Selasa, 10 Juni 2014

Kesalahan Strategi Adolf Hitler Dalam Perang Dunia II






 Hitler adalah seorang diktaktor yang unik, dia yang membawa Jerman pada kemenangan di awal Perang Dunia ke 2 namun juga sebaliknya. Idenya dan strateginya yang ia matangkan bersama para Jenderal terkemukanya telah membuat Jerman menjadi sebuah mesin perang yang luar biasa kuat. Namun tanpa disangka, kekalahan demi kekalahan yang Jerman alami selama akhir perang juga tidak lepas dari keputusannya. Sifatnya yang ingin selalu memegang kendali terkadang terlalu berlebihan, hanya saja, ternyata kemampuan dan tenaganya tidak cukup untuk mengatur seluruh front. Berikut ini saya kemukakan beberapa kesalahan fatal Hitler dalam strategi pertempuran, saya urutkan dari yang paling kecil akibatnya hingga yang terbesar.

1.Battle of Bulge
Battle of Bulge merupakan operasi militer terakhir Jerman pada Perang Dunia ke 2. Jerman mengerahkan sebagian besar sisa sumber daya militer mereka untuk melancarkan ofensif ini. Dinamakan Battle of Bulge karena serangan pasukan Jerman membentuk pola tonjolan "Bulge" jika dilihat dalam peta. Pertempuran yang berlangsung dari 16 Desember 1944 hingga 25 Januari 1945 ini berakhir dengan kekalahan telak pada kubu Jerman. Mereka kehilangan lebih dari 100 ribu pasukan sementara pihak sekutu kehilangan lebih dari 80 ribu pasukan. Sebagian besar pengamat menyatakan bahwa pertempuran ini adalah pertempuran sia-sia. Jerman mengandalkan keberuntungan (yaitu cuaca buruk yang menghambat armada udara sekutu untuk melakukan tugasnya) dalam melancarkan ofensifnya, namun begitu faktor itu hilang, Jerman terpaksa mundur. Tujuan ofensif ini memang baik, yaitu merebut Kota Anterwep di Belanda, sehingga memotong jalur supply pasukan sekutu. Taktik itu Hitler rancang sendiri ketika ia sakit selama pertengahan tahun 1944. Namun tenaga mereka sebenarnya tidak cukup untuk melaksanakannya. Mereka hanya membuang-buang sumber daya terakhir mereka yang berharga. Akan lebih baik jika Jerman mengalokasikan sebagian besar pasukannya untuk menghambat laju pasukan Rusia, setidaknya hal tersebut dapat menunda keruntuhan negara itu hingga beberapa waktu. Bukannya menyia-nyiakan sisa pasukannya dan meninggalkan Jerman tanpa pertahanan.  
Kunci Penting: Jika Jerman mampu mengerahkan pasukan mereka ke timur untuk mempertahankan diri dari Uni Soviet, setidaknya Jerman dapat menghambat laju pasukan merah dan menghindarkan Jerman pecah menjadi 2 negara selama perang dingin.

2. Pertahanan Normandia
Dalam merancang pertahanan Normandia, Jerman telah membangun sistem pertahanan yang terdiri dari ratusan pilbox dan bunker yang terhubung dengan sistem terowongan bawah tanah. Namun sistem pertahanan yang mahal dan kokoh itu ternyata sia-sia dalam melawan pendaratan sekutu pada Juli 1944. Kuncinya bukan karena kualitas beton yang mereka gunakan untuk bertahan itu buruk, namun lebih karena kakunya sistem pertahanan Jerman.
Idealnya, sebuah kubu pertahanan yang diserang akan mendapatkan bala bantuan dalam waktu sesingkat-singkatnya, jika tidak, mereka tetap akan runtuh karena kekurangan supply dan logistik. Namun hal tersebut tidak terjadi di Jerman pada waktu itu. Sungguh mengherankan mengingat kemenangan Jerman sejauh itu berasal dari mobilitas pasukan mereka yang tinggi. Hitler setelah pembelotan oleh beberapa petinggi militernya menjadi manusia yang paranoid. Ia mengontrol seluruh pergerakan jendral-jendralnya tanpa terkecuali, membuat mereka tidak bisa bermanuver, bahkan di medan perang sekalipun.
Kunci Penting: Jika Jerman mampu melaksanan pertahanan secara lebih mobil. Maka sekutu setidaknya akan kehilangan banyak pasukan di Normandia atau malah mengusir mereka kembali dari daratan Perancis. Momen-momen kritis tersebut dapat mengubah sejarah dunia secara drastis.

3. Malta Diabaikan
Ketika pertempuran di Afrika Utara berkecamuk pada tahun 1942, faktor penting yang menjadi penentu kemenangan baik pihak Jerman maupun Inggris adalah jalur supply dan logistik. Afrika utara sama sekali tidak menyediakan cadangan logistik bagi pasukan yang bertempur di sana. Bahkan kebutuhan dasar seperti airpun tidak ada. Kebutuhan tersebut harus dibawa dengan menggunakan truk pengangkut atau dibawa sendiri oleh pasukan yang tengah bertempur. Jerman yang meskipun pada awal pertempuran terus menerus mengalami kemenangan (terutama berkat kehebatan Edwin Rommel) telah mengabaikan keamanan jalur logistik mereka dengan membiarkan pulau malta.
Malta adalah basis pertahanan Inggris yang terletak diantara Itali dan Afrika Utara. Pulau itu menjadi markas skuadron Inggris dalam membom armada Italia yang menyediakan pasokan baru untuk Jerman. Hitler rupanya lebih tertarik dalam perkembangan pertempuran di Afrika utara itu sendiri daripada merebut pulau yang menjadi tumpuan Inggris di mediterania. Pada akhirnya, pulau itulah yang menjadi kunci hancurnya pasukan Jerman di Afrika Utara. Total, lebih dari 200ribu pasukan Jerman di Afrika Utara yang tertangkap. Mereka kekurangan bensin, amunisi dan makanan meskipun peralatan tempur mereka masih lengkap.
Kunci Penting: Jika Hitler sudi terlebih dahulu untuk merebut Malta, maka Jerman akan dengan mudah mendapatkan bala bantuan untuk melancarkan ofensif terus menerus di Afrika Utara. Jika Afrika Utara berhasil direbut, maka jalur supply inggris yang melewati terusan suez akan kacau dan menentukan nasib Inggris kemudian

4. Gagalnya Diplomasi Merebut Gibraltar
Merebut selat Gibraltar sebenarnya bukan perkara sulit bagi Jerman, mengingat mereka punya sekutu dekat di sekeliling wilayah itu, Spanyol. Spanyol meskipun tidak menyatakan bergabung dalam kekuatan AXIS, namun mereka jelas-jelas menaruh simpati kepada Jerman dan kawan-kawan mereka. Hal tersebut juga disebabkan karena hutang budi Spanyol kepada kekuatan AXIS selama perang saudari 1936-1939. Namun diplomasi dalam menentukan siapa yang akan menyerang Gibraltar berjalan alot.
Franko, pemimpin Spanyol pada waktu itu bersikeras ingin merebut Gibraltar dengan tangan mereka sendiri, tentu dengan dukungan dari Jerman. Jerman berpendapat lain. Mengingat pentingnya wilayah itu, mereka mengingingkan agar merekalah yang mengokupasi wilayah tersebut. Hitler yang merasa jengkel memutuskan untuk menghentikan diplomasi dan lebih berkonsentrasi pada pertempuran di Rusia yang sudah di ambang pintu.
Kunci Penting: Gibraltar bukan saja bernilai ekonomis bagi Inggris, namun juga militer. Banyak kapal perang mereka berlabuh di Gibraltar dan menjadi pusat komando mereka di Mediterania. Merebut Gibraltar bukan saja akan menguntungkan Jerman secara ekonomi, namun juga akan membalik kekuatan armada laut AXIS di seluruh dunia.

5. Pertempuran Dunkrik
Pertempuran dunkrik yang terjadi pada 24 Mei sampai 4 Juni 1941 adalah salah satu blunder terbesar Hitler selama perang dunia ke 2. Hitler secara pribadi memerintahkan pasukannya untuk berhenti menyerang padahal 400 ribu pasukan Inggris dan Perancis telah terkepung di dalam kota Dunkrik tanpa pasokan logistik memadahi. Kesalahan inilah yang menyebabkan pasukan yang telah tidak berdaya itu dapat dengan selamat kabur ke tanah Inggris. Merekalah yang menjadi cikal bakal pasukan sekutu yang nantinya akan mengalahkan Jerman di Afrika Utara, Italia dan kemudian di Normandi.
Kunci Penting: Empat ratus ribu pasukan sekutu yang terkepung di Normandi mempunyai arti penting. Sebagian besar diantara mereka adalah unit-unit pasukan sekutu yang terlatih dan mempunyai disiplin tinggi. Merekalah yang pada akhirnya membangun kembali kekuatan pasukan sekutu yang bermarkas di Inggris dan menjadi penentu jalannya perang di kemudian hari.

6. Battle of Britain
Battle of Britain merupakan merupakan pertempuran udara terbesar selama Perang Dunia 2 antara Inggris dengan Jerman. Pertempuran itu berlangsung dari Juli hingga Oktober 1940. Tujuan Jerman di dalam pertempuran itu adalah menghancurkan kekuatan udara Inggris sehingga mempermudah invasi mereka di kemudian hari. Namun sayang sekali, tujuan tersebut tidak terpenuhi, bahkan peperangan ini berakibat fatal bagi Jerman. Ia kehilangan lebih dari 2500 buah pesawat sementara Inggris yang berada dalam posisi bertahan justru hanya kehilangan kurang dari 600 buah.
Meskipun kehilangan banyak pesawat, namun sebenarnya Jerman masih berada pada posisi menguntungkan di akhir Oktober 1940. Inggris mempunyai lebih sedikit persediaan pesawat daripada Jerman dan jika Jerman mau meneruskan pertempuran hingga satu bulan saja, kemungkinan besar pertahanan udara Inggris akan runtuh sama sekali. Hitler yang sudah tidak sabar memutuskan untuk menghentikan operasi mahal ini. Akibatnya, Jerman kehilangan kesempatan emas untuk merebut kepulauan Inggris. Benteng terakhir sekutu di Eropa.
Kunci Penting : Kemenagan Battle of Britain ini menjadi titik balik Perang Dunia ke 2, Jerman tidak hanya kehilangan banyak tenaga di sini, namun juga kehilangan kesempatan emas untuk menaklukan Inggris. Setelah ini, bahaya pertempuran di dua front mengancam Jerman, karena pertempuran di Rusia telah dekat di mata. Jerman rupanya tidak punya cukup tenaga untuk bertempur di dua front sekaligus. Dan hal tersebut yang menjadi penentu kekalahan Jerman di kemudian hari.

7. Pertempuran Yunani
Pertempuran di Yunani adalah pertempuran yang tidak begitu penting baik dilihat dari sisi militer maupun dilihat dari sisi ekonomi. Pertempuran itu terjadi "semata" karena rasa iri Musolini terhadap Hitler. Mussolini meresa bahwa dirinya jauh lebih berpengalaman daripada Hitler, namun kesuksesannya di dalam peperangan itu nol besar. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya dan Italia, sejajar dengan Jerman dari segi kekuatan militer. Namun rupanya kampanye Mussolini di Yunani berakhir petaka. Pasukan Yunani yang meskipun berjumlah sedikit, mampu memukul mundur Pasukan Italia yang pada waktu itu sudah menduduki Albania. Mussolinipun panik dan terpaksa meminta bantuan Hitler.
Meskipun Jerman meraih kemenangan besar dalam pertempuran ini, namun dilihat dari strategi perang secara luas, Jerman sama sekali tidak memperoleh keuntungan dari pertempuran ini. Pasukan Hitler yang telah berada pada posisi siap menyerang Rusia, harus ditarik mundur sebagian untuk membantu Italia. Penarikan ini membuat invasi ke Rusia tertunda selama lebih dari 2 bulan lamanya. Invasi ke Rusia baru dimulai pada bulan Juli 1941, sudah terlalu dekat dengan musim dingin Rusia yang mencekam. Musim dingin itulah yang menyebabkan kekuatan Jerman di Rusia tercerai berai.
Kunci Penting: Pertempuran Yunani menyebabkan Jerman harus menunda rencana serangannya ke Rusia, waktu 2 bulan di tahun 1941 benar-benar berharga, jika invasi itu dapat berjalan lebih cepat. Maka niscaya kota-kota penting di Rusia akan dapat direbut sebelum musim dingin tiba. Dan hal tersebut akan menjadi penentu kemenangan Jerman di front timur.



Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar