada persis di depan hidung pesawat Rudel, dan Rudel pun dapat melihat dengan jelas wajah penembak belakang di pesawat Steen, Oberfeldwebel Lehmann. Ia yakin dalam beberapa detik akan terjadi tabrakan udara jika ia tidak melakukan sesuatu. Untuk mencegah hal tersebut, Rudel langsung mendorong stik kemudi sampai-sampai ia menukik dengan kemiringan 90 derajat (murni vertikal!). Padahal hal ini sebenarnya tidak dianjurkan karena jika terlalu cepat, pilot bisa kehilangan kemudi atas pesawatnya dan juga bisa merobek badan/sayap pesawat (ilustrasi #3). Keberuntungan pertama: Rudel berhasil lewat di bawah pesawat Steen yang ia yakini perbedaan jaraknya hanya sehelai rambut. Pada saat itu, Steen telah menjatuhkan bomnya, dan dengan segera kembali naik untuk ‘menutup’ diri di dalam awan untuk menghindar dari serangan anti-udara yang mengepung mereka (ilustrasi #4).
Rudel pun heran karena dalam kecepatan penuh dan posisi tukik vertikalnya pada waktu itu, pesawatnya tidak bergoncang sedikitpun dan tetap stabil. Sekarang, Marat berada persis di tengah bidikan pesawatnya. Rudel dapat melihat persis awak kapal Marat yang berlarian kesana kemari di atas dek. Dengan jarak yang semakin dekat, kalau bom tidak mengenai Marat, itu tidak mungkin. Pada saat itulah, di ketinggian 300 meter, Rudel menekan tombol pelepas bom. Bom seberat 1000 kg itu terjun ke arah Marat (ilustrasi #5). Waktu itu, Rudel baru ingat pengarahan yang diberikan Steen ketika di darat, bahwa bom 1000 kg jangan dijatuhkan pada ketinggian kurang dari 1000 meter, karena percikan ledakannya bisa sampai 1000 meter dan dapat membahayakan pesawatnya itu sendiri. Tapi ia menjatuhkannya dari ketinggian 300 meter! Keberuntungan kedua: ledakannya tidak pernah mengenai pesawat Rudel sekalipun.
Pada saat Rudel melepas bom, pada saat itu jugalah ia menarik stik kemudi dengan sekuat tenaga untuk menanjak. Kecepatannya terlalu cepat. Rudel mengira bahwa pesawatnya akan menghujam ke laut kalau tidak menghujam Marat. Penglihatan Rudel kabur dan ia mengalami buta sementara akibat G-Force. Tapi di saat itu, ia mendengar berita gembira dari penembak belakangnya, Feldwebel Scharnovski, yang mengatakan: “Herr Oberleutnant, das Schiff explodiert!” artinya “Letnan, kapal itu meledak!”. Penglihatan Rudel kembali normal beberapa waktu kemudian. Ia menyadari bahwa pesawatnya hanya 3-4 meter di atas permukaan laut (ilustrasi #6). Keberuntungan ketiga: dengan posisi tukik murni vertikal dan dengan kecepatan penuh tanpa rem, Rudel berhasil mengontrol kembali pesawatnya, dan tidak pernah menghujam laut ataupun Marat seperti dugaan sebelumnya.
Lalu, ia memutar sedikit pesawatnya untuk mengalihkan pandangannya melihat prestasi yang telah ia capai. Ia melihat kepulan asap yang diakibatkan mencapai 400 meter. Tidak diragukan lagi bahwa bom seberat 1000 kg itu telah mengenai ruang amunisi Marat. Bom Rudel tepat mengenai ruang amunisi kubah paling depan.
Cerita ini masih berlanjut, ketika pesawat Rudel dikejar dua pesawat pemburu Soviet, dan terbang di atas kepungan tembakan anti-udara. Karena terbang sedemikian rendahnya, Rudel mengatakan bahwa ia hampir dapat menabrakkan sayapnya ke awak senjata anti-udara yang ada di darat. Pesawat Rudel berhasil ‘menghilang’ dari kejaran dua pesawat tadi. Tapi tidak lama kemudian, ada lagi satu pesawat Soviet yang mengejarnya dari belakang, dan kali ini berhasil ditembak jatuh oleh pesawat pemburu Jerman yang juga ada di belakangnya. Keberuntungan keempat: Rudel berhasil selamat dari kejaran beberapa pesawat pemburu musuh. Dan pada akhirnya, ia mendarat di pangkalan dengan selamat, dan menerima berbagai ucapan selamat.
Namun lain halnya dengan Steen dan Scharnovski. Nasib tragis menimpa diri mereka pada hari yang sama. Ajal tiba setelah mereka baru saja berhasil selamat dari kematian. Karena setelah serangan tadi Steen mengalami kerusakan pada pesawatnya ketika mendarat, ia menggunakan pesawat Rudel di sortie berikutnya. Target kali ini adalah kapal penjelajah Kirov, yang juga berada di Kronstadt. Tapi naas, sebuah peluru anti-udara tepat mengenai pesawatnya dan merobek ekor pesawatnya. Steen dan Scharnovski pun gugur di hari di mana StG 2 meraih kesuksesan gemilang. Keberuntungan terakhir: pesawat Rudel tertembak jatuh sewaktu ia tidak menjadi pilotnya. Ia tetap menjadi pilot pesawat Stuka sampai akhir perang, dan selamat sampai ia wafat pada tahun 1982. Bahkan setelah perang ia pernah menjadi seorang pengusaha sukses di Jerman.
CATATAN
Gambar dibuat hanya sebagai ilustrasi.
CATATAN KAKI
* Masih banyak yang kebingungan membaca singkatan-singkatan struktur tempur pasukan Jerman. Dalam hal ini III./StG 2 merupakan kependekan dari III. Gruppe/Stukageschwader 2, yang berarti Grup Ketiga dari Stukageschwader Kedua. Ukuran bisa bervariasi, tapi satu Gruppe bisa mencapai 30 pesawat, dan satu Geschwader bisa mencapai 120 pesawat.
** Seminggu sebelumnya, pada tanggal 16 September, Rudel telah berhasil menjatuhkan sebuah bom ke dek belakang battleship Marat dan menimbulkan kebakaran, namun tidak menenggelamkan kapal tersebut.
*** Bom dengan tipe PC adalah jenis bom produksi Jerman berjenis penembus baja dengan daya ledak tinggi. Angka di belakangnya menunjukkan berat dalam kilogram. PC1000 berarti bom penembus baja dengan daya ledak tinggi seberat 1000 kg.
SUMBER
- Fleischer, W., 2004. “German Air-dropped Weapons to 1945”, Midland Publishing Ltd.
- Murawski, M.J., 2003. “St.G 2 „Immelmann“”, Kagero.
- Rudel, H.U. (diterjemahkan oleh Hudson, L.), 1958. “Stuka Pilot”, Ballantine Books.
Ketika Marat sudah terlihat, Steen dan Rudel mengambil posisi untuk menyerang (ilustrasi #1). Mereka menukik bersebelahan satu sama lain dengan sudut kemiringan 70 sampai 80 derajat, bersamaan menuju Marat, dengan kecepatan penuh (ilustrasi #2). Tiba-tiba, pesawat Steen perlahan-lahan mendahului Rudel karena ternyata lebih cepat. Diduga bahwa Steen tidak membuka rem saat menukik agar dapat mencapai Marat lebih dahulu. Seketika saja ekor pesawat Steen berada persis di depan hidung pesawat Rudel, dan Rudel pun dapat melihat dengan jelas wajah penembak belakang di pesawat Steen, Oberfeldwebel Lehmann. Ia yakin dalam beberapa detik akan terjadi tabrakan udara jika ia tidak melakukan sesuatu. Untuk mencegah hal tersebut, Rudel langsung mendorong stik kemudi sampai-sampai ia menukik dengan kemiringan 90 derajat (murni vertikal!). Padahal hal ini sebenarnya tidak dianjurkan karena jika terlalu cepat, pilot bisa kehilangan kemudi atas pesawatnya dan juga bisa merobek badan/sayap pesawat (ilustrasi #3). Keberuntungan pertama: Rudel berhasil lewat di bawah pesawat Steen yang ia yakini perbedaan jaraknya hanya sehelai rambut. Pada saat itu, Steen telah menjatuhkan bomnya, dan dengan segera kembali naik untuk ‘menutup’ diri di dalam awan untuk menghindar dari serangan anti-udara yang mengepung mereka (ilustrasi #4).
Rudel pun heran karena dalam kecepatan penuh dan posisi tukik vertikalnya pada waktu itu, pesawatnya tidak bergoncang sedikitpun dan tetap stabil. Sekarang, Marat berada persis di tengah bidikan pesawatnya. Rudel dapat melihat persis awak kapal Marat yang berlarian kesana kemari di atas dek. Dengan jarak yang semakin dekat, kalau bom tidak mengenai Marat, itu tidak mungkin. Pada saat itulah, di ketinggian 300 meter, Rudel menekan tombol pelepas bom. Bom seberat 1000 kg itu terjun ke arah Marat (ilustrasi #5). Waktu itu, Rudel baru ingat pengarahan yang diberikan Steen ketika di darat, bahwa bom 1000 kg jangan dijatuhkan pada ketinggian kurang dari 1000 meter, karena percikan ledakannya bisa sampai 1000 meter dan dapat membahayakan pesawatnya itu sendiri. Tapi ia menjatuhkannya dari ketinggian 300 meter! Keberuntungan kedua: ledakannya tidak pernah mengenai pesawat Rudel sekalipun.
Pada saat Rudel melepas bom, pada saat itu jugalah ia menarik stik kemudi dengan sekuat tenaga untuk menanjak. Kecepatannya terlalu cepat. Rudel mengira bahwa pesawatnya akan menghujam ke laut kalau tidak menghujam Marat. Penglihatan Rudel kabur dan ia mengalami buta sementara akibat G-Force. Tapi di saat itu, ia mendengar berita gembira dari penembak belakangnya, Feldwebel Scharnovski, yang mengatakan: “Herr Oberleutnant, das Schiff explodiert!” artinya “Letnan, kapal itu meledak!”. Penglihatan Rudel kembali normal beberapa waktu kemudian. Ia menyadari bahwa pesawatnya hanya 3-4 meter di atas permukaan laut (ilustrasi #6). Keberuntungan ketiga: dengan posisi tukik murni vertikal dan dengan kecepatan penuh tanpa rem, Rudel berhasil mengontrol kembali pesawatnya, dan tidak pernah menghujam laut ataupun Marat seperti dugaan sebelumnya.
Lalu, ia memutar sedikit pesawatnya untuk mengalihkan pandangannya melihat prestasi yang telah ia capai. Ia melihat kepulan asap yang diakibatkan mencapai 400 meter. Tidak diragukan lagi bahwa bom seberat 1000 kg itu telah mengenai ruang amunisi Marat. Bom Rudel tepat mengenai ruang amunisi kubah paling depan.
Cerita ini masih berlanjut, ketika pesawat Rudel dikejar dua pesawat pemburu Soviet, dan terbang di atas kepungan tembakan anti-udara. Karena terbang sedemikian rendahnya, Rudel mengatakan bahwa ia hampir dapat menabrakkan sayapnya ke awak senjata anti-udara yang ada di darat. Pesawat Rudel berhasil ‘menghilang’ dari kejaran dua pesawat tadi. Tapi tidak lama kemudian, ada lagi satu pesawat Soviet yang mengejarnya dari belakang, dan kali ini berhasil ditembak jatuh oleh pesawat pemburu Jerman yang juga ada di belakangnya. Keberuntungan keempat: Rudel berhasil selamat dari kejaran beberapa pesawat pemburu musuh. Dan pada akhirnya, ia mendarat di pangkalan dengan selamat, dan menerima berbagai ucapan selamat.
Namun lain halnya dengan Steen dan Scharnovski. Nasib tragis menimpa diri mereka pada hari yang sama. Ajal tiba setelah mereka baru saja berhasil selamat dari kematian. Karena setelah serangan tadi Steen mengalami kerusakan pada pesawatnya ketika mendarat, ia menggunakan pesawat Rudel di sortie berikutnya. Target kali ini adalah kapal penjelajah Kirov, yang juga berada di Kronstadt. Tapi naas, sebuah peluru anti-udara tepat mengenai pesawatnya dan merobek ekor pesawatnya. Steen dan Scharnovski pun gugur di hari di mana StG 2 meraih kesuksesan gemilang. Keberuntungan terakhir: pesawat Rudel tertembak jatuh sewaktu ia tidak menjadi pilotnya. Ia tetap menjadi pilot pesawat Stuka sampai akhir perang, dan selamat sampai ia wafat pada tahun 1982. Bahkan setelah perang ia pernah menjadi seorang pengusaha sukses di Jerman.
CATATAN
Gambar dibuat hanya sebagai ilustrasi.
CATATAN KAKI
* Masih banyak yang kebingungan membaca singkatan-singkatan struktur tempur pasukan Jerman. Dalam hal ini III./StG 2 merupakan kependekan dari III. Gruppe/Stukageschwader 2, yang berarti Grup Ketiga dari Stukageschwader Kedua. Ukuran bisa bervariasi, tapi satu Gruppe bisa mencapai 30 pesawat, dan satu Geschwader bisa mencapai 120 pesawat.
** Seminggu sebelumnya, pada tanggal 16 September, Rudel telah berhasil menjatuhkan sebuah bom ke dek belakang battleship Marat dan menimbulkan kebakaran, namun tidak menenggelamkan kapal tersebut.
*** Bom dengan tipe PC adalah jenis bom produksi Jerman berjenis penembus baja dengan daya ledak tinggi. Angka di belakangnya menunjukkan berat dalam kilogram. PC1000 berarti bom penembus baja dengan daya ledak tinggi seberat 1000 kg.
SUMBER
- Fleischer, W., 2004. “German Air-dropped Weapons to 1945”, Midland Publishing Ltd.
- Murawski, M.J., 2003. “St.G 2 „Immelmann“”, Kagero.
- Rudel, H.U. (diterjemahkan oleh Hudson, L.), 1958. “Stuka Pilot”, Ballantine Books.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar