Minggu, 30 Mei 2010

Hauptmann Horst Trebes (1916-1944), Fallschirmjäger Yang Dicopot Ritterkreuz-nya Gara-Gara Membunuh Teman Sendiri!


Horst Trebes di Kreta sebelum menerima Ritterkreuz

Hauptmann Walter Gericke (Kommandeur IV.Bataillon/Fallschirmjäger-Sturm-Regiment) dan Oberleutnant Horst Trebes (Führer III.Bataillon/Fallschirmjäger-Sturm-Regiment) dalam acara penganugerahan medali di Kreta tanggal 19 Juli 1941


Horst Trebes setelah menerima Ritterkreuz


Horst Trebes sebagai Oberleutnant


Horst Trebes bersama dengan perwira-perwira Luftwaffe


Selain terkenal karena peristiwa pencopotan Ritterkreuz-nya, nama Horst Trebes juga mengemuka karena menjadi aktor utama dari Pembantaian Kondomari di Kreta tanggal 2 Juni 1941. Aksi ini terjadi sebagai pembalasan atas terbunuhnya pasukan Fallschirmjäger dalam penyerbuan ke pulau tersebut. Sumber Jerman menyebutkan bahwa 19 orang terbunuh dalam eksekusi ini, sementara sumber Sekutu mengeluarkan jumlah korban yang jauh lebih besar: 100 orang. Dalam foto di atas Horst Trebes (memakai Trophelm) menjadi komandan tim tembak Fallschirmjäger beberapa saat sebelum eksekusi dilaksanakan


Foto terkenal dari Fallschirmjäger tak lama setelah takluknya benteng Eben-Emael yang memperlihatkan Oberjäger Karl Polzin berdiri di tengah-tengah dengan rokoknya. Nyawanya berakhir akibat pesta miras. Bukan, bukan overdosis akek cap tikus seperti halnya yang terjadi di Indonesia tercinta, melainkan karena ditembak oleh temannya Horst Trebes!


Major Friedrich August Freiherr von der Heydte (kiri), Oberleutnant Rolf Mager dan Oberleutnant Horst Trebes membasuh tangan mereka dalam perjalanan ke Afrika Utara di musim panas 1942


Oberleutnant Horst Trebes (kiri) memberi instruksi pada anakbuahnya sebelum keberangkatan dengan menggunakan kapal laut ke Afrika Utara di musim panas 1942. Simbol kalajengking dipakai oleh 1.Kompanie/I.Bataillon/Fallschirmjäger-Regiment 3 yang dikenal sebagai Kampfgruppe von der Heydte dan merupakan bagian dari Fallschirmjäger-Brigade Ramcke


Fallschirmjäger-Brigade Ramcke berbaris di Hildesheim sebelum diberangkatkan ke Afrika Utara, musim panas 1942. Baris depan sebelah kiri adalah Major Friedrich von der Heydte sementara di kanannya adalah Stabsoffizier Oberleutnant Rolf Mager. Di tengah belakang mengikuti berbaris Oberleutnant Horst Trebes. Mager nantinya meraih Ritterkreuz tanggal 31 Oktober 1944 sebagai Hauptmann dan komandan II.Bataillon/Fallschirmjäger-Regiment 6


Oberleutnant Horst Trebes memimpin anakbuahnya berbaris di Hildesheim sebelum diberangkatkan ke Afrika Utara, musim panas 1942. Di belakang sebelah kiri adalah Oberleutnant Joachim Grothe. Trebes dilahirkan pada tanggal 22 Oktober 1916 dan KIA tanggal 29 Juli 1944 di dekat St. Denys-le-Gast, Prancis. Dia meraih Ritterkreuz tanggal 9 Juli 1941 sebagai Oberleutnant dan Führer III.Bataillon/Fallschirmjäger-Sturm-Regiment


Dalam foto yang diambil dari majalah DER ADLER terbitan tahun 1944 ini, diperlihatkan Horst Trebes bersama dengan Rommel. Dari kiri ke kanan: Oberleutnant Helmuth Walter (versi lain adalah Hauptmann Rolf Mager), Hauptmann Horst Trebes (keduanya dari Fallschirmjäger Regiment 6), Generalleutnant Wilhelm Falley (kommandeur der 91 Luftlandedivision), dan Generalfeldmarschall Erwin Rommel


Oleh : Alif Rafik Khan

Bio:
Lahir: Cologne, 22 Oktober 1916
Killed in Action: 29 Juli 1944 di Normandia sebelah selatan Denys-le-Gast
Fallschirmjäger sejak: 1 Juni 1938
Tanggal mendaftar: 1 April 1936
Pangkat terakhir: Hauptmann (Kapten)
Penempatan terakhir: komandan III Battalion. FJR6

Medali dan penghargaan:
Knight'scross: 9 Juli 1941
Dianugerahkan setelah Pertempuran Kreta, Operasi "Merkur"
Jabatan saat itu: Komandan sementara III Battalion LL Sturm Regiment ke-1
German Cross in Gold: ?
Luftwaffe parrachutist badge:
Luftwaffe ground assault badge:
Iron Cross First Class: Belanda 1940
Iron Cross Second Class: 29 Mei 1940
Kreta Armelband
Afrika Armelband

Horst Trebes (baca: Tray-bes) pertama kali bergabung dengan Wehrmacht sebagai kandidat perwira tanggal 1 April 1936 dan menjadi Leutnant tanggal 20 April 1938. Kemudian tanggal 20 Juni tahun yang sama dia mendaftar secara sukarela sebagai anggota Batalion Parasut Infanteri Angkatan Darat di bawah pimpinan Major Richard Heidrich. Dia kemudian ditransfer ke Luftwaffe tanggal 1 April 1939 sebagai bagian dari Batalion III, Resimen Fallschirmjäger ke-1.

Trebes mengalami pertempuran di Polandia dan Belanda, sedangkan di Kreta dia bertugas sebagai perwira staff di Stürm Regiment ke-1. Dengan membentuk sebuah Kampfgruppe (Grup Tempur) yang beranggotakan para staff resimen, Oberleutnant Trebes bersama dengan Oberleutnant Schächter dan Major Baum mendarat di dekat sebuah jembatan besar di sebelah barat landasan udara Maleme dengan menggunakan 9 buah glider tak bersuara. Misi mereka adalah merebut jembatan yang membentang di atas sungai Travotinis, lalu dilanjutkan dengan menguasai posisi senjata Flak yang berada di dekatnya dengan bantuan dari I/FJR1.

Tanggal 20 Mei jam 11:00 siang Oberleutnant Trebes berhasil membebaskan peleton Leutnant Kalhey yang terkepung musuh. Dalam usaha tersebut, Major Baum terbunuh sedangkan Oberleutnant Schächter terluka, sehingga kini Trebes lah yang memegang komando Kampfgruppe tersebut. Yang melawannya adalah Regiments IV Battalion Sekutu. Serangan selanjutnya yang dia lancarkan berlangsung tanggal 23 Mei di sebelah barat Palantias, dimana dia berhasil menerobos hadangan musuh dan merebut Hill 107. Atas prestasinya ini, Trebes dianugerahi dengan medali bergengsi Ritterkreuz (Salib Ksatria/Knight's Cross).

Nah, disinilah saya akan membawakan cerita paling menarik dari kisah hidup Horst Trebes, yaitu pencopotan Ritterkreuz yang telah diraihnya dengan susah payah! Bagaimanakah hal tersebut bisa terjadi?

Setelah operasi Kreta yang sukses tapi berdarah-darah, Trebes merayakan penganugerahan Ritterkreuz-nya dengan berpesta mabuk-mabukan bersama dengan beberapa Fallschirmjäger lain di Halbertadt. Pesta malam itu berakhir tragis: Oberjäger Karl Polzin (anggota dari Trupp 4 dalam Pertempuran Eben-Emael, dan salah satu dari beberapa prajurit Fallschirmjäger yang nampang dalam foto terkenal yang dibuat setelah serangan tersebut) telah tertembak "secara tidak sengaja" oleh Trebes sehingga menemui ajalnya. Polzin sedang asyik terlelap dalam mimpi di kamar mandi (kemungkinan akibat mabuk berat), dan Trebes berkeras untuk membangunkannya... dengan menggunakan pistol! Disini kita sudah bisa membayangkan seberapa parah situasi setelah pesta malam itu, yang tidak terkendali disebabkan oleh Miras cap Topi Miring.

Sudah tentu perbuatan semacam ini tidak akan dibiarkan saja tanpa mendapatkan hukuman, dan hukumannya adalah hukuman MUODHAR! Untung saja, ibu mertua Trebes menyelamatkan menantunya dari ancaman eksekusi tembak mati. Wanita ini pernah bekerja sebagai suster selama berlangsungnya Perang Dunia Pertama dan sempat bertemu dengan Hermann Göring di Lazarett (rumah sakit) tempat dia bertugas. Setelah sembuh dari luka-lukanya, Göring yang berterimakasih berjanji akan membantunya di masa depan bilamana sang suster membutuhkan pertolongan. Kini tibalah saatnya si ibu mertua menagih janji yang diucapkan berpuluh-puluh tahun sebelumnya, dan Göring pun menepatinya. Selain itu, fakta bahwa Trebes adalah seorang pahlawan nasional (karena merupakan peraih Ritterkreuz) ikut membantu menyelamatkan nyawanya. Apapun keadaannya, semesta Luftwaffe tidak dapat menanggung rasa malu apabila salah satu pahlawannya dituntut hukuman mati di pengadilan militer!

Tapi Trebes tidak bisa begitu saja pergi setelah hukuman matinya dibatalkan. Göring hanya membantu sebatas itu, dan tidak lebih. Nasibnya sudah jelas: dia dibebaskan dari semua jabatannya, begitu pula semua penghargaan dan medali yang diraihnya kini harus ditanggalkan, termasuk Ritterkreuz yang telah didapatnya dengan bersimbah darah. Trebes kini hanyalah seorang Jäger (prajurit) biasa dan dia pun dikirimkan ke medan perang Afrika yang tandus dan jauh dari wanita bule. Kabar angin menyebutkan bahwa disana dia telah kehilangan tangan kanannya, suatu kabar yang tidak sesuai dengan kenyataan karena banyak foto dari Trebes yang dibuat setelah Afrika memperlihatkan bahwa kedua tangannya berfungsi dengan normal. Tapi terluka atau tidak sekarang tidaklah berarti bagi manusia satu ini. Dia menjadi seorang yang luar biasa berani dan emosional di medan tempur (bahkan cenderung nekad). Setiap kesempatan untuk membuktikan keprawiraannya dia lakukan, demi menebus kesalahan fatal yang dilakukannya di masa lalu.

Sedikit demi sedikit namanya mulai menanjak kembali. Trebes juga ikut bertempur di Rusia sebagai komandan dari III/LLStürm Regiment sampai dia dipindahkan ke III/FJR6 awal musim panas tahun 1944. Meskipun begitu banyak aksi "bunuh diri" yang dilakukannya, ajaibnya Trebes tetap selamat, dan akhirnya mendapatkan apa yang telah dinanti-nantinya: pengembalian kembali hak untuk memakai medali Ritterkreuz di lehernya! Major Friedrich August von der Heydte yang bijaksana sangat membutuhkan perwira-perwira yang berpengalaman, dan menawarkan kesempatan kepada Trebes untuk mendapatkan kembali kehormatannya dengan menjadi komandan dari Batalion III Resimen ke-6 yang dipimpinnya.

Peran sebagai komandan inilah yang kemudian mengantarkan nyawanya ke alam baka...

Penyebab tentang kematiannya sendiri yang terjadi tanggal 29 Juli 1944 masih simpang siur dan bahkan lokasinya pun tidak diketahui dengan pasti, kemungkinan di sekitar Carentan atau selatan Denys-le-Gast selama berlangsungnya pertempuran di semak-semak dan terobosan pasukan Sekutu melalui Saint Lo. Katanya sih dia tewas setelah diserang oleh pesawat udara Sekutu.

Sedikit tambahan: Saya pribadi masih belum yakin apakah Trebes pernah kehilangan jabatannya atau tidak, karena begitu banyak bukti foto (lihat salah satunya di atas) yang memperlihatkan bahwa dia tetap memakai medali dan pangkatnya. Perhatikan saja foto saat dia memimpin Kompi 1 dari Lehr Batallion Ramcke Brigade pimpinan von der Heydte. Yang jelas adalah, meskipun dia telah melakukan suatu perbuatan yang dapat mengancam karir dan nyawanya, tapi Trebes tetap melanjutkan perannya sebagai seorang Fallschirmjäger sejati yang bangga dengan seragam dan kesatuannya sampai saat kematiannya!


Sumber :
Buku "Fallschirmjäger Brigade Ramcke in North Africa" karya Edgar Alcidi
www.commons.wikimedia.org
www.fallschirmjager.net
www.fjr6.net
www.forum.axishistory.com
www.wehrmacht-awards.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar