Kamis, 25 Desember 2014

Foto Artistik, Bernilai Seni dan Terindah dari Perang Dunia II

 Para ilmuwan Nazi mengujicoba sistem aerodinamik dari sebuah pesawat Messerschmitt Bf 109 E-3 di tahun 1940. Ditenagai oleh mesin Rolls-Royce Kestrel V, pesawat hasil pengembangan kesekian dari Bf 109 ini mempunyai kecepatan maksimum 660km/jam. Panjangnya 8,65m dengan rentang sayap 9,87m. Senjata utamanya adalah dua buah kanon 20mm ditambah dengan dua senapan mesin sebagai pelengkap. Versi pertama pesawat rancangan Willy Messerschmitt ini telah teruji ketangguhannya dalam Perang Saudara Spanyol. Para pilotnya telah disumpah sebelum mereka meninggalkan Jerman bahwa mereka tidak akan membiarkan pesawat mereka sampai jatuh ke tangan musuh. Bila pesawatnya jatuh atau mendarat darurat di wilayah musuh, maka mereka harus membakarnya segera dengan menggunakan tangki khusus berisi materi yang mudah terbakar yang bisa disulut seketika dan memang disiapkan untuk tujuan semacam ini!



Waktu subuh di pangkalan 7.(F)/LG 2 di Yunani bulan Mei 1941. Operasi sudah dimulai walaupun matahari baru nampak sepenggalan. Di latar belakang sebuah Junkers Ju 52 tinggal landas. Para awak darat pastinya telah bangun pagi-pagi sekali demi mempersiapkan pesawat ini beroperasi di pagi buta seperti itu! Di latar depan adalah siluet pesawat pengintai Messerschmitt Bf 110 milik 7.(F)/LG 2


Pesawat penghubung sangat dibutuhkan untuk memelihara kontak langsung antara markas dengan prajurit di front depan. Tanpa pesawat ini maka akan mustahil bagi para komandan senior untuk bertemu dengan bawahannya dalam jangka waktu sebentar demi mendiskusikan perkembangan situasi atau sekedar melakukan inspeksi singkat di front. Karena biasanya pos komando dan markas front berada di wilayah hutan lebat, tertutup oleh kamuflase atau di desa-desa terpencil, maka kadangkala tak ada landasan udara standar terdekat yang menjangkaunya. Atas alasan ini maka Fieseler Fi 156 Storch, dengan kemampuan take-off dan landingnya di landasan sempit, menjadi pilihan utama para komandan staff senior. Pesawat ini bahkan bisa mendarat di atas permukaan yang kasar atau berlumpur. Foto di atas memperlihatkan sebuah desa kecil Rusia yang dikelilingi oleh hutan. Panji yang terpasang di depan sebuah rumah di sebelah kiri menandakan bahwa lokasi itu telah dijadikan sebagai markas sebuah Armee-Korps. Di latar belakang terparkir sebuah Storch, yang kemungkinan dipakai untuk menerbangkan sang komandan korps dalam kunjungan ke front depan atau membawa para komandan divisinya ke tempat ini


Seorang komandan bersiap-siap untuk terbang bersama dengan dua orang staffnya. Peta dan kertas-kertas yang dibawa menandakan bahwa mereka baru saja menghadiri sebuah rapat militer. Pesawat yang digunakan adalah sebuah Fieseler Fi 156 C “GK+M?” yang mempunyai strip kuning di badannya, suatu praktek yang biasa dilakukan oleh pesawat-pesawat Luftwaffe di Front Timur. Salah seorang staff yang membelakangi kamera mengenakan celana kavaleri yang dilengkapi lapisan kulit. Foto ini sendiri diambil di Rusia di musim panas 1941 atau 1942



 Dengan menggunakan mobil staff Horch Kfz.15, Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi pangkalan Inggris tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942 (Bayerlein duduk di kiri sementara Rommel di kanan). Di sebelah kiri foto tampak terparkir sebuah Panzerbefehlswagen III Ausf.C/H (SdKfz. 266/267/268). Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"

 Foto yang sangat indah ini diambil bulan Agustus 1942 dan memperlihatkan Olavi Paavolainen (1903-1964), seorang pujangga Finlandia yang dalam Perang Dunia II ikut angkat senjata membela negaranya dalam perang melawan Uni Soviet. Dia menjadi anggota Departemen Informasi sebelum ditempatkan di Mikkeli, Finlandia timur, sebagai ajudan jenderal infanteri. Pada tahun 1944 dia mengunjungi kampung halamannya di Vienola, dan Paavolainen begitu sedih setelah mendapati rumah masa kecilnya telah rata dengan tanah akibat perang yang kejam


Foto ini, yang tampaknya telah disetting dengan baik, kemungkinan dibuat untuk kepentingan propaganda Jerman. Seorang prajurit Luftwaffe berdiri sambil membaca surat yang datang dari tanah air di depan sepeda motor Zündapp Ks 600 bersespan, sementara di latar belakang mengudara sebuah pesawat Focke-Wulf Fw 189 "Uhu" (Burung Hantu). Pesawat bermesin ganda dan berkursi tiga ini terutama sekali dibuat untuk kepentingan pengintaian. Dibandingkan dengan pesawat yang umum diproduksi di masa itu, Fw 189 terlihat aneh karena mempunyai dua "badan". Pada awalnya kemampuannya diragukan, tapi kemudian medan udara Front Timur membuktikan kemampuan Fw 189 yang jauh melebihi harapan para pembuatnya! Pesawat ini dijuluki sebagai "matanya Luftwaffe" dan ketangguhannya terbukti dengan beberapa kali dia mampu pulang ke pangkalannya dengan sebagian ekornya copot atau rusak parah! Keberadaannya tidak diketahui oleh pihak Sekutu sampai dengan tahun 1941, walaupun prototipe pesawat ini sudah berseliweran dari masa sebelum perang. Total produksinya sampai dengan perang berakhir adalah 849 buah


 Pada bulan November 1941, General der Panzertruppe Erwin Rommel (Kommandierender General Panzergruppe "Afrika") mengunjungi Bardia (Libya) yang menjadi lokasi bongkar-muat suplai pasukan Poros selain di Tripoli dan Derna. Meskipun kapasitasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pelabuhan utama di Tripoli, tapi Bardia lebih efisien karena lebih dekat ke front yang mendekati perbatasan dengan Mesir. Disini biasanya kapal-kapal selam Italia yang bongkar-muat barang karena lebih aman dari incaran pesawat-pesawat Sekutu. Dalam kunjungannya ke Bardia pun Rommel menyempatkan diri untuk beramah-tamah dengan awak kapal selam Italia yang kebetulan sedang berlabuh disana. Dia kemudian difoto di atas tebing yang menjorok ke pantai dengan latar belakang sebuah kapal selam Italia yang sedang berlayar meninggalkan pelabuhan. Kemungkinan kapal selam ini berasal dari kelas Atropo of the Foca (Anjing Laut) dengan berat 1.109 ton yang biasa digunakan untuk menanam ranjau laut. Dia baru saja mengantarkan 60 ton bahan bakar ke pelabuhan Bardia

 Para anggota sebuah kompi tank berat Jerman berpose bersama dengan dua buah tunggangan andalan mereka, Panzerkampfwagen VI Tiger (8,8 cm L/56) Ausf.E (Sd.Kfz. 181). Detasemen Tank Berat Jerman (schwere Panzerabteilungen), adalah unit tank elite dalam Perang Dunia II seukuran batalyon yang dilengkapi dengan Tiger I, dan kemudian Tiger II. Pada awalnya unit semacam ini ditujukan untuk bertempur secara ofensif dalam operasi penembusan pertahanan musuh, tapi kemudian situasi perang yang makin memburuk memaksa mereka digunakan untuk tujuan defensif dengan menyediakan tembakan pendukung serta ujung tombak dalam serangan balik ke wilayah-wilayah dimana pasukan lapis baja musuh berhasil menembus masuk pertahanan Jerman. Karenanya dalam beberapa kesempatan mereka kadang direorganisasi menjadi Kampfgruppen (Grup-Grup Tempur) yang hanya digunakan sementara dan sesuai kebutuhan saja sebelum dikembalikan kembali ke unit asal mereka


 
17 September 1944. Private First Class Clifton C. Rhodes (kiri) dan Lieutenant Edwin O. Guthman dari 339th Infantry Regiment/85th Division/Fifth Army Amerika berjaga-jaga di posisi pertahanan Hill 732 (Gothic line), Grezzano, Italia, yang baru saja direbut dari tangan Jerman. Mereka menggunakan senapan mesin MG 42 (Maschinengewehr 42) hasil rampasan dari tangan musuhnya. Foto ini merupakan koleksi NARA Archives dengan kode 5/MM-44-3604 dan sebagai fotografernya adalah McQuarrie (31S1 SIG SV CO)


Sumber :
Buku "Time-Life Books World War II: Liberation" oleh Martin Blumenson
Majalah "Luftwaffe im Focus" Spezial No.1 tahun 2003
Foto koleksi NARA Archives
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
www.avaxnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar