Sabtu, 08 Februari 2014

Foto Sturmgewehr 43/44 (StG 43/44)


Panzerkampfwagen V Panther "R02" milik SS-Standartenführer Johannes Mühlenkamp (Kommandeur SS-Panzer-Regiment 5/5. SS-Panzer-Division "Wiking") bersama dengan para Grenadier dari 131. Infanterie-Division sedang bersiap-siap untuk bertempur habis-habisan dalam usaha untuk menerobos kepungan Tentara Merah di sekitar Kovel, Ukraina, 6 April 1944. Bila anda perhatikan setidaknya salah satu di antara mereka membawa senapan mesin Sturmgewehr 44 (StG 44). 131. Infanterie-Division merupakan salah satu unit pertama Wehrmacht yang mendapat jatah senjata jenis ini. Yang lainnya di antaranya adalah: 5. Jäger-Division, 1. Skijäger-Brigade, 5. Panzer-Division, 4. Panzer-Division, dan 253. Infanterie-Division



Anggota Skijäger-Brigade 1 dengan Winterausrüstung (pakaian musim dingin) dan Sturmgewehr 44, sedang beristirahat sambil makan, merokok, minum oplosan dari feldflasche (kantong air lapangan), dan bahkan ada juga yang ngorok! Mereka adalah salah satu pengguna pertama dari senapan mesin yang mempunyai nama lain MP44 tersebut, dan karenanya tidak heran jika terdapat beberapa modifikasi lapangan untuk mempermudah pemakaiannya, terutama saat sedang berseluncur menggunakan ski. Sebagai contoh adalah foto pertama yang memperlihatkan sling ganda untuk StG 44, sebuah peranti sederhana yang baru digunakan oleh militer Inggris awal tahun 1990-an setelah diperkenalkannya SA80! Metode membawa senjata seperti ini kebanyakan dilakukan bila kemungkinan bertemu musuh besar. Foto ini dibuat di Rusia tanggal 21 Maret 1944 oleh Kriegsberichter Etzhold dari PK (Propaganda-Kompanie) 670


 Generalfeldmarschall Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Heeresgruppe B) menyapa prajurit-prajurit Wehrmacht dalam perjalanan inspeksinya menggunakan Horch 901 KfZ 21 Kommandeurscabriolet (WH 1404945) di Normandia, musim panas tahun 1944. Di sebelahnya adalah sang supir yang berasal dari Luftwaffe, Unterfeldwebel Karl Daniel. Disini kita bisa melihat bahwa prajurit yang berdiri paling depan (dekat dengan kamera) membawa serta senapan mesin MP 43 di bahunya. Pada pertengahan tahun 1944 Hitler memmerintahkan penggantian nama MP 43 (Maschinenpistole 43) menjadi StG 44 (Sturmgewehr 44)


 Salah satu dari Panzerkampfwagen V Panther milik 5. SS-Panzer-Division "Wiking" yang membawa serta prajurit infanteri diatasnya (kemungkinan dari 5. Jäger-Division) selama berlangsungnya operasi defensif di sekitar Warsawa bulan Agustus 1944. Prajurit di latar depan dipersenjatai dengan senapan serbu Sturmgewehr 44 (StG 44), sementara rekannya di belakang menggunakan senapan berteleskop yang biasa dipakai oleh sniper


Para tawanan Jerman dikawal oleh prajurit Prancis yang mengenakan seragam Amerika dan bersenjatakan senapan mesin StG-44 hasil rampasan saat keluar dari gedung tempat mereka menyerahkan diri di Colmar, Prancis, tanggal 2 Februari 1945 


----------------------------------------------------------------------------

 SS-Untersturmführer Léon Gillis (11 Februari 1913 - 24 Maret 1977) dari 28. SS-Freiwilligen-Grenadier-Division "Wallonien" mengawasi wilayah sekitarnya dari keberadaan musuh di Pomerania, musim semi tahun 1945. Dia mempersenjatai diri dengan sebuah senapan serbu StG 44. Gillis merupakan salah satu dari hanya tiga orang sukarelawan asal Wallonie yang dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (dua lainnya adalah León Degrelle dan Jacques Leroy). Gillis meraihnya pada tanggal 30 September 1944 sebagai Zugführer Panzerjäger di 5. SS-Freiwilligen-Sturmbrigade "Wallonien", setelah berhasil menghancurkan antara 14 s/d 19 tank T-34 Rusia dengan senjatanya dalam sebuah pertempuran yang berlangsung di bulan Agustus 1944 di Tartu, timur Estonia. Pada saat itu peletonnya harus menghadapi serangan pasukan tank Soviet berkekuatan besar yang berusaha menghancurkan pasukan Jerman yang masih bercokol di Estonia. Satu-satunya yang menjadi penghalang gerak maju mereka adalah tiga buah senjata anti-tank dari Divisi Wallonien. Gillis memposisikan senjatanya langsung ke arah jalan tempat datangnya musuh dan berhasil memukul mundur serangan demi serangan yang bergantian datang. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung sepanjang hari, ketiga senjata anti-tank andalan pihak yang bertahan akhirnya dibungkam musuh dan sebagian besar awaknya terluka. Seantero front kini bergantung pada tindakan Gillis selanjutnya. Dia memilih untuk menyerang. Serangan yang hanya bermodalkan granat tangan tersebut berhasil menghancurkan tiga tank tambahan sehingga membuat sisa pasukan musuh mundur. Sampai dengan berakhirnya pertempuran, pasukan Soviet yang berkekuatan jauh lebih besar tetap tak mampu untuk menghalau sang komandan peleton yang gigih luar biasa tersebut dari posisi pertahanannya!


Sumber :
 Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
www.5sswiking.tumblr.com
www.commons.wikimedia.org
www.forum.axishistory.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar