Kamis, 06 Agustus 2009

Oberst Claus Graf Von Stauffenberg (1907-1944), Tokoh Penentang Hitler Paling Terkenal!

Oberst Claus Graf von Stauffenberg bersama rekan konspiratornya, Oberst Albrecht Ritter Mertz von Quirnheim


Claus von Stauffenberg di hari pernikahannya bersama Nina


Perbandingan wajah antara Oberst Stauffenberg dengan orang yang memerankannya dalam film 'Valkyrie', Tom Cruise. Kalau menurut saya sih gantengan yang aslinya (Stauffenberg)!


Beberapa waktu sebelum percobaan pembunuhan terhadap Hitler, kedua musuh besar ini, Stauffenberg (kiri) dan Hitler, bertemu di tempat yang nantinya juga menjadi tempat eksekusi : Wolffschanze. Dalam foto ini tampak Hitler sedang berjabatan tangan dengan Generaloberst Friedrich Fromm, sementara bersama Stauffenberg adalah ajudan Hitler dari Kriegsmarine, Konteradmiral Karl-Jesko von Puttkamer


Oberst Claus Graf von Stauffenberg sewaktu masih mulus belum terkena serangan fatal pesawat Sekutu di Afrika yang membuatnya cacat seumur hidup


“Target pemimpin menuju musnah tuntas, kejahatan Hitler dan Waffen SS telah menjadi noda bagi sejarah kemuliaan pasukan Jerman: Membantai rakyat sipil, menghajar tawanan perang yang kelaparan dan mengirim rakyat tidak berdosa ke kamp konsentrasi, tugas tentara tidak lagi hanya membela negara dan rakyatnya…. Kesadaran sebagai seorang tentara: Setia kepada Hitler bagaikan berkhianat terhadap negara; Hitler bukan saja menganggap seluruh orang di dunia sebagai musuh, bahkan adalah musuh bebuyutan orang Jerman, kita tidak boleh hanya berpangku tangan saja…………… ” “Catatan harian kolonel Stauffenberg di medan perang”.

Claus Philipp Maria Schenk Graf von Stauffenberg (15 November 1907 - 21 Juli 1944) terlahir di keluarga bangsawan ternama, dan ketika berumur 35 tahun sudah meraih pangkat kolonel. Ia adalah bintang masa depan di dalam pasukan. Ia pernah menjadi pengikut fanatik Nazi, ia pernah sangat mempercayai bahwa partai Nazi adalah harapan Jerman, namun sesudah Hitler menggerakkan perang dunia ke dua, kepercayaannya mulai goyah.

Kolonel Stauffenberg sebagai tentara professional ketika di hadapan putera-puterinya ia berpikir: “Yang ditinggalkan oleh negara ini kepada anak-anak ternyata adalah perang dan kekerasan, para anak cepat atau lambat akan berubah menjadi mesin pembunuh Hitler, apakah ini betul-betul baik?”

Maka ia mulai dengan kawan-kawan yang mempunyai misi sama menamakan operasi rahasia itu: “Valkyrie; si Dewi perang”, ia tahu andaikata sukses, para korban perang dunia kedua bakal berkurang separuh; juga akan ditulis di dalam sejarah umat manusia!

Claus Graf von Stauffenberg terlahir di keluarga bangsawan yang paling terpandang dan terkuno di bagian selatan Jerman, ayahnya pernah menjabat sebagai panglima tertinggi kerajaan Königreich Württemberg, ibunya adalah seorang cucu perempuan seorang jendral Prusia.

Sewaktu masa kanak-kanak, Stauffenberg sudah membangun tekad yang teramat kuat, tatkala masih balita fisiknya lemah dan sakit-sakitan, sering didera sakit kepala dan radang tenggorokan, tetapi ia sama sekali tidak mengizinkan dirinya roboh, bahkan dengan tekad kuat kesehatannya pulih, selain telah menempa diri sebagai seorang atlet, dan tak pernah berhenti membantu panen para petani lokal yang merasa bangga karenanya.

Bagi Stauffenberg, ia beranggapan bangsawan selain adalah sebuah posisi status masyarakat yang tinggi dan mulia, juga jabatan anugerah langit, harus selalu beramal melayani rakyat. Ia pernah mengatakan kepada keluarganya: “Sesuai kenyataannya, sikap kaum bangsawan juga tugas utama kita adalah melayani negara, tak peduli kita berada pada jabatan apapun tetap sama.”

Konsep pelayanan kaum bangsawan dan tekad membaja, telah mempengaruhi dengan mendalam perbuatannya pada masa depan; semasa menjalani perawatan luka di medan perang Afrika Utara ia menolak menggunakan obat penangkal sakit, ia sepenuhnya mengandalkan tekad kuatnya untuk tetap hidup.

Stauffenberg mengalami pengaruh dari Stefan George, penyair patriot, pada 1926 ia menjadi seorang serdadu biasa pada brigade kavaleri ke-17 di Bamberg, dan prestasinya menonjol, pada 1930 ia diangkat menjadi perwira.

Pada masa kewajiban dinas Stauffenberg ini, komandannnya menilainya: “Memiliki karakter mandiri dan keterandalan. Bersamaan itu memiliki pemahaman sendiri, prestasinya tak peduli di strategi perang atau teknik, di atas rata-rata; hubungan inter personalnya tak tercela. Ia memiliki gairah tinggi terhadap urusan masyarakat, sejarah dan keagamaan,………andaikan ia dapat konsisten seperti ini, penampilan masa depannya pasti tak terbatas.”

Pada tahun yang sama, dengan julukan sebagai reformis, Hitler menjabat PM Jerman, dan melaukan serangkaian reformasi, ekonomi Jerman dalam waktu singkat melambung naik, Stauffenberg juga mengikuti kegiatan perayaan di jalanan bersama dengan partai Nazi. Waktu itu ia beranggapan: “Begitu Nazi menguasai pemerintahan, perselisihan antar partai bisa berakhir, dan dapat menetapkan policy maju ke depan dengan teguh.”

Selain itu ia menyatakan respek terhadap Hitler, ia beranggapan: “Hitler piawai dalam penggunaan kata untuk menyatakan konsepsi mendasar dan serius, sehingga dapat menuntun kebangkitan kehidupan spiritual.”

Juni 1934, Hitler demi memperkokoh kekuasaannya ia memberlakukan hukum perang, dan memerintah Waffen SS memberantas pimpinan anggota SA (Ernst Röhm dan kawan-kawan yang sebelumnya merupakan kawan seperjuangan Hitler) serta menghabisi 400 orang lebih anggota SA (Sturm Abteilung), di sejarah dinamakan “Nacht der langen Messer/Malam pisau panjang”.

Kejadian ini membuat Stauffenberg mengubah pandangannya terhadap Hitler, ia mulai mengritik Hitler yang dingin, kejam dan tak berbelas kasih, begitu kamrad lama telah kehilangan manfaatnya maka dihabisi dengan kejamnya. Tetapi ia waktu itu sependapat dengan prinsip pihak militer Jerman yang menyetujui Malam Pisau Panjang, dengan harapan Nazi dapat berjalan ke arah yang lebih baik.

Pada 1937, Stauffenberg diangkat menjadi kapten, dan dengan prestasi bagus memasuki Deutsch Hauptsitz der General Staff Kolleg (perguruan tinggi untuk pendidikan lanjutan militer), dan ia menjadi bintang kelas, selain tesisnya memperoleh penghargaan nomer satu, setelah lulus, setiap unit general staff Jerman bahkan berebut saling mendahului dalam permohonan memindahkan Stauffenberg menjabat di unit mereka. Akhirnya ia memilih pergi ke divisi-1 menjabat sebagai perwira staff offisier logistik divisi gerak cepat, membantu divisi tersebut dalam menuntaskan tugas setelah menduduki Ceko.

November 1938, sesudah divisi-1 gerak cepat kembali ke tanah air tak lama kemudian terjadi peristiwa Malam Kristal/Kristalnacht yang terkenal kebrutalannya, pemicunya ialah seorang pemuda etnik Yahudi yang mengungsi ke Paris, karena memohon pertolongan dari sekretaris kedutaan Jerman di Paris, untuk bantuan keluarganya yang diusir ke Polandia tanpa hasil dan saking marahnya ia menembak staff tersebut. Akhirnya Paul Joseph Goebbels, menteri propaganda Nazi mengorganisir anggota partai Nazi dan SS menyerang orang Yahudi di seluruh wilayah Jerman, menyebabkan 30.000 lelaki Yahudi ditangkap dan dijebloskan ke dalam kam konsentrasi, 1.574 buah sinagoge dan 7.000 buah toko milik Yahudi serta 29 buah supermarket dan lain-lain mengalami pembakaran atau pengerusakan.

Stauffenberg merasa muak dengan peristiwa tersebut dan berualang kali menyatakan di depan koleganya: “Peristiwa ini merugikan kemuliaan Jerman di mata orang dunia.”

Pemerintah dan kepala negara, kepada mereka ia bersumpah setia, telah berubah ekstrem buruk di hadapannya.

Sesudah itu, Stauffenberg mengikuti pasukan melancarkan agresi terhadap Polandia dan Perancis, kemudian pada 1943 ia dipindahkan ke panzer brigade dan bertanggung jawab atas perlindungan terhadap jenderal Rommel yang sedang mundur dari Afrika Utara.

Sementara itu, ia tak henti-hentinya menyaksikan Hitler beserta partai Nazi-nya melakukan berbagai tindak kekerasan, ia di arena pertempuran Afrika Utara mencatat di dalam buku hariannya: “Kesadaran sebagai seorang tentara: Setia kepada Hitler bagaikan mengkhianati negara; Hitler selain memusuhi seluruh dunia, lebih-lebih lagi ialah musuh utama Jerman, kita tidak boleh tidak melakukan apapun.”

Kolonel Stauffenberg pada 7 April 1943 mengalami luka parah, ia kehilangan sebuah mata dan lengan, ia yang semestinya bisa mengundurkan diri secara mulia, namun ia menyadari, demi menyelamatkan Jerman, ia harus berupaya dengan segala cara menghentikan Hitler. Kemudian ia ditempatkan sebagai Chiefs of Staff pada pasukan cadangan Jerman, sejak saat itu ia mempunyai peluang mendekati Hitler, operasi yang dinamakan Valkyrie (Dewi perang) dengan demikian telah mulai dibuka tirai pentasnya.

Rencana “Valkyrie” pada awalnya adalah salah satu rencana tempur dari pasukan cadangan, secara garis besar adalah: bagaimana pasukan cadangan melakukan penindasan sewaktu terjadi pergolakan di dalam negeri, melanjutkan pengurusan pengamanan dalam kota, sebenarnya adalah untuk memperkokoh posisi Hitler; namun kolonel Stauffenberg hendak mengubahnya menjadi pembunuhan terhadap Hitler dan bagaimana sesudahnya melancarkan program operasi. Mereka berencana mendirikan pemerintahan sementara dan mencapai persetujuan dengan pasukan sekutu untuk mengakhiri perang ini.

”Valkyrie” adalah dewi perang di dalam dongeng Eropa utara, di dalam dongeng itu, tugasnya ialah memilih serdadu gagah berani yang gugur di medan perang, kemudian menjemput arwahnya sampai ke altar Valhalla untuk dijadikan serdadu para dewata. Sebelum aksi dilakukan, kolonel Stauffenberg pernah mengatakan: “Saya memahami, begitu seseorang melancarkan aksi seperti ini, ia akan dipandang sebagai pengkhianat di dalam sejarah Jerman, namun seseorang juga tidak semestinya menjadi pengkhianat nurani diri sendiri. Apabila saya tidak mengambil gerakan ini untuk menghentikan pembantaian tak bermakna ini, saya akan tak sanggup berhadapan dengan para anak yatim piatu dan janda yang diakibatkan oleh perang ini.” Ia menggunakan “Valkyrie” sebagai sebutan umum untuk aksi ini, sepertinya juga telah memaknainya demi masa depan Jerman dan ia sudah memandang kematian bagaikan pulang ke rumah!

Pada 20 Juli 1944 kolonel Stauffenberg tiba di “sarang serigala”, ia pada saat itu sudah bersepakat dengan ketua bagian informasi bagian komando jenderal tertinggi, informasi mengenai ledakan dengan segera disampaikan ke kelompok perlawanan di Berlin, agar mereka segera bergerak.

Akan tetapi waktu itu bertepatan dengan musim kemarau, suhu di “Sarang serigala” sangat tinggi, Hitler memindahkan lokasi rapat ke dalam ruang rapat di lantai-1, meski Stauffenberg membawa 2 buah bom, namun karena tegang dan persiapan waktu yang tidak cukup, ia hanya sempat men-setting salah satunya saja.

Ia pada siang hari itu jam 12:37 menaruh tas kantor yang berisi bom di kaki meja sebelah dalam kayu-karet sebelah kanan tempat duduk Hitler, kemudian dengan dalih menerima telepon meninggalkan ruang rapat.

Akan tetapi, pada saat itu seorang asisten Hitler yang kakinya tersandung oleh tas kantor Stauffenberg, dipungutlah tas tersebut dan diletakkan di sisi luar dari meja meeting, dengan demikian, jarak bom dengan Hitler telah tersekat oleh meja tebal tersebut. Barangkali tindakan yang nampaknya sepele tersebut telah menyelamatkan nyawa Hitler dan telah mengubah sejarah selanjutnya.

Jam 12:42 bom meledak, Stauffenberg mengira di ruangan tersebut tak ada yang luput dari kematian. Maka ia terbang sesuai dengan rencana ke Berlin menjumpai para kolega yang menanti di pusat komando perang. Namun pada kenyataannya waktu itu Hitler hanya terluka ringan saja, tidak sampai tewas, ditambah lagi tatkala itu informasi yang simpang siur membuat jenderal Olbricht dari pusat komando perlawanan lantaran tak berhasil memperoleh berita apakah Stauffenberg berhasil ataukah tidak dan ragu-ragu untuk bertindak, sampai Stauffenberg tiba di Berlin baru memulainya.…….Akan tetapi terlambat, ditambah lagi komando pasukan cadangan dicegah bertindak oleh bagian propaganda, maka aksi “Valkyrie” pada akhirnya dinyatakan gagal total.

Kolonel Stauffenberg dan kawan-kawan pada malam itu ditangkap dan segera dieksekusi di halaman pusat komando perang, kemudian Hitler mengadakan “Komite khusus peristiwa 20 Juli” dan telah menghukum mati 5.000 lebih anggota perlawanan, diantaranya termasuk jenderal Edwin Rommel yang dicintai oleh rakyat luas.

Tidak sampai setahun sesudah “peristiwa 720”, Nazi-Jerman berakhir dengan kekalahan. Orang-orang yang mengikuti kudeta itu disebut sebagai “Widerstandskämpfer / resistants / Pejuang perlawanan”, sebagian nama jalanan di desa dan kota Jerman dinamakan sesuai sebagian nama-nama anggota tersebut.

Setiap 20 Juli Jerman mengadakan acara peringatan yang meriah untuk mengenang para peserta aksi “Valkyrie” yang gugur.

20 Juli 2007 Franz Josef Jung, menteri pertahanan Jerman di dalam upacara rapat akbar peringatan menyatakan: “Orang-orang yang kala itu mengikuti perjuangan melawan Hitler adalah keluar dari keyakinan yang teguh, menganggap martabat kemanusiaan dan hak tidak bisa diinjak-injak, untuk membela keyakinan, mereka bahkan rela membayar dengan nyawa.”Ia mengingatkan, Jerman dan Eropa belajar dari sejarah masa lalu, sebagai anggota komunitas dunia, tidak bisa hanya membela diri sendiri, juga harus bergiat demi kebebasan, hak dan HAM daerah lain yang seharusnya ada. Untuk ini Jerman tak dapat menundanya lagi.”

Helmut Kohl, mantan Kanselir Jerman Barat (saat itu) sebagai tamu VIP yang mengikuti upacara sumpah setia mengatakan: “Aksi pembunuhan pada 63 tahun lalu yang gagal, meninggalkan seorang panutan yang berjuang demi hati nurani, nama Stauffenberg dan para perwira yang dieksekusi mati menjadi pejuang anti otoriter, dan akan selalu dikenang.”

Sesudah itu hukum militer Jerman telah merenovasi pasal Stauffenberg, dan dengan jelas memberitahu segenap pasukan militer Jerman:

Republik Federasi Jerman - Sasaran Kesetiaan Pasukan Jerman
Pada saat hukum dan kebebasan rakyat mengalami ancaman, seorang tentara diharuskan mau tampil melakukan pembelaan.

Tentara harus berdasarkan konstitusi , kebebasan, demokrasi, welfare state dan sistem federal sebagai penguji sistem perpolitikan apakah seseorang sudah sesuai figur yang dianggap setia, seseorang yang mau setia kepada negara Seseorang yang mampu membawa negara keluar dari krisis optimisme.


Sumber :
www.epochtimes.co.id
www.elk-wue.de
www.badische-zeitung.de
www.romanchristendom.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar