Selasa, 06 Juli 2010

Focke-Wulf Fw 190, Pesawat Tempur Yang Disegani Di Zamannya!

Wallpaper dengan tema Fw 190 A8-R2 karya Thierry Dekker


Miniatur dari Fw 190 D9 "Dora"


Fw 190 di atas angkasa


Berbagai varian Fw 190. Perhatikan gambar Adlerfügel (kepala rajawali) yang tertera di samping pesawat paling atas. Nice one, right?


Gambar cut-out dari Ta 152


Oleh: Alif Rafik Khan

Pada bulan Juni 1942, seorang pilot Luftwaffe yang desersi memberi kado ulang tahun yang menakjubkan bagi Sekutu: sebuah pesawat tempur gres Jerman Focke-Wulf Fw 190A utuh! Penelitian mendetil yang kemudian dilakukan terhadap pesawat dahsyat keluaran Focke-Wulf Flugzeugbau ini memberi pengaruh besar terhadap keluaran pesawat-pesawat Inggris selanjutnya. Secara langsung, dia telah membuat Inggris buru-buru membuat spesifikasi F.2/43 untuk pesawat Hawker Fury, yang menjiplak habis Fw190A dalam begitu banyak bagian tak terhitung (Malaysia, you have a friend here!). Tidak hanya itu, keluar juga F.19/43 yang memproduksi proyek pesawat tempur Folland Fo.118. Tak perlu dikatakan lagi, ini seakan memberi penegasan bahwa Fw 190 merupakan pesawat tempur terbaik yang pernah dilahirkan Jerman sampai saat itu!

Focke-Wulf Fw 190 bisa disejajarkan dengan Supermarine Spitfire, Vought F4U Corsair dan North American P-51 Mustang sebagai salah satu pesawat tempur terbaik dalam Perang Dunia II. Pesawat ini sendiri merupakan hasil keroyokan dari tim insinyur Jerman yang dikepalai oleh Kurt Cobain eh Kurt Tank yang terkenal. Rencananya dia akan menjadi pengganti dari Messerschmitt Bf 109 yang mulai disaingi Sekutu. Pendapat resmi di Jerman sendiri secara sinis mengatakan bahwa Fw 190 tidak akan bisa menyamai Bf 109 dalam hal prestasi operasionalnya. Ini kemudian terbukti merupakan pendapat yang ENTOT (en salah total itu inlander, Pitung!).

Ketika Fw 190 memasuki medan tempur perdana pada musim panas 1942, dia merupakan pesawat tempur Jerman bertenaga piston paling potensial. Semua pesawat tempur terhebat saat itu langsung "lewat" bila dibandingkan dengan Fw 190, utamanya Spitfire V yang menjadi primadona. Dari sejak itu pula, di luar dari beberapa masalah yang berhubungan dengan mesin BMW 801 yang diusungnya, Fw 190 selalu menjadi yang terdepan bila dibandingkan dengan pesawat-pesawat Sekutu, apalagi dengan versi terbarunya yang selalu keluar beberapa waktu sekali.

Mesin BMW 801 mempunyai kelemahan selalu overheat bila dipakai terus-terusan, tapi kemudian hal ini diperbaiki melalui penyempurnaan kipas pendinginnya. Secara umum, Fw 190 menjadi bahan puji-pujian para pilot pengujinya. Mereka terutama menyukai bagian bawah pesawat yang lebar dengan penstabil daratan yang diimprovisasi, yang berbeda dengan pendahulunya Bf 109. Salah satu kelebihan yang luar biasa yang keluar pada saat pesawat tersebut diujicoba adalah fakta bahwa ketika berada di ketinggian dengan kecepatan pol, mesin BMW 801 akan menghasilkan sepasang jejak asap yang bermula dari pipa knalpot dan menyelubungi bagian sayap seluruhnya.

Prototipe Fw 190 sendiri pertama terbang pada tanggal 1 Juni 1939, dan pengiriman produksi dimulai akhir tahun 1940. Hanya dalam jangka waktu setahun, Fw 190 telah malang melintang di langit selatan Inggris di siang hari, secara terang-terangan mengajak duel Spitfire V. Sudah jelas pesawat Inggris kalah segala-galanya. Situasi mulai membaik ketika Royal Air Force (RAF) menerima Spitfire IX yang lebih kuat dan bertenaga, plus dipadukan dengan Typhoon empat-kanon.

Pada musim gugur 1937 Reichluftministerium memberi order kepada Focke-Wulf Flugzeugbau untuk perancangan dan pengembangan sebuah pesawat tempur kursi tunggal terbaru sebagai tambahan untuk Messerschmitt Bf 109. Para petinggi RLM menyebut order ini sebagai "iron in the fire" (baja api). Terus kenapa Focke-Wulf yang dipilih untuk menyelesaikan pembuatannya? Sederhana saja, karena saat itu perusahaan tersebut belum terlibat dalam pengembangan pesawat perang seperti halnya perusahaan lain, sedangkan tim perancangnya telah moncer kemana-mana karena dikepalai oleh si jenius Dipl.Ing. Kurt Tank. Tim perancang Tank segera mempersiapkan dua buah proposal: satu dengan pesawat bermesin Daimler-Benz DB601 berpendingin cair, sedangkan satunya lagi dengan mesin radial BMW 801 berpendingin udara. Pada saat itu mesin berpendingin udara tidaklah disukai karena dianggap lelet dan keterbatasannya dalam hal penempatan di pesawat yang harus diletakkan di bagian depan sehingga sedikit menghalangi pandangan pilot pada saat take-off dan mendarat. Akibatnya, ketika pada akhirnya jenderal Ernst Udet memilih mesin BMW 801 sebagai penopang Fw 190, banyak pihak yang terkejut dan mencibir keputusannya. Tak kurang dari Kurt Tank sendiri begitu surprise ketika mengetahui bahwa Udet telah memilih buatannya!

Mesin BMW 801 secara umum mempunyai berat lebih dibandingkan dengan para pendahulunya, meskipun ukuran secara keseluruhannya sendiri tidak jauh berbeda. Hal ini membuat dibutuhkannya pencengkeram fondasi yang lebih kuat, tapi dengan struktur yang sebisa mungkin tidak membebani pesawat dan mengurangi kemampuannya.Perancangan ulang memberi insinyur Tank paling handal, Blaser, kesempatan untuk memperbaiki kelemahan yang keluar dalam prototipe pertama. Pilot tes terutama keberatan atas begitu dekatnya jarak mesin dengan kokpit sehingga panasnya mesin terasa sampai ke dalam, dan kadang malah mencapai 55° celcius (132° Fahrenheit)! Kondisi seperti ini digambarkan Sander sebagai "seperti menaruh kaki di atas pembakaran". Kelemahan lainnya, asap dari pipa pembuangan mudah masuk ke kokpit sehingga si pilot dipaksa untuk terus menerus memakai masker oksigennya. Untuk mengatasi semua hal tersebut, tak ada jalan lain selain menggeser kokpit lebih ke belakang lagi. Hal ini sekaligus mengatasi hambatan dalam hal berat mesin yang membuat pesawat sulit bermanuver bila mesin dan kokpit diletakkan berdekatan.

Kebanyakan dari Fw 190A-0s dikirimkan ke Rechlin Roggenthin untuk pengujian lanjutan sebelum mendapat persetujuan produksi. Selama tes-tes yang dilakukan secara intensif, diketahui bahwa logam penutup mesin seringkali terlepas saat pesawat dipacu dalam kecepatan tinggi, sehingga kunci pengikat logam yang lebih kuat pun segera dirancang. Beberapa perubahan lain dilakukan karena ditemukannya kendala-kendala tambahan, di antaranya adalah kanopi kokpit yang tidak bisa terbuka dalam keadaan darurat ketika pesawat mencapai kecepatan 250 mph. Masalah ini diatasi dengan memasang dua buah selongsong standar 20 mm yang meniup bagian belakang kanopi cukup jauh untuk membiarkan slipstream masuk di bawahnya dan menariknya. Pilot juga komplain bahwa ada resiko mereka menabrak bagian ekor pesawat ketika bailing out, sehingga meminta dipasangnya semacam kursi pelontar yang akan melemparkan mereka ke udara lebih jauh dari sebelumnya. Masalahnya adalah, pembatasan berat yang disyaratkan oleh RLM kepada Focke-Wulf Flugzeugbau (dengan ancaman denda bila melanggar) membuat para insinyur keberatan untuk memasang instrumen tersebut. Akibatnya, perdebatan serius timbul antara para pilot penguji dengan perusahaan pembuat.

Focke-Wulf bukan hanya lebih cepat dari pesawat-pesawat sebelumnya, tapi juga dengan kemudinya yang mudah dikendalikan plus kemampuan bermanuver yang tinggi membuat pesawat ini menjadi senjata yang sangat berbahaya bagi lawan, bahkan bila dikemudikan oleh pilot yang belum berpengalaman sekalipun! Kemampuan yang mengagumkan ditambah dengan persenjataan Fw 190 yang top membuat kelimpungan para pilot Sekutu yang menghadapinya. Barulah ketika pelatihan pilot Jerman menurun dalam hal kualitas dn waktu pengujian, mereka mulai bisa mengimbanginya. Fw 190A standar segera dimodifikasi untuk memudahkannya melaksanakan fungsi-gungsi lain selain sebagai pesawat tempur, terutama versi F dan G fighter-bomber. Pesawat versi ini tidak dilengkapi oleh kanon luar 20 mm dan diganti oleh kombinasi rak bom atau kelopak meriam untuk kanon MK 103 30 mm. Versi selanjutnya dari Fw 190A dilengkapi sampai enam buah kanon 20 mm (Fw 190A6R1); A-6/R-6 mempunyai dua buah roket tak berpandu 210 mm (8,27 inci) yang difungsikan untuk menyerang pesawat-pesawat pembom besar milik Amerika. track pendarat lebar membuat take-off dan mendarat menjadi lebih mudah, tidak seperti dua Messerschmitt 109 sebelumnya yang selalu "gelisah". Fw 190 juga merupakan salah satu dari pesawat tempur pertama yang memperkenalkan kanopi belakang yang jelas dan tak bertutup, sehingga memberi pilot pandangan yang lebih luas ke sekelilingnya.

Fw 190 juga membuktikan diri sebagai fighter-bomber yang mumpuni, dan mampu membawa bom dalam jumlah cukup banyak (plus kadangkala proyektil roket). Perang baru yang dikobarkan Hitler di Front Timur membuat kebanyakan produksi terbaru pesawat jenis ini diterjunkan untuk melawan Rusia. Sebagian lainnya dikirimkan untuk membantu Afrikakorps milik Rommel dalam melawan Western Desert Air Force di padang pasir Afrika Utara, yang sedang menderita tekanan hebat di El Alamein di akhir-akhir tahun 1942.

Ketika pesawat pembom RAF dan USAAF yang berseliweran di Eropa Daratan menjadi lebih berat dan lebih besar lagi dari sebelumnya, maka unit-unit tempur Jerman yang menerbangkan Fw 190 mengembangkan taktik baru untuk mengatasinya. Ketika bomber-bomber berat Amerika menyerang di siang hari, maka beberapa Fw 190 akan membentuk "antrian" dan mendekati dari belakang formasi lawan. Ketika jaraknya sudah dekat, mereka akan saling berpencar, sehingga memberi sedikit kesempatan saja bagi para penembak mesin musuh untuk menembak mereka secara sistematis kepada semua penyerangnya.

Selama tahun 1943, Fw 190 merajalela di Eropa, dari Timur ke Barat, dan juga digunakan untuk melaksanakan misi di malam hari. pada waktu yang sama, Fw 190 jenis baru dikeluarkan, dan yang ini menggunakan mesin inline dan bukannya radial seperti sebelumnya. Penampilan umumnya sendiri sama saja, dengan radiator berbentuk gelang di bagian hidung.

Mesin Junkers Jumo 213 terbaru yang dipasangkan ke Fw 190 membuat pesawat ini sekali lagi menjadi pesawat tempur operasional Luftwaffe tercepat saat itu, dan pilot-pilot dengan skill tinggi dapat memanfaatkan kelebihannya ini secara maksimal. Sayangnya, rancangan pesawat yang dahsyat tak dikompensasi oleh standar produksi yang lemah, kekurangan bahan bakar kronis, pelatihan pilot yang seadanya, dan superioritas pesawat Sekutu dalam hal jumlah.

Untuk menghormati sang perancang Kurt Tank, maka nama Fw 190 kemudian dirubah menjadi Tank Ta 152. Pesawat tempur bermesin inline yang "indah" ini direncanakan menjadi versi terakhir dari pesawat tersebut. Penundaan yang terjadi kemudian membuat dihentikannya produksi Fw 190D, yang sendirinya merupakan pesawat tempur yang sudah mumpuni. Di tahun terakhir perang yang penuh dengan kekacauan, Fw 190D menjadi pesawat utama Luftwaffe yang dilengkapi dengan versi mesin inline. Hanya sedikit saja Ta 152H (dan kemungkinan beberapa Ta 152C) yang mendapat kesempatan mencicipi pertempuran.

Sayap yang lebih panjang (14,5 m) dari Ta 152H high altitude membuat pesawat tersebut mempunyai kemampuan yang lebih mengagumkan lagi, dengan kecepatan puncak 755 km/jam (472 mph) dan dapat menanjak sampai 15.000 m (49.215 ft). Dia dipersenjatai dengan kanon 30 mm di bagian hidungnya plus dua kanon 20 mm di bawah sayap. Saya berandai-andai, kalau saja pesawat ini diproduksi dalam jumlah yang cukup plus diterbangkan oleh pilot-pilot yang berpengalaman, maka dapat dipastikan bahwa ia akan menjadi pesawat tempur tak terkalahkan di udara sekaligus pembunuh bomber musuh paling top, sejajar dengan Messerschmitt Me 262. Versi lower altitude-nya, Ta 152C, baru masuk tahap pengujian ketika perang keburu berakhir. Antara bulan Oktober 1944 dan Februari 1945 ketika produksi dihentikan, Focke-Wulf mampu memproduksi Ta 152 komplit (model H-0, H-1 dan C-1). Tercatat sebanyak 20.000 buah Fw 190 telah diproduksi selama berlangsungnya Perang Dunia II, dengan sepertiga di antaranya difungsikan sebagai fighter-bomber.

Spesifikasi Focke-Wulf Fw 190A-8 :
Mesin: BMW 801D 1,700 hp 14-cylinder radial engine
Bentang sayap: 10,49 m (34 ft 5,5 in)
Panjang: 8,84 m (29 ft)
Tinggi: 3,96 m (13 ft)
Berat kosong: 3.200 kg (7.055 lbs)
berat operasional: 4.900 kg (10.800 lbs)
Kecepatan maksimum: 653 km/jam (408 mph)
Batas kemampuan menanjak: 11.410 m (37.400 ft)
Jarak tempuh: 900 km (560 mil)
Persenjataan: 2 senapan mesin 13 mm + 4 kanon 20 mm, atau
2 kanon 20 mm + 2 kanon 30 mm


Sumber :
www.afwing.com
www.aviation-history.com
www.clubhyper.com
www.forum.pelicanparts.com
www.hyperion-world.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar