Seorang prajurit Afrikakorps dengan tropenhelm berdiri di depan makam temannya. Salah satu dari begitu banyak tempat peristirahatan terakhir tentara Jerman yang bertempur di gurun pasir Afrika Utara, beribu kilometer jauhnya dari tempat asal mereka
Pemakaman para prajurit Afrikakorps Jerman (Deutscher Soldatenfriedhof) di "Weißen" (Rumah Putih) dekat Tobruk, Libya, Juni 1941. Setelah pengepungan yang memakan waktu berbulan-bulan, bisa dipastikan bahwa jumlah makam yang berada di tempat tersebut akan semakin bertambah! Foto oleh Fritz Sturm
Foto ini pertama kali dipublikasikan dalam buku keluaran tahun 1943 yang berjudul "Balkenkreuz Über Wüstensand: Falbbirderwerk des Deutschen Afrikakorps" (Salib Balkan di Atas Pasir Gurun: Buku Gambar Berwarna dari Afrikakorps Jerman) karya Gerhard Stalling. Dia memperlihatkan seorang perwira Luftwaffe dengan pangkat Oberleutnant sedang bermain kartu di padang pasir Afrika Utara sambil merokok. Cukup ironis mengingat bahwa dia sebenarnya adalah seorang petugas medis yang berhubungan erat dengan kesehatan (perhatikan simbol ular kadut melilit tongkat di schulterklappen-nya)! Untuk seorang perwira medis (Sanitätsoffizier), pangkat yang setara dengan Oberleutnant (Letnant Satu) adalah Oberarzt. Tampaknya dia telah ikut dalam aksi pertempuran, yang terlihat dari pita Eisernes Kreuz II.Klasse di kancing seragamnya. Dia juga mengenakan "knautschmütze" (crusher cap) versi Luftwaffe, yang pada dasarnya adalah schirmmütze (visor cap) yang diremas sampai lemas (pikirannya jangan kemana-mana!)
Panzer III milik Afrikakorps menderu membelah gurun pasir Barat dalam peperangan melawan Inggris. Ketika pasukan Jerman pertama tiba di Afrika Utara bulan Maret 1941, mereka dilengkapi dengan Panzer II dan III, dengan yang terakhir kebanyakan berasal dari tipe Ausf.F dan Ausf.G. Karena kurangnya tambahan panzer-panzer baru sampai dengan dimulainya kampanye di Tunisia tahun 1943, maka Erwin Rommel hanya dapat mengandalkan panzer-panzer mediumnya di sepanjang pertempuran di Afrika dari tahun 1941 sampai awal tahun 1943
Pemakaman para prajurit Afrikakorps Jerman (Deutscher Soldatenfriedhof) di "Weißen" (Rumah Putih) dekat Tobruk, Libya, Juni 1941. Setelah pengepungan yang memakan waktu berbulan-bulan, bisa dipastikan bahwa jumlah makam yang berada di tempat tersebut akan semakin bertambah! Foto oleh Fritz Sturm
Foto ini pertama kali dipublikasikan dalam buku keluaran tahun 1943 yang berjudul "Balkenkreuz Über Wüstensand: Falbbirderwerk des Deutschen Afrikakorps" (Salib Balkan di Atas Pasir Gurun: Buku Gambar Berwarna dari Afrikakorps Jerman) karya Gerhard Stalling. Dia memperlihatkan seorang perwira Luftwaffe dengan pangkat Oberleutnant sedang bermain kartu di padang pasir Afrika Utara sambil merokok. Cukup ironis mengingat bahwa dia sebenarnya adalah seorang petugas medis yang berhubungan erat dengan kesehatan (perhatikan simbol ular kadut melilit tongkat di schulterklappen-nya)! Untuk seorang perwira medis (Sanitätsoffizier), pangkat yang setara dengan Oberleutnant (Letnant Satu) adalah Oberarzt. Tampaknya dia telah ikut dalam aksi pertempuran, yang terlihat dari pita Eisernes Kreuz II.Klasse di kancing seragamnya. Dia juga mengenakan "knautschmütze" (crusher cap) versi Luftwaffe, yang pada dasarnya adalah schirmmütze (visor cap) yang diremas sampai lemas (pikirannya jangan kemana-mana!)
Panzer III milik Afrikakorps menderu membelah gurun pasir Barat dalam peperangan melawan Inggris. Ketika pasukan Jerman pertama tiba di Afrika Utara bulan Maret 1941, mereka dilengkapi dengan Panzer II dan III, dengan yang terakhir kebanyakan berasal dari tipe Ausf.F dan Ausf.G. Karena kurangnya tambahan panzer-panzer baru sampai dengan dimulainya kampanye di Tunisia tahun 1943, maka Erwin Rommel hanya dapat mengandalkan panzer-panzer mediumnya di sepanjang pertempuran di Afrika dari tahun 1941 sampai awal tahun 1943
Suasana bongkar muat mesin-mesin perang pihak Poros di sebuah pelabuhan Italia di Libya (kemungkinan Benghazi atau Tripoli) saat gerak maju pasukan Jerman ke Mesir tahun 1941. Kapal di latar belakang yang bergaris-garis kemungkinan adalah kapal penjelajah pembantu Italia "Citta Tu Tunisi" yang selalu berlayar dengan setidaknya salah satu dari tiga kapal saudarinya (Viktoria, Esperia dan Marco Polo), dan bisa dibedakan dari satu cerobong asap yang menempel di badannya dibandingkan dengan dua milik tiga kapal yang lain
Suasana bongkar muat mesin-mesin perang pihak Poros di sebuah pelabuhan Italia di Libya (kemungkinan Benghazi atau Tripoli) saat gerak maju pasukan Jerman ke Mesir tahun 1941. Truk di sebelah kiri berasal dari jenis Lancia 3 Ro; yang di tengah terlalu sulit untuk dikatakan; sementara di ujung kanan kemungkinan sebuah FIAT dari seri 634. Yang jelas semuanya adalah kendaraan produksi Italia
Suasana di sebuah pelabuhan Italia di Libya (kemungkinan Benghazi atau Tripoli) saat gerak maju pasukan Jerman ke Mesir tahun 1941. Mobil di kiri berasal dari jenis Opel Olympia (OL 38), sementara truk di kanan adalah Fiat 508 C Militare, yang merupakan versi militer dari Balilla 1100 (produksi Italia punya). Entahlah bagaimana perasaan prajurit Afrikakorps satu ini, apakah grogi, bangga, atau ngeri, karena yang menjepretkan kamera tidak lain tidak bukan adalah panglimanya sendiri, Erwin Rommel!
Foto berwarna ini diambil oleh Generalfeldmarschall Erwin Rommel dar atas pesawat Heinkel He 111 dan memperlihatkan suasana sebuah lapangan udara sederhana milik pihak Poros di Afrika Utara tahun 1941. Di latar belakang kita bisa melihat pesawat-pesawat milik Regia Aeronautica Italiana (Angkatan Udara Italia) sedang diparkir, yang terlihat dari salib putih di badannya. Kemungkinan pesawat-pesawat tersebut berasal dari jenis Sparviero atau CANT Z1007 bis (versi ekor ganda)
Awak Flak Afrikakorps di gurun Afrika Utara tahun 1941. Senjata anti pesawat udara yang terdapat dalam foto ini berasal dari jenis FlaK (Flugabwehrkanone) 38 yang mempunyai kaliber 20mm. Flak 38 sendiri merupakan jenis Flak yang paling banyak diproduksi dan paling banyak juga variannya (paling populer adalah Flakvierling 38 yang mengkombinasikan empat buah Flak 38 ke dalam satu buah senjata terpadu)
Padang pasir Afrika Utara di masa gerak maju Rommel ke Mesir tahun 1941. Di latar depan kita bisa melihat tenda dari kain zeltbahn, sementara di latar belakang tampaknya sebuah mobil milik unit medis (Sanitäter)
Mesin-mesin perang Jerman di padang pasir Afrika Utara. Foto ini diambil oleh Jenderal Erwin Rommel, panglima Afrikakorps, saat dia sedang melakukan pengintaian udara di front depan menggunakan pesawat ringan Fieseler Fi 156 "Storch"
Pesawat transport ringan Fieseler Fi 156 "Storch" ini digunakan oleh Jenderal Erwin Rommel di Afrika Utara. Sang Rubah Gurun mempunyai kebiasaan untuk naik ke pesawatnya dan kemudian terbang ke front pertempuran untuk dapat lebih melihat situasi dengan mata dan kepala sendiri. Beberapa Storch pernah digunakannya untuk tugas tersebut: 5F+YK, CB+TL, SF+RL, dan ??+XL. Foto ini diambil oleh Erwin Rommel sendiri dalam kampanyenya di tahun 1941
Foto ini memperlihatkan sebuah Marinefährprahm Jerman (atau Motozattera Italia) yang sedang berlabuh di sebuah pelabuhan di Afrika Utara (kemungkinan Benghazi atau Tripoli). Penutup kompartemennya yang terbuat dari baja bergelombang dalam keadaan terbuka di bagian haluan. Marinefährprahm (MFP) atau "bargas angkut laut" adalah kapal pendarat terbesar yang dioperasikan oleh Kriegsmarine Jerman dalam Perang Dunia II. Dia mempunyai beragam fungsi seperti alat transportasi, penanam ranjau, pengawal, gunboat dan sebagainya, dan bertugas mulai dari perairan Mediterania, Baltik, Laut Hitam, Selat Inggris, sampai pantai Norwegia. Pertama dikembangkan untuk rencana invasi ke Inggris (Unternehmen Seelöwe), generasi pertama kapal jenis ini pertama kali bertugas tanggal 16 April 1941 dan ketika perang berakhir di bulan Mei 1945 telah dibuat sebanyak 700 buah. Sumber-sumber Sekutu biasa menyebut kapal dari jenis ini sebagai "Flak Lighter" atau "F-lighter". Foto di atas diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye di Afrika Utara tahun 1941
Sebuah unit pengintai kecil Afrikakorps sedang berpatroli di padang tandus Afrika Utara demi melihat tanda-tanda keberadaan pasukan Inggris. Mereka menggunakan ranpur Sonderkraftfahrzeug 250 (Sd.Kfz.250) dan mobil staff Horch Kfz.15 (Kraftfahrzeug 15) sebagai tunggangan utamanya. Foto diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye militer Jerman tahun 1941
Prajurit penjaga Afrikakorps sedang bertugas di balik kawat berduri sambil matanya memperhatikan ke sekeliling gurun yang seakan tidak berbatas. Dia memakai paduan celana pendek, seragam tropis, tropenhelm serta kacamata anti debu. Foto diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye militer Jerman tahun 1941
Generalmajor Alfred Gause (Chef des Generalstabes Panzergruppe "Afrika") berpose di tengah padang rumput berbunga Afrika saat komandannya, General der Panzertruppe Erwin Rommel (Kommandierender General Panzergruppe "Afrika"), menjepretkan kamera. Foto diambil saat kampanye Afrikakorps akhir 1941/awal 1942. Pada awalnya Gause dikirim ke Afrika bersama staff yang besar oleh Oberkommando des Heeres (OKH) untuk bertindak sebagai perwira penghubung dengan Komando Tinggi Italia, Comando Supremo. Dia mendapat pesan khusus untuk tidak menempatkan dirinya di bawah komando Erwin Rommel, tapi kemudian malah melakukan hal tersebut ketika diberitahu oleh pemimpin Afrikakorps tersebut bahwa tanggungjawab pimpinan pasukan Poros di Afrika telah diserahkan ke Rommel sendiri. Ini tentu saja akal-akalan Sang Rubah Gurun semata, tapi kemudian Gause tunduk pada perintah Rommel dan malahan bertindak sebagai kepala staffnya. Dia ternyata terbukti sangat berguna bagi sang komandan gurun terkemuka, yang punya kebiasaan mengarahkan pasukannya langsung dari front dan berkali-kali kehilangan kontak dengan staffnya sendiri selama berlangsungnya operasi militer!
Pesawat Luftwaffe di atas dataran Afrika Utara. Pinggiran putih di sekeliling "genangan air" di bawah mengindikasikan bahwa mereka adalah garam di danau air asin! Setelah saya cari melalui Google, ternyata terdapat danau seperti itu yang berada di Tunisia tengah. Foto diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye militer Jerman di Afrika Utara (1941-1943)
Foto-foto lain di Afrika Utara yang diambil oleh Jenderal Erwin Rommel. Sang Rubah Gurun memang mempunyai hobi fotografi dan selalu menyempatkan diri untuk membawa kamera Leica kesayangannya kemana-mana saat bertugas! Obyek fotonya bermacam-macam, tapi umumnya memperlihatkan kegiatan anakbuahnya saat off dari pertempuran. Sebanyak 169 foto berwarnanya tersimpan di NARA (National Archives) Amerika dan sebagiannya bisa kita lihat disini
Seorang prajurit DAK (Deutsches Afrikakorps) bersiap-siap mengenakan sepatunya sambil duduk di feldbett (kasur lapangan), sementara rekannya masih terbungkus selimut terlelap dalam mimpi. Di dekatnya terparkir sebuah Kübelwagen dengan nomor polisi WH (Wehrmacht Heer) 936769. Feldbett-feldbett ini kemungkinan merupakan barang hasil "pembebasan" dari tangan Sekutu karena bentuknya sedikit berbeda dibandingkan dengan feldbett standar yang biasa digunakan oleh Wehrmacht - kemungkinan adalah buatan Amerika Serikat
Generalleutnant Erwin Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps) mengkonsultasikan sebuah peta bersama dengan Generalmajor Stefan Fröhlich yang, sebagai seorang Fliegerführer Afrika, memimpin dukungan udara terhadap Afrikakorps Jerman dalam kampanye musim dingin tahun 1941/1942. Rommel seringkali memindahkan markasnya secara mendadak selama berlangsungnya ofensif karena dia percaya penuh bahwa seorang komandan harus selalu dekat dengan front depan pertempuran agar bisa bereaksi secara cepat terhadap perubahan apapun yang terjadi di tengah kancah peperangan. Foto di atas pertama kali dipublikasikan tahun 1943 dalam buku "Balkenkreuz Über Wüstensand" (Salib Balkan di atas Padang Pasir) terbitan Gerhard Stalling Verlag
Seorang perwira Luftwaffe berpangkat Oberleutnant sedang menawar sesuatu yang tampaknya sebuah buah lokal pada pedagang Arab kulit hitam di Afrika Utara. Foto ini merupakan hasil jepretan dari Kriegsberichter Sturm dan diambil dari majalah "Signal" edisi nomor 12/41. Caption aslinya berbunyi: "Di wilayah lain Mediterania"
Dari kiri ke kanan: Generalmajor Ernst Schnarrenberger, Kommandant für das rückwärtige Armeegebiet 556 (Korück 556), dan Oberst Gerhard Müller, Kommandeur Panzer-Regiment 5 / 21.Panzer-Division. Schnarrenberger mengenakan Ärmelstreifen AFRIKAKORPS. Disini kita bisa melihat perpaduan warna seragam yang berbeda meskipun sama-sama disebut sebagai "tropen-uniform" (seragam tropis): Schnarrenberger mengenakan seragam warna coklat sementara Müller mengenakan seragam tropis coklat muda dengan insignia Heer dan pin Totenkopf Panzertruppen metalik di kerah yang dipadukan dengan tropen-hose (celana tropis) Luftwaffe. Selain itu, Leutnant Panzertruppen di kiri mengenakan seragam dengan warna yang lebih pudar dipadukan dengan Feldmütze M36 (Schiffchen) Panzer hitam. Jangan lupakan pula dua orang sisanya yang mengenakan seragam hijau zaitun. Disini kita bisa dengan jelas melihat bahwa tangan kiri Müller buntung. Dia kehilangan tangannya karena diamputasi tanggal 29 Juni 1941 setelah terluka dalam pertempuran di Rusia sebagai Kommandeur I.Abteilung / Panzer-Regiment 33
Tentara Afrikakorps Jerman menerima pembagian jatah air minum di kamp tawanan perang yang dikontrol oleh Sekutu di Lembah El Guettar, Tunisia, tahun 1943. Pada bulan Februari 1943 pihak Poros meluncurkan serangan balasan besar terhadap US II Corps di barat-daya Tunisia. Manuver balasan 1st Armored Division tanggal 16 dan 17 Februari malah berujung pada kehancuran total dan divisi tersebut kehilangan dua dari batalyon tanknya serta 2.500 prajuritnya yang ditawan! Setelah 22 hari terlibat dalam pertempuran sengit, tentara Amerika direorganisasi ulang dan naiklah Jenderal George S. Patton ke tampuk pimpinan. Di bawah pimpinan jenderal baru yang enerjik ini 1st Armored Division dan 1st Infantry Division mendapatkan kembali semangat ofensifnya, sementara 9th Infantry Division bermetamorfosis dari unit yang masih hijau dan tak berpengalaman menjadi unit tahan-banting serta bisa diandalkan dalam pertempuran. Pertempuran El Guettar sendiri berlangsung antara elemen-elemen Heeresgruppe Afrika dibawah pimpinan Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim - bersama dengan pasukan Italia dibawah komando Giovanni Messe - melawan US II Corps dibawah Lieutenant General George S. Patton. Pertempuran ini tercatat sebagai pertempuran pertama dimana pasukan Amerika berhasil mengalahkan unit-unit panzer Jerman yang lebih berpengalaman, meskipun pertempuran yang mengikutinya kemudian tidaklah menentukan. Foto ini diambil oleh fotografer LIFE Eliot Elisofon
Foto jepretan Hugo Jaeger ini memperlihatkan para tawanan perang Jerman (kebanyakan bekas anggota Afrikakorps) hasil repatriasi yang baru tiba di negara mereka setelah menjalani proses pertukaran tawanan perang dengan Inggris, 1943. Konvensi Jenewa memberikan ketentuan tentang repatriasi (pemulangan kembali) semua tawanan perang bahkan saat permusuhan masih berlangsung. Pada tahun 1939-1945 ketentuan ini hanya berlaku bagi tawanan yang menderita sakit atau cacat. Mayoritas dari 40.000 orang prajurit Inggris - yang ditawan oleh Jerman antara tahun 1939 dan 1940 - baru mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam program pertukaran tawanan perang hanya setelah ratusan ribu prajurit Poros digaruk oleh Sekutu di Tunisia bulan Mei 1943. Negosiasi untuk hal ini sendiri sebenarnya telah diusahakan oleh Palang Merah Internasional dari akhir tahun 1940, hanya saja belum menemukan momentumnya yang tepat seperti tahun 1943. Pertukaran tawanan pertama antara kedua negara berlangsung bulan Oktober 1943
Mesin-mesin perang Jerman di padang pasir Afrika Utara. Foto ini diambil oleh Jenderal Erwin Rommel, panglima Afrikakorps, saat dia sedang melakukan pengintaian udara di front depan menggunakan pesawat ringan Fieseler Fi 156 "Storch"
Pesawat transport ringan Fieseler Fi 156 "Storch" ini digunakan oleh Jenderal Erwin Rommel di Afrika Utara. Sang Rubah Gurun mempunyai kebiasaan untuk naik ke pesawatnya dan kemudian terbang ke front pertempuran untuk dapat lebih melihat situasi dengan mata dan kepala sendiri. Beberapa Storch pernah digunakannya untuk tugas tersebut: 5F+YK, CB+TL, SF+RL, dan ??+XL. Foto ini diambil oleh Erwin Rommel sendiri dalam kampanyenya di tahun 1941
Foto ini memperlihatkan sebuah Marinefährprahm Jerman (atau Motozattera Italia) yang sedang berlabuh di sebuah pelabuhan di Afrika Utara (kemungkinan Benghazi atau Tripoli). Penutup kompartemennya yang terbuat dari baja bergelombang dalam keadaan terbuka di bagian haluan. Marinefährprahm (MFP) atau "bargas angkut laut" adalah kapal pendarat terbesar yang dioperasikan oleh Kriegsmarine Jerman dalam Perang Dunia II. Dia mempunyai beragam fungsi seperti alat transportasi, penanam ranjau, pengawal, gunboat dan sebagainya, dan bertugas mulai dari perairan Mediterania, Baltik, Laut Hitam, Selat Inggris, sampai pantai Norwegia. Pertama dikembangkan untuk rencana invasi ke Inggris (Unternehmen Seelöwe), generasi pertama kapal jenis ini pertama kali bertugas tanggal 16 April 1941 dan ketika perang berakhir di bulan Mei 1945 telah dibuat sebanyak 700 buah. Sumber-sumber Sekutu biasa menyebut kapal dari jenis ini sebagai "Flak Lighter" atau "F-lighter". Foto di atas diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye di Afrika Utara tahun 1941
Sebuah unit pengintai kecil Afrikakorps sedang berpatroli di padang tandus Afrika Utara demi melihat tanda-tanda keberadaan pasukan Inggris. Mereka menggunakan ranpur Sonderkraftfahrzeug 250 (Sd.Kfz.250) dan mobil staff Horch Kfz.15 (Kraftfahrzeug 15) sebagai tunggangan utamanya. Foto diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye militer Jerman tahun 1941
Prajurit penjaga Afrikakorps sedang bertugas di balik kawat berduri sambil matanya memperhatikan ke sekeliling gurun yang seakan tidak berbatas. Dia memakai paduan celana pendek, seragam tropis, tropenhelm serta kacamata anti debu. Foto diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye militer Jerman tahun 1941
Generalmajor Alfred Gause (Chef des Generalstabes Panzergruppe "Afrika") berpose di tengah padang rumput berbunga Afrika saat komandannya, General der Panzertruppe Erwin Rommel (Kommandierender General Panzergruppe "Afrika"), menjepretkan kamera. Foto diambil saat kampanye Afrikakorps akhir 1941/awal 1942. Pada awalnya Gause dikirim ke Afrika bersama staff yang besar oleh Oberkommando des Heeres (OKH) untuk bertindak sebagai perwira penghubung dengan Komando Tinggi Italia, Comando Supremo. Dia mendapat pesan khusus untuk tidak menempatkan dirinya di bawah komando Erwin Rommel, tapi kemudian malah melakukan hal tersebut ketika diberitahu oleh pemimpin Afrikakorps tersebut bahwa tanggungjawab pimpinan pasukan Poros di Afrika telah diserahkan ke Rommel sendiri. Ini tentu saja akal-akalan Sang Rubah Gurun semata, tapi kemudian Gause tunduk pada perintah Rommel dan malahan bertindak sebagai kepala staffnya. Dia ternyata terbukti sangat berguna bagi sang komandan gurun terkemuka, yang punya kebiasaan mengarahkan pasukannya langsung dari front dan berkali-kali kehilangan kontak dengan staffnya sendiri selama berlangsungnya operasi militer!
Pesawat Luftwaffe di atas dataran Afrika Utara. Pinggiran putih di sekeliling "genangan air" di bawah mengindikasikan bahwa mereka adalah garam di danau air asin! Setelah saya cari melalui Google, ternyata terdapat danau seperti itu yang berada di Tunisia tengah. Foto diambil oleh Jenderal Erwin Rommel dalam kampanye militer Jerman di Afrika Utara (1941-1943)
Foto-foto lain di Afrika Utara yang diambil oleh Jenderal Erwin Rommel. Sang Rubah Gurun memang mempunyai hobi fotografi dan selalu menyempatkan diri untuk membawa kamera Leica kesayangannya kemana-mana saat bertugas! Obyek fotonya bermacam-macam, tapi umumnya memperlihatkan kegiatan anakbuahnya saat off dari pertempuran. Sebanyak 169 foto berwarnanya tersimpan di NARA (National Archives) Amerika dan sebagiannya bisa kita lihat disini
Seorang prajurit DAK (Deutsches Afrikakorps) bersiap-siap mengenakan sepatunya sambil duduk di feldbett (kasur lapangan), sementara rekannya masih terbungkus selimut terlelap dalam mimpi. Di dekatnya terparkir sebuah Kübelwagen dengan nomor polisi WH (Wehrmacht Heer) 936769. Feldbett-feldbett ini kemungkinan merupakan barang hasil "pembebasan" dari tangan Sekutu karena bentuknya sedikit berbeda dibandingkan dengan feldbett standar yang biasa digunakan oleh Wehrmacht - kemungkinan adalah buatan Amerika Serikat
Panzer IV Jerman bergerak melintasi sebuah Bren gun carrier Inggris yang sudah di-KO dalam salah satu pertempuran di Afrika Utara. Unit-unit panzer Jerman melaju kencang di Front Afrika selama bulan Mei-Juni 1942, tapi kehilangan besar yang mereka derita dalam pertempuran tanpa henti sedikit demi sedikit menggerogoti kemampuan tempur mereka dan pada akhirnya, di bulan Juli 1942, pasukan Rommel terhenti di El Alamein
Generalleutnant Erwin Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps) mengkonsultasikan sebuah peta bersama dengan Generalmajor Stefan Fröhlich yang, sebagai seorang Fliegerführer Afrika, memimpin dukungan udara terhadap Afrikakorps Jerman dalam kampanye musim dingin tahun 1941/1942. Rommel seringkali memindahkan markasnya secara mendadak selama berlangsungnya ofensif karena dia percaya penuh bahwa seorang komandan harus selalu dekat dengan front depan pertempuran agar bisa bereaksi secara cepat terhadap perubahan apapun yang terjadi di tengah kancah peperangan. Foto di atas pertama kali dipublikasikan tahun 1943 dalam buku "Balkenkreuz Über Wüstensand" (Salib Balkan di atas Padang Pasir) terbitan Gerhard Stalling Verlag
Seorang perwira Luftwaffe berpangkat Oberleutnant sedang menawar sesuatu yang tampaknya sebuah buah lokal pada pedagang Arab kulit hitam di Afrika Utara. Foto ini merupakan hasil jepretan dari Kriegsberichter Sturm dan diambil dari majalah "Signal" edisi nomor 12/41. Caption aslinya berbunyi: "Di wilayah lain Mediterania"
Dari kiri ke kanan: Generalmajor Ernst Schnarrenberger, Kommandant für das rückwärtige Armeegebiet 556 (Korück 556), dan Oberst Gerhard Müller, Kommandeur Panzer-Regiment 5 / 21.Panzer-Division. Schnarrenberger mengenakan Ärmelstreifen AFRIKAKORPS. Disini kita bisa melihat perpaduan warna seragam yang berbeda meskipun sama-sama disebut sebagai "tropen-uniform" (seragam tropis): Schnarrenberger mengenakan seragam warna coklat sementara Müller mengenakan seragam tropis coklat muda dengan insignia Heer dan pin Totenkopf Panzertruppen metalik di kerah yang dipadukan dengan tropen-hose (celana tropis) Luftwaffe. Selain itu, Leutnant Panzertruppen di kiri mengenakan seragam dengan warna yang lebih pudar dipadukan dengan Feldmütze M36 (Schiffchen) Panzer hitam. Jangan lupakan pula dua orang sisanya yang mengenakan seragam hijau zaitun. Disini kita bisa dengan jelas melihat bahwa tangan kiri Müller buntung. Dia kehilangan tangannya karena diamputasi tanggal 29 Juni 1941 setelah terluka dalam pertempuran di Rusia sebagai Kommandeur I.Abteilung / Panzer-Regiment 33
Tentara Afrikakorps Jerman menerima pembagian jatah air minum di kamp tawanan perang yang dikontrol oleh Sekutu di Lembah El Guettar, Tunisia, tahun 1943. Pada bulan Februari 1943 pihak Poros meluncurkan serangan balasan besar terhadap US II Corps di barat-daya Tunisia. Manuver balasan 1st Armored Division tanggal 16 dan 17 Februari malah berujung pada kehancuran total dan divisi tersebut kehilangan dua dari batalyon tanknya serta 2.500 prajuritnya yang ditawan! Setelah 22 hari terlibat dalam pertempuran sengit, tentara Amerika direorganisasi ulang dan naiklah Jenderal George S. Patton ke tampuk pimpinan. Di bawah pimpinan jenderal baru yang enerjik ini 1st Armored Division dan 1st Infantry Division mendapatkan kembali semangat ofensifnya, sementara 9th Infantry Division bermetamorfosis dari unit yang masih hijau dan tak berpengalaman menjadi unit tahan-banting serta bisa diandalkan dalam pertempuran. Pertempuran El Guettar sendiri berlangsung antara elemen-elemen Heeresgruppe Afrika dibawah pimpinan Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim - bersama dengan pasukan Italia dibawah komando Giovanni Messe - melawan US II Corps dibawah Lieutenant General George S. Patton. Pertempuran ini tercatat sebagai pertempuran pertama dimana pasukan Amerika berhasil mengalahkan unit-unit panzer Jerman yang lebih berpengalaman, meskipun pertempuran yang mengikutinya kemudian tidaklah menentukan. Foto ini diambil oleh fotografer LIFE Eliot Elisofon
Foto jepretan Hugo Jaeger ini memperlihatkan para tawanan perang Jerman (kebanyakan bekas anggota Afrikakorps) hasil repatriasi yang baru tiba di negara mereka setelah menjalani proses pertukaran tawanan perang dengan Inggris, 1943. Konvensi Jenewa memberikan ketentuan tentang repatriasi (pemulangan kembali) semua tawanan perang bahkan saat permusuhan masih berlangsung. Pada tahun 1939-1945 ketentuan ini hanya berlaku bagi tawanan yang menderita sakit atau cacat. Mayoritas dari 40.000 orang prajurit Inggris - yang ditawan oleh Jerman antara tahun 1939 dan 1940 - baru mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam program pertukaran tawanan perang hanya setelah ratusan ribu prajurit Poros digaruk oleh Sekutu di Tunisia bulan Mei 1943. Negosiasi untuk hal ini sendiri sebenarnya telah diusahakan oleh Palang Merah Internasional dari akhir tahun 1940, hanya saja belum menemukan momentumnya yang tepat seperti tahun 1943. Pertukaran tawanan pertama antara kedua negara berlangsung bulan Oktober 1943
Sumber :
Buku "Kill Rommel! Operation Flipper 1941" karya Gavin Mortimer
Foto koleksi NARA (National Archive)
Buku "Kill Rommel! Operation Flipper 1941" karya Gavin Mortimer
Foto koleksi NARA (National Archive)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar