Sebuah sekolah dasar di Berlin mengganti nama sekolah mereka dengan nama seorang muslim Albania yang menyelamatkan sebuah keluarga Yahudi dari pembantaian Nazi selama Perang Dunia II.
Fotografer muslim Albania Refik Veseli menolong seorang Yahudi Moshe Mandil dan keluarganya, saat akan melarikan diri dari invasi Nazi di Yugoslavia pada 1941.
Veseli, yang saat itu masih 17 tahun, membawa keluarga Mandil ke rumah orangtuanya di sebuah desa di Albania. Di sana, keluarga Mandil tinggal hingga 1944.
Meski tinggal bersama keluarga Veseli di Albania, keluarga Mandil masih menghadapi invasi Jerman. Namun mereka bisa lolos dari pemboman Nazi di desa Veseli tersebut.
Selama dua dekade, kedua keluarga tetap menjalin hubungan. Untuk mengenang jasa keluarga Veseli, anak Mandil, Gavra, mengirim surat ke Yad Vashem menceritakan kepahlawanan keluarga muslim itu selama pembantaian Yahudi di Eropa.
Tak lama kemudian, keluarga Veseli mendapat penghargaan berupa medali kepahlawanan Righteous Among the Nations dari Yad Vashem.
"Mereka mungkin tidak memiliki pendidikan di Goethe dan Schiller, tapi mereka punya peranan penting dalam kehidupan manusia. Mereka tidak pernah pamrih dan penuh pengertian," kata wakil keluarga Mandil soal kepahlawanan Veseli dan keluarganya, seperti dikutip Haartz, Minggu kemarin.
Selain penghargaan dari Yad Vashem, keluarga Mandil juga mengatakan sebuah sekolah dasar di Berlin diberi nama sesuai nama pahlawan muslim Albania itu.
Tidak hanya Veseli, Israel juga telah memberi penghargaan kepada 63 warga Albania lainnya atas jasa mereka menolong orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II.
Namun beberapa pahlawan tersebut memutuskan untuk mengembalikan medali ke Israel sebagai tanda protes atas serangan negara Yahudi ke Gaza.
Salah satunya adalah 'pahlawan' Israel asal Belanda, Henk Zanoli, yang mengembalikan medali kehormatan yang diterimanya dari Israel. Zanoli mendapat medali kehormatan karena dia dan keluarganya pernah menyelamatkan seorang bocah Yahudi dari Nazi.
"Dengan kesedihan yang mendalam, saya mengembalikan medali yang saya terima sebagai suatu kehormatan dan tanda penghargaan dari Negara Israel," kata Zanoli dalam sebuah surat yang diterbitkan Haaretz.
"Bagi saya, merupakan sebuah penghinaan terhadap keberanian ibu saya jika tetap memegang kehormatan yang diberikan oleh Negara Israel."
Fotografer muslim Albania Refik Veseli menolong seorang Yahudi Moshe Mandil dan keluarganya, saat akan melarikan diri dari invasi Nazi di Yugoslavia pada 1941.
Veseli, yang saat itu masih 17 tahun, membawa keluarga Mandil ke rumah orangtuanya di sebuah desa di Albania. Di sana, keluarga Mandil tinggal hingga 1944.
Meski tinggal bersama keluarga Veseli di Albania, keluarga Mandil masih menghadapi invasi Jerman. Namun mereka bisa lolos dari pemboman Nazi di desa Veseli tersebut.
Selama dua dekade, kedua keluarga tetap menjalin hubungan. Untuk mengenang jasa keluarga Veseli, anak Mandil, Gavra, mengirim surat ke Yad Vashem menceritakan kepahlawanan keluarga muslim itu selama pembantaian Yahudi di Eropa.
Tak lama kemudian, keluarga Veseli mendapat penghargaan berupa medali kepahlawanan Righteous Among the Nations dari Yad Vashem.
"Mereka mungkin tidak memiliki pendidikan di Goethe dan Schiller, tapi mereka punya peranan penting dalam kehidupan manusia. Mereka tidak pernah pamrih dan penuh pengertian," kata wakil keluarga Mandil soal kepahlawanan Veseli dan keluarganya, seperti dikutip Haartz, Minggu kemarin.
Selain penghargaan dari Yad Vashem, keluarga Mandil juga mengatakan sebuah sekolah dasar di Berlin diberi nama sesuai nama pahlawan muslim Albania itu.
Tidak hanya Veseli, Israel juga telah memberi penghargaan kepada 63 warga Albania lainnya atas jasa mereka menolong orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II.
Namun beberapa pahlawan tersebut memutuskan untuk mengembalikan medali ke Israel sebagai tanda protes atas serangan negara Yahudi ke Gaza.
Salah satunya adalah 'pahlawan' Israel asal Belanda, Henk Zanoli, yang mengembalikan medali kehormatan yang diterimanya dari Israel. Zanoli mendapat medali kehormatan karena dia dan keluarganya pernah menyelamatkan seorang bocah Yahudi dari Nazi.
"Dengan kesedihan yang mendalam, saya mengembalikan medali yang saya terima sebagai suatu kehormatan dan tanda penghargaan dari Negara Israel," kata Zanoli dalam sebuah surat yang diterbitkan Haaretz.
"Bagi saya, merupakan sebuah penghinaan terhadap keberanian ibu saya jika tetap memegang kehormatan yang diberikan oleh Negara Israel."
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar