Senin, 31 Agustus 2015

Pertempuran Berlin 1945


 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmoBMZ8kzLXU5bNHJPxuGBjE59QnpSG9KeuUzmxpt-JxDpOqsEGR-V-E2DKTmvARzSxz0yVaY9BCBvv0jYJoQ6YOQZPbW08bsMfYtOD-NQBlFe46gfQ5a_xBc5Y501HuNcCaQ831ag02M/s640/
              Perang dunia ke II di Eropa benar-benar menjadi mimpi buruk yang takkan bisa dilupakan. Saat itu, Eropa benar-benar terasa mati. Kehidupan sebuah negara telah musnah seiring dengan serangan yang dilancarkan Jerman sejak tahun 1939. Namun semuanya berakhir, ketika peperangan itu mencapai puncaknya pada pertempuran Berlin.
Tidak terhitung lagi berapa puluh juta nyawa melayang dalam perang dunia ke II, berapa bangunan yang runtuh, berapa kota yang rata, berapa dana yang habis, berapa…… tapi ada suatu hasil. Perang dunia ke II yang merupakan starting teknik perang modern, memberikan dampak besar terhadap dunia ini sendiri, terutama negara-negara di dalamnya, mulai dari terbentuknya PBB, seni perang modern, kemerdekaan banyak bangsa, timbulnya kesadaran yang mutlak akan bahaya peperangan, perang dingin, negara adidaya, dan sebagainya. Demikianlah pertempuran besar yang terpusat di Eropa, dan di akhiri di kota ini……. kota Berlin….
              Pertempuran Berlin adalah salah satu pertempuran dahsyat yang terjadi selama perang dunia ke II. Kedahsyatan pertempuran itu tidak kalah dengan pertempuran-pertempuran terkenal seperti Kursk, Stalingrad, dan sebagainya. Bahkan ada suatu spesialisasi yang terjadi pada pertempuran ini, yang mana spesialisasi ini tidak terdapat pada pertempuran yang lain pada perang dunia ke II. Hal inilah yang membuat pertempuran di Berlin menjadi pertempuran yang khusus, bahkan lebih khusus dibandingkan pertempuran-pertempuran yang lain termasuk Stalingrad.
Berbeda dengan pertempuran pada kota manapun, pertempuran di Berlin adalah titik darah penghabisan bangsa Jerman pada perangnya sendiri. Pertempuran ini berbeda dengan pertempuran Stalingrad, yang sekalipun merupakan kota Stalin, tetap saja bukan jantung Soviet dan bukan disitu letak nyawa Soviet. Kalah atau tidaknya Soviet di Stalingrad, tidak menentukan mati atau tidaknya negara itu. Itu sebabnya, berbeda dengan pertempuran Berlin, yang merupakan titik darah penghabisan bangsa Jerman, hingga menimbulkan drama yang luar biasa yang terjadi pada pertempuran yang berlangsung beberapa minggu itu.
Ketika Soviet berhasil mengoyak pasukan Jerman dengan serangan air bahnya, Berlin pun terkepung seketika. Bahkan ketika pertahanan pasukan Jerman di Seelow Height jebol, pada akhirnya Berlin benar-benar tidak bisa selamat.
 http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2013/04/28/
                Bahkan sebelum pertempuran di mulai, Berlin sudah dihantui kekalahan yang pasti. Seluruh prajurit tidak lagi memiliki harapan, begitu pula seisi kota. Saat itu, Berlin hanya diperkuat oleh 100.000 prajurit, yang mana 45.000 dari keseluruhan pasukan itu adalah Volksturm, atau tentara rakyat, bahkan minoritas pada Volksturm adalah anak kecil yang berumur 7 tahun hingga 16 tahun. Sementara pada pihak Soviet, terbentuk kekuatan menyerang yang gila, dengan jumlah 10.000.000 prajurit lengkap dengan 9000 artileri, puluhan ribu tank, dan senjata-senjata perang lainnya. Seluruh Jerman tahu mereka tidak akan hidup bila melawan, tapi justru inilah yang menjadi kekhasan dari pertempuran Berlin, drama yang manis, akhir yang penuh keberanian dan kehormatan. Dan ketika pertempuran di mulai, hingga pertempuran berakhir, seluruh pasukan Jerman tewas dengan beberapa ribu yang menyerahkan diri. Sementara Soviet kehilangan beratus-ratus ribu prajurit mereka. Suatu keadaan yang benar-benar tidak seimbang dan menghasilkan hasil yang juga jauh dari perkiraan. Sulit dipercaya? Itu kenyataannya…
                        Pertempuran di Berlin dimulai dengan bombardir artileri. Soviet menembakkan 9000 artileri ke kota Berlin dari sekitar jam 3 pagi hingga jam 5. Lalu dilanjutkan dengan serbuan pasukan darat keseluruhan. Sulit dibayangkan dan dilukiskan, bagaimana keadaan Berlin mulai dari bombardir terjadi hingga serangan total dilancarkan.
Pertempuran terjadi dengan begitu dahsyat. Di jalan-jalan di Berlin, anak-anak kecil membawa panzerfaust untuk ditembakkan ke tank Soviet dengan penuh keberanian. Prajurit-prajurit, ayah, dan para pemuda mempertahankan setiap meter jalan-jalan Berlin. Hingga mereka makin terdesak dan terdesak sampai Reichstag dan bunker Berlin. Dan pada Reichstag, drama pertempuran berlangsung mengharukan sekali…
Pasukan-pasukan Jerman yang hanya terdiri dari orang-orang yang terluka, bertempur tanpa menyerah. Tembakan dari Reichstag terus mereka lakukan di tengah-tengah gempuran artileri Soviet dan serbuan tank-tank dan infantry Soviet ke arah mereka secara total dari segala penjuru. Dan yang mengejutkan adalah, pertempuran di mulai sekitar pukul 6 pagi, tapi baru berakhir ketika tengah malam. Bendera Soviet dikibarkan 2 kali karena pengibaran pertama tidak terlihat akibat gelapnya malam. Dan pada pertempuran di Reichstag, tidak ada pasukan Jerman yang menyerah sampai titik darah penghabisan.
Darah benar-benar tergenang pada setiap lantai di Reichstag!
                     Berkibarnya bendera Soviet di Reichstag menandakan akhir dari pertempuran Berlin. Sekalipun itu, bukanlah akhir dari pertempuran yang sebenarnya. Satu dua prajurit Jerman masih suka melakukan perlawanan dengan cara teror dan sniper, ada juga beberapa kelompok yang menyerang frontal. Hingga beberapa bulan kemudian, pertempuran di Berlin benar-benar dinyatakan berakhir. Dan Jerman, mencatat benar apa yang terjadi, kenyataan yang terjadi pada pertempuran itu. Akhir dari kedigdayaan Nazi, akhir dari kekaisaran Reich ke tiga…!!!

sumber  

Rabu, 26 Agustus 2015

video parodi hitler paling lucu di youtube

suatu hari hitler hendak mentraktir para jendralnya di warteg, ia mendapat rekumendasi dari temanya ojan bahwa warteg tersebut murah dan sangat enak, tapi ternyata,,,bruakakakak

https://www.youtube.com/watch?v=8Iut9Jxj4xM&feature=youtu.be

Minggu, 16 Agustus 2015

Hari yang Mengerikan Saat Pendaratan di Normandia 70 Tahun Silam





                          Pendaratan pasukan Sekutu di Normandia, Prancis, pada 6 Juni 1944.(Ist) Pendaratan pasukan Sekutu di Normandia, Prancis, pada 6 Juni 1944.(Ist) PRANCIS , JITUNEWS.COM- Sejarah telah dicetak 70 tahun silam, ketika pada tanggal 6 bulan 6 tahun 1944, Sekutu memutuskan untuk menaklukkan Nazi yang telah menguasai Eropa dengan menyerbu langsung benua biru itu. Maka, pada 6 Juni 1944 sekitar 300 ribu pasukan Sekutu melakukan invasi di pantai Normandia, Prancis. Serangan itu dikenal sebagai D-Day. Invasi itu dikenal sangat berbahaya karena tentara Sekutu menjadi umpan peluru Nazi. Tetapi invasi yang paling bersejarah dalam Perang Dunia II itu menjadi titik awal kekalahan Nazi Jerman. Jenderal Dwight D. Eisenhower,Pemimpin Sekutu, sedang memberi instruksi kepada tentara AS sebelum pendaratan. D-Day yang juga dikenal dengan sebutan “The Longest Day” atau “Hari Terpanjang” menjadi hari yang paling mengerikan bagi tentara Sekutu. 
               Pada penyerbuan hari pertama itu 1.200 kapal perang dan lebih dari 7.000 pesawat dikerahkan untuk mendukung invasi. Sebanyak 150 ribu pasukan diterjunkan di pantai Normandia yang panjangnya 100 km. Mereka jadi bulan-bulanan Nazi. Tidak kurang 4.500 tentara tewas. Hari ini, para veteran Perang Dunia II sekitar 1.800 orang telah hadir di Normandia untuk memperingati hari yang bersejarah tersebut. Ketika melakukan pendaratan 70 tahun lalu, sebagian besar veteran perang itu masih remaja. Dan, mereka mengenang D-Day sebagai hari paling mengerikan dalam hidupnya. Banyak veteran perang yang tiba di Normandia minggu ini, masih mengalami trauma dari aksi pendaratan itu Skema penyerangan pasukan Sekutu saat invasi ke Normandia pada 6 Juni 1944. "Saya begitu ngeri, seperti yang lainnya. Ketakutan yang mencekam", kata veteran perang asal Inggris Ken Scott, yang kini berusia 98 tahun. "Di sana tidak ada tempat untuk bersembunyi". Bagi banyak serdadu muda itu, D-Day dimulai pada dini hari, ketika suasana masih gelap. Yang pertama-tama mendarat adalah pasukan terjun payung. Pesawat mereka terbang sangat rendah. Banyak serdadu jatuh di atas pasir, 
                 Sebelum sempat membuka payung terjunnya. Ribuan pasukan yang mendarat dengan kapal-kapal pengangkut, segera disambut rentetan tembakan senapan mesin pasukan Nazi tanpa mampu berlindung. "Kita harus belajar untuk bisa memaafkan. Jangan biarkan hal seperti ini terjadi lagi", kata Herbert Levy yang berusia 88 tahun. Ia berbicara di hadapan sekitar 3000 anak sekolah di kota Caen, Prancis. Anak-anak sekolah menggelar acara konser musik sebagai penghormatan kepada para veteran perang. Dalam beberapa hari mendatang, ada sekitar 400 acara yang dipersiapkan untuk memperingati 70 tahun D-Day. Upacara resmi akan berlangsung hari Jumat, 6 Juni. Sekitar 20 kepala negara dan pemerintahan akan hadir pada upacara itu, antara lain Presiden AS Barack Obama, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Rusia Vladimir Putin

Sumber   :
 @jitunews http://www.jitunews.com/read/2061/hari-yang-mengerikan-saat-pendaratan-di-normandia-70-tahun-silam#ixzz3j0aFcmz0

Minggu, 02 Agustus 2015

Foto S.S. Sturmbrigade R.O.N.A. (Brigade Kaminski)

Foto ini memperlihatkan tank-tank T-34 Soviet hasil rampasan milik Waffen-Sturm-Brigade "RONA" (Brigade Kaminski). Lokasi dan tanggal tidak diketahui. Waffen-Sturm-Brigade "RONA" adalah unit anti-Partisan yang anggotanya kebanyakan merupakan warga area otonomi Lokot di wilayah Soviet yang diduduki oleh pasukan Jerman (Hutan Bryansk). Pada pertengahan tahun 1943, jumlahnya telah membengkak menjadi 10-12 ribu prajurit dan dilengkapi dengan tank dan artileri hasil rampasan dari Rusia


Sumber :
www.online-instagram.com

Foto Pertempuran Jembatan Remagen

Tiga orang perwira tinggi Wehrmacht yang bertanggungjawab terhadap pertahanan pasukan Jerman di wilayah Ruhr bulan Maret-April 1945, dari kiri ke kanan: Generalfeldmarschall Walter Model (Oberbefehlshaber Heeresgruppe B), Generalleutnant Fritz Bayerlein (mit der Führung beauftrag LIII. Armeekorps), dan seorang perwira Panzertruppen tak dikenal yang disebut-sebut sebagai penanggungjawab pertahanan Jembatan Remagen. Setelah cari sana sini, saya menemukan bahwa unit tank Jerman yang bertugas di Remagen pada periode ini adalah Panzer-Regiment 15 yang merupakan bagian dari 11.Panzer-Division dan dipimpin oleh Major Jürgen Reichart. Saya tidak tahu apakah perwira di kanan adalah Major Reichart atau bukan, soalnya belum pernah nemu fotonya, dan apalagi ketemu orangnya


Sumber :
www.forum.axishistory.com

Foto Pertempuran Gazala

 Dari kiri ke kanan: Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika"), Sonderführer Dr. Ernst Franz (Dolmetscher Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika"), dan Generale di Divisione Arnaldo Azzi (Komandan 101ª Divisione di fanteria “Trieste”). Foto kemungkinan besar diambil di sekitar kancah Pertempuran Gazala yang berlangsung dari tanggal 26 Mei s/d 21 Juni 1942


Source :
www.forum.axishistory.com

Foto Pertempuran Tobruk

 Rommel berunding dengan para staffnya di markas besarnya Libya bulan April 1942 untuk merancang strategi terbaik demi merebut kota pelabuhan Tobruk dari tangan pasukan Inggris. Foto jepretan Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika" ini sendiri pertama kali dipublikasikan pada tanggal 26 Mei 1942. Dari kiri ke kanan: Oberstleutnant im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps), Oberstleutnant im Generalstab Friedrich-Wilhelm von Mellenthin (Ic Dritter Generalstabsoffizier Panzerarmee "Afrika"), Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Generalleutnant Walther Nehring (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps)


 Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") bersama dengan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) berdiri dengan latar belakang konvoy pasukan Poros (Jerman, Italia, dan sukarelawan Arab) di dekat Gazala yang sedang bergerak maju menuju Tobruk, Mei 1942. Dalam apa yang dinamakan sebagai Pertempuran Gazala, anakbuah Rommel berhasil menggasak pasukan gabungan Inggris dan Persemakmuran, mengusir mereka dari Libya sekaligus menduduki kota pelabuhan Tobruk yang sangat strategis. Hal ini dianggap sebagai pencapaian terbesar Sang Rubah Gurun di Afrika Utara, dan sebagai balasannya Hitler langsung menaikkan pangkat secara luar biasa jenderal favoritnya tersebut menjadi Generalfeldmarschall, sehingga menjadikan Rommel Marsekal (Jenderal Bintang Lima) termuda di seantero Wehrmacht dalam usia 50 tahun! Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller


 Generaloberst Erwin Rommel (kedua dari kanan, Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (kanan, Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) di atas ranpur pribadi Sd.Kfz.250/3 leichter Schützenpanzer Funkpanzerwagen "GREIF" (Grifon/Serang) dalam kancah Pertempuran Gazala (26 Mei s/d 21 Juni 1942). Foto diambil di dekat wilayah Tobruk (Libya)


 Generaloberst Erwin Rommel (memakai topi visor, Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (memakai gogel, Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) di atas ranpur pribadi Sd.Kfz.250/3 leichter Schützenpanzer Funkpanzerwagen WH-937036 "GREIF" (Grifon/Serang) dalam kancah Pertempuran Gazala (26 Mei s/d 21 Juni 1942). Foto diambil oleh Kriegsberichter Ernst Alexander Zwilling di dekat wilayah Bir Hacheim (Libya) bulan Juni 1942


 Generaloberst Erwin Rommel (kanan, Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") mengobservasi lapangan di dekat El Alamein (Mesir) sesampainya disana pada tanggal 18 Juni 1942 untuk melakukan pertemuan dengan Fliegerführer Afrika, General der Flieger Otto Hoffmann von Waldau. Berdiri nomor dua dari kiri adalah Oberst Fritz Bayerlein (kanan, Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps), sementara di latar belakang kita bisa melihat sebuah mobil staff Horch serta Flak 88. Foto oleh Kriegsberichter Ernst Alexander Zwilling


Dengan menggunakan mobil staff Horch Kfz.15, Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi salah satu pangkalan utama Inggris di Afrika Utara tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942, setelah sebuah serangan memutar yang brilian. Sekitar 33.000 orang prajurit Inggris dan Persemakmuran yang tertawan sehingga menjadikannya kekalahan terbesar kedua Inggris dalam Perang Dunia II setelah jatuhnya Singapura (80.000 orang yang tertawan)! Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"


 Dengan menggunakan mobil staff Horch Kfz.15, Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi pangkalan Inggris tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942 (Bayerlein duduk di kiri sementara Rommel di kanan). Di sebelah kiri foto tampak terparkir sebuah Panzerbefehlswagen III Ausf.C/H (SdKfz. 266/267/268). Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"



 Dengan menggunakan mobil staff Horch Kfz.15, Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi pangkalan Inggris tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942). Latar belakang memperlihatkan suasana pelabuhan yang dipenuhi oleh kapal-kapal rusak tak terpakai hasil pemboman selama berbulan-bulan. Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"


 Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi salah satu pangkalan utama Inggris di Afrika Utara tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942. Disini sang Marsekal sedang berjalan di tengah diikuti oleh seorang perwira Italia di kiri dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) di kanan. Di sebelah kanan foto terlihat "britische Kriegsgefangene" (tawanan Inggris) yang sedang duduk-duduk santai menunggu untuk dikirim ke kamp tawanan Jerman di garis belakang. Pada kenyataannya, cukup banyak pasukan dari negara lain yang ikut mempertahankan Tobruk dari serangan Jerman, termasuk dari Australia, Afrika Selatan, dan bahkan Cekoslowakia! Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"



Generaloberst Erwin Rommel (kanan, Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (kedua dari kanan, Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi salah satu pangkalan utama Inggris di Afrika Utara tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942. Disini tampak sang Marsekal sedang menanyai seorang prajurit Afrikakorps dengan latar belakang pelabuhan tempat bersandar kapal. Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"


 Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") menerangkan sesuatu di peta kepada para prajurit Jerman dan Italia di Tobruk di hari kota tersebut jatuh ke tangan Jerman. Bertolak pinggang di sebelah kanan adalah Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps), sementara di belakang mereka adalah Leutnant tak dikenal yang berasal dari unit Panzertruppen (terlihat dari pin tengkorak di kerahnya). Foto diambil tanggal 21-22 Juni 1942 oleh Kriegsberichter Otto dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"


 Foto ini diambil pada tanggal 22 Juni 1942 oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dan memperlihatkan Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") bersama dengan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) di atas sebuah mobil atap terbuka dalam inspeksi ke kota pelabuhan Tobruk yang baru diduduki oleh pasukan Jerman sehari sebelumnya. Di hari ini pula Rommel naik pangkat secara luar biasa dari Generaloberst menjadi Generalfeldmarschall sebagai penghargaan dari sang Führer untuk prestasinya tersebut


 Foto ini diambil pada tanggal 22 Juni 1942 oleh Kriegsberichter Valtingojer dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika" dan memperlihatkan Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") sedang diwawancarai oleh PK-Tonberichter (reporter radio) Günther Halm mengenai Pertempuran Tobruk yang baru saja usai (dengan pihak Jerman yang keluar sebagai pemenangnya). Di tengah ikut menyimak Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps). Di hari ini pula Rommel naik pangkat secara luar biasa dari Generaloberst menjadi Generalfeldmarschall sebagai penghargaan dari sang Führer untuk prestasinya tersebut


Sumber :
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
www.commons.wikimedia.org

Foto Pertempuran Sidi Rezegh

PERAIH RITTERKREUZ

Generalleutnant Fritz Bayerlein (14 Januari 1899 - 30 Januari 1970) adalah perwira veteran Perang Dunia Pertama dari Bavaria yang kemudian malang-melintang dalam Perang Dunia II, kebanyakan sebagai anggota staff unit. Dia mendapat nama harum saat menjadi Kepala Staff "Si Rubah Gurun" Erwin Rommel dalam medan pertempuran di Afrika Utara, sebelum kemudian dipercaya sebagai Komandan 3. Panzer-Division (20 Oktober 1943 - 5 Januari 1944), Panzer-Lehr-Division (10 Januari 1944 - 20 Januari 1945), dan LIII. Armeekorps (29 Maret 1945 - 8 Mei 1945). Karena sifatnya yang tidak bisa diduga baik oleh kawan maupun lawan, para komandan Amerika menjuluki setiap jenderal Jerman yang bersifat sama sebagai "being on the Fritz" (menjadi layaknya Fritz)! Kepahlawanannya di medan perang membuatnya dianugerahi empat medali bergengsi: Deutsches Kreuz in Gold (23 Oktober 1942), Ritterkreuz (26 Desember 1941), Eichenlaub (6 Juli 1943) serta Schwerter (20 Juli 1944). Medali dan penghargaan lain yang diperolehnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (30 Agustus 1918); Verwundetenabzeichen 1918 in Schwarz (31 Agustus 1918); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV. bis II. Klasse; Spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (13 September 1939) und I.Klasse (27 September 1939); Panzerkampfabzeichen in Silber; Ärmelband “Afrika”; Königlich Italienische Silberne Tapferkeitsmedaille; Ritterkreuz des Königlich Italienische Militärordens von Savoyen; Erinnerungsmedaille für den deutsch-italienischen Feldzug in Afrika; Verwundetenabzeichen in Silber; serta Nennung im Ehrenblatt des Heeres (6 Maret 1945). Namanya juga disebutkan dalam Wehrmachtbericht edisi 11 Januari 1944 dan 26 Juni 1944. Biografi singkatnya bisa dilihat DISINI


Sumber :
Buku "Das Afrikakorps: In Original-Farbfotografien" karya Bernd Peitz