Para ilmuwan Nazi mengujicoba sistem aerodinamik dari sebuah pesawat Messerschmitt Bf 109 E-3 di tahun 1940. Ditenagai oleh mesin Rolls-Royce Kestrel V, pesawat hasil pengembangan kesekian dari Bf 109 ini mempunyai kecepatan maksimum 660km/jam. Panjangnya 8,65m dengan rentang sayap 9,87m. Senjata utamanya adalah dua buah kanon 20mm ditambah dengan dua senapan mesin sebagai pelengkap. Versi pertama pesawat rancangan Willy Messerschmitt ini telah teruji ketangguhannya dalam Perang Saudara Spanyol. Para pilotnya telah disumpah sebelum mereka meninggalkan Jerman bahwa mereka tidak akan membiarkan pesawat mereka sampai jatuh ke tangan musuh. Bila pesawatnya jatuh atau mendarat darurat di wilayah musuh, maka mereka harus membakarnya segera dengan menggunakan tangki khusus berisi materi yang mudah terbakar yang bisa disulut seketika dan memang disiapkan untuk tujuan semacam ini!



Dengan menggunakan mobil staff Horch Kfz.15, Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi pangkalan Inggris tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942 (Bayerlein duduk di kiri sementara Rommel di kanan). Di sebelah kiri foto tampak terparkir sebuah Panzerbefehlswagen III Ausf.C/H (SdKfz. 266/267/268). Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"
Foto yang sangat indah ini diambil bulan Agustus 1942 dan memperlihatkan Olavi Paavolainen (1903-1964), seorang pujangga Finlandia yang dalam Perang Dunia II ikut angkat senjata membela negaranya dalam perang melawan Uni Soviet. Dia menjadi anggota Departemen Informasi sebelum ditempatkan di Mikkeli, Finlandia timur, sebagai ajudan jenderal infanteri. Pada tahun 1944 dia mengunjungi kampung halamannya di Vienola, dan Paavolainen begitu sedih setelah mendapati rumah masa kecilnya telah rata dengan tanah akibat perang yang kejam
Foto ini, yang tampaknya telah disetting dengan baik, kemungkinan dibuat untuk kepentingan propaganda Jerman. Seorang prajurit Luftwaffe berdiri sambil membaca surat yang datang dari tanah air di depan sepeda motor Zündapp Ks 600 bersespan, sementara di latar belakang mengudara sebuah pesawat Focke-Wulf Fw 189 "Uhu" (Burung Hantu). Pesawat bermesin ganda dan berkursi tiga ini terutama sekali dibuat untuk kepentingan pengintaian. Dibandingkan dengan pesawat yang umum diproduksi di masa itu, Fw 189 terlihat aneh karena mempunyai dua "badan". Pada awalnya kemampuannya diragukan, tapi kemudian medan udara Front Timur membuktikan kemampuan Fw 189 yang jauh melebihi harapan para pembuatnya! Pesawat ini dijuluki sebagai "matanya Luftwaffe" dan ketangguhannya terbukti dengan beberapa kali dia mampu pulang ke pangkalannya dengan sebagian ekornya copot atau rusak parah! Keberadaannya tidak diketahui oleh pihak Sekutu sampai dengan tahun 1941, walaupun prototipe pesawat ini sudah berseliweran dari masa sebelum perang. Total produksinya sampai dengan perang berakhir adalah 849 buah
Pada bulan November 1941, General der Panzertruppe Erwin Rommel (Kommandierender General Panzergruppe "Afrika") mengunjungi Bardia (Libya) yang menjadi lokasi bongkar-muat suplai pasukan Poros selain di Tripoli dan Derna. Meskipun kapasitasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pelabuhan utama di Tripoli, tapi Bardia lebih efisien karena lebih dekat ke front yang mendekati perbatasan dengan Mesir. Disini biasanya kapal-kapal selam Italia yang bongkar-muat barang karena lebih aman dari incaran pesawat-pesawat Sekutu. Dalam kunjungannya ke Bardia pun Rommel menyempatkan diri untuk beramah-tamah dengan awak kapal selam Italia yang kebetulan sedang berlabuh disana. Dia kemudian difoto di atas tebing yang menjorok ke pantai dengan latar belakang sebuah kapal selam Italia yang sedang berlayar meninggalkan pelabuhan. Kemungkinan kapal selam ini berasal dari kelas Atropo of the Foca (Anjing Laut) dengan berat 1.109 ton yang biasa digunakan untuk menanam ranjau laut. Dia baru saja mengantarkan 60 ton bahan bakar ke pelabuhan Bardia
Pada bulan November 1941, General der Panzertruppe Erwin Rommel (Kommandierender General Panzergruppe "Afrika") mengunjungi Bardia (Libya) yang menjadi lokasi bongkar-muat suplai pasukan Poros selain di Tripoli dan Derna. Meskipun kapasitasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pelabuhan utama di Tripoli, tapi Bardia lebih efisien karena lebih dekat ke front yang mendekati perbatasan dengan Mesir. Disini biasanya kapal-kapal selam Italia yang bongkar-muat barang karena lebih aman dari incaran pesawat-pesawat Sekutu. Dalam kunjungannya ke Bardia pun Rommel menyempatkan diri untuk beramah-tamah dengan awak kapal selam Italia yang kebetulan sedang berlabuh disana. Dia kemudian difoto di atas tebing yang menjorok ke pantai dengan latar belakang sebuah kapal selam Italia yang sedang berlayar meninggalkan pelabuhan. Kemungkinan kapal selam ini berasal dari kelas Atropo of the Foca (Anjing Laut) dengan berat 1.109 ton yang biasa digunakan untuk menanam ranjau laut. Dia baru saja mengantarkan 60 ton bahan bakar ke pelabuhan Bardia
Para anggota sebuah kompi tank berat Jerman berpose bersama dengan dua buah tunggangan andalan mereka, Panzerkampfwagen VI Tiger (8,8 cm L/56) Ausf.E (Sd.Kfz. 181). Detasemen Tank Berat Jerman (schwere Panzerabteilungen), adalah unit tank elite dalam Perang Dunia II seukuran batalyon yang dilengkapi dengan Tiger I, dan kemudian Tiger II. Pada awalnya unit semacam ini ditujukan untuk bertempur secara ofensif dalam operasi penembusan pertahanan musuh, tapi kemudian situasi perang yang makin memburuk memaksa mereka digunakan untuk tujuan defensif dengan menyediakan tembakan pendukung serta ujung tombak dalam serangan balik ke wilayah-wilayah dimana pasukan lapis baja musuh berhasil menembus masuk pertahanan Jerman. Karenanya dalam beberapa kesempatan mereka kadang direorganisasi menjadi Kampfgruppen (Grup-Grup Tempur) yang hanya digunakan sementara dan sesuai kebutuhan saja sebelum dikembalikan kembali ke unit asal mereka

Sumber :
Buku "Time-Life Books World War II: Liberation" oleh Martin Blumenson
Majalah "Luftwaffe im Focus" Spezial No.1 tahun 2003
Foto koleksi NARA Archives
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
www.avaxnews.com
Buku "Time-Life Books World War II: Liberation" oleh Martin Blumenson
Majalah "Luftwaffe im Focus" Spezial No.1 tahun 2003
Foto koleksi NARA Archives
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
www.avaxnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar